Alkitab Ibrani

koleksi skriptur Ibrani kuno untuk agama Yahudi

Alkitab Ibrani atau Kitab Suci Ibrani (bahasa Latin: Biblia Hebraica) adalah istilah yang digunakan oleh para akademisi alkitab untuk merujuk pada Tanakh (bahasa Ibrani: תנ"ך‎), yakni kumpulan teks-teks Yahudi kanonikal, yang mana merupakan sumber tekstual umum beberapa edisi kanonik dari Perjanjian Lama Kristen. Teks-teks ini terutama tersusun dalam bahasa Ibrani Biblika, dengan beberapa bagian dalam bahasa Aramaik Biblika (pada kitab-kitab Daniel, Ezra, dan beberapa lainnya).

Manuskrip Alkitab Ibrani abad ke-11 dengan Targum berbahasa Aram

Isi Alkitab Ibrani, yang mana sangat bersesuaian dengan Perjanjian Lama Protestan, tidak digunakan sebagai sumber untuk Perjanjian Lama pada bagian deuterokanonika Katolik Roma ataupun bagian Anagignoskomena Ortodoks Timur. Istilah Alkitab Ibrani tidak menjelaskan mengenai penamaan, penomoran ataupun pengaturan kitab-kitab, yang mana terdapat variasi dalam kanon-kanon Alkitab Kristen setelahnya.

Istilah Alkitab Ibrani merupakan suatu upaya untuk memberikan kekhususan dalam kaitannya dengan isi, sekaligus menghindari kiasan pada setiap tradisi keilmuan teologis atau penafsiran tertentu. Istilah ini banyak digunakan dalam tulisan akademik dan diskusi antar agama dalam konteks yang relatif netral yang dimaksudkan untuk menyelenggarakan dialog di antara semua tradisi keagamaan, tetapi tidak digunakan secara luas dalam pembahasan internal dari agama-agama yang menggunakan teks darinya.

Penggunaan

sunting

Alkitab Ibrani mengacu pada kanon Alkitab Yahudi. Dalam rupa Latinnya, Biblia Hebraica, secara tradisi berfungsi sebagai judul edisi-edisi cetak dari Teks Masoret. Banyak akademisi studi biblika yang menganjurkan penggunaan istilah "Alkitab Ibrani" (atau "Kitab Suci Ibrani") sebagai suatu pengganti yang netral atas istilah-istilah dengan konotasi religius (misalnya istilah non-netral "Perjanjian Lama").[1][2] Buku Panduan Gaya dari Society of Biblical Literature, yang mana merupakan pegangan bagi jurnal akademik besar seperti Harvard Theological Review dan jurnal konservatif Protestan seperti Bibliotheca Sacra dan Westminster Theological Journal, mengemukakan bahwa para penulis "menyadari konotasi-konotasi dari berbagai ungkapan alternatif seperti... Alkitab Ibrani [dan] Perjanjian Lama" tanpa memberikan rekomendasi mengenai penggunaan keduanya.[3]

Kesulitan lain

sunting

Dalam hal teologi, sejak awalnya Kekristenan telah bergumul dengan hubungan antara Perjanjian "Lama" dan "Baru".[4][5] Rumusan Kekristenan modern sehubungan dengan pergumulan ini misalnya supersesionisme, teologi kovenan, teologi Kovenan Baru, dispensasionalisme, dan teologi kovenan ganda. Semua rumusan ini, selain beberapa bentuk teologi kovenan ganda, menjadi keberatan Yudaisme arus utama dan banyak penulis serta akademisi Yahudi, yang mana bagi mereka hanya ada satu perjanjian kekal antara Allah dan Bani Israil, sehingga karenanya mereka menolak istilah "Perjanjian Lama" yang dianggap sebagai perwujudan antinomianisme.

Dalam hal kanon, penggunaan kalangan Kristen atas istilah "Perjanjian Lama" tidak merujuk pada sesuatu yang telah disepakati bersama secara universal atas serangkaian kitab, tetapi justru terdapat berbagai variasi tergantung pada denominasi. Lutheranisme dan berbagai denominasi Protestan yang mengakui Pengakuan Iman Westminster menerima keseluruhan kanon Yahudi sebagai Perjanjian Lama tanpa penambahan apapun, namun dalam penerjemahannya mereka terkadang lebih memberikan preferensi ke Septuaginta daripada Teks Masoret; misalnya Yesaya 7:14.

Dalam hal bahasa, "Ibrani" mengacu pada bahasa asli kitab-kitab tersebut, tetapi dapat juga dianggap sebagai rujukan pada orang-orang Yahudi dari masa Bait Kedua dan diaspora Yahudi, serta keturunan mereka, yang mempertahankan penyebaran Teks Masoret hingga saat ini. Alkitab Ibrani mencakup bagian-bagian kecil dalam bahasa Aramaik Biblika (sebagian besar dalam kitab Daniel dan Ezra), yang ditulis dan dicetak dalam aksara persegi, diadopsi sebagai abjad Ibrani setelah pembuangan Babel.

Asal mula Alkitab Ibrani dan komponennya

sunting

Kitab-kitab yang membentuk Alkitab Ibrani mengalami perkembangan selama sekitar satu milenium. Teks-teks yang paling lama sepertinya berasal dari abad ke-10 atau 11 SM, sedangkan teks-teks lainnya agak belakangan. Semuanya merupakan karya-karya suntingan, merupakan kumpulan berbagai sumber yang dijalin menjadi satu secara hati-hati dan kompleks.[butuh rujukan]

Sejak abad ke-19, kebanyakan akademisi telah sepakat bahwa Pentateukh (lima kitab pertama dalam Alkitab) terdiri dari empat sumber yang dijalin menjadi satu. Keempat sumber ini digabungkan untuk membentuk Pentateukh pada suatu waktu pada abad ke-6 SM. Teori ini sekarang dikenal sebagai hipotesis dokumen, dan menjadi teori yang menonjol selama 200 ratus tahun terakhir.[6] Deuteronomis yang dikaitkan dengan kitab Ulangan (Deuteronomy) dalam Pentateukh juga dikatakan merupakan sumber dari kitab Yosua, Hakim-hakim, Samuel, dan Raja-raja (sejarah Deuteronomistis, atau DtrH), serta kitab Yeremia.

Edisi keilmuan

sunting

Beberapa edisi, semuanya berjudul Biblia Hebraica, telah dihasilkan oleh berbagai penerbit Jerman sejak tahun 1906.

Proyek-proyek lainnya meliputi:

Lihat pula

sunting

Referensi

sunting
  1. ^ (Inggris) Safire, William (1997-05-25). "The New Old Testament". The New York Times .
  2. ^ (Inggris) Hamilton, Mark. "From Hebrew Bible to Christian Bible: Jews, Christians and the Word of God". Diakses tanggal 2007-11-19. Modern scholars often use the term 'Hebrew Bible' to avoid the confessional terms Old Testament and Tanakh. 
  3. ^ (Inggris) Alexander, Patrick H; et al., ed. (1999). The SBL Handbook of Style (PDF). Peabody, MA: Hendrickson. hlm. 17 (section 4.3). ISBN 1-56563-487-X. 
  4. ^ (Inggris) "Marcion", Encyclopædia Britannica, 1911 .
  5. ^ Mengenai catatan ajaran Yesus tentang subjek ini, lihat Matius 5#Antitesis; mengenai perdebatan modern, lihat pandangan Kristen tentang Kovenan Lama.
  6. ^ (Inggris) Hamilton, Mark (April 1998). "From Hebrew Bible to Christian Bible: Jews, Christians and the Word of God". Frontline. From Jesus to Christ. WGBH Educational Foundation. 

Bacaan lanjutan

sunting
  • (Inggris) Brueggemann, Walter. An introduction to the Old Testament: the canon and Christian imagination (Westminster John Knox Press, 1997).
  • (Inggris) Charlesworth, James H., ed. The Old Testament Pseudepigrapha. (2 vols.; Garden City: Doubleday, 1985).
  • (Inggris) Hamilton, Mark (April 1998). "From Hebrew Bible to Christian Bible: Jews, Christians and the Word of God". From Jesus to Christ. PBS.org/Frontline. Diakses tanggal 9 June 2011. 
  • (Inggris) Johnson, Paul (1987). A History of the Jews (edisi ke-First, hardback). London: Weidenfeld and Nicolson. ISBN 0-297-79091-9. 
  • (Inggris) Kugel, James. The Bible as It Was. (Cambridge: Harvard University Press, 1997).
  • (Inggris) Kugel, James. In Potiphar's House: The Interpretive Life of Biblical Texts. (Cambridge: Harvard University Press, 1990).
  • (Inggris) Kuntz, John Kenneth. The People of Ancient Israel: an introduction to Old Testament Literature, History, and Thought, Harper and Row, 1974. ISBN 0-06-043822-3
  • (Inggris) Leiman, Sid. The Canonization of Hebrew Scripture. (Hamden, CT: Archon, 1976).
  • Levenson, Jon. Sinai and Zion: An Entry into the Jewish Bible. (San Francisco: HarperSan Francisco, 1985).
  • (Inggris) Minkoff, Harvey. "Searching for the Better Text". Biblical Archaeology Review (online). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-03-14. Diakses tanggal 9 June 2011. 
  • (Inggris) Noth, Martin. A History of Pentateuchal Traditions. (1948; trans. by Bernhard Anderson; Atlanta: Scholars, 1981).
  • (Inggris) Schniedewind, William M (2004). How the Bible Became a Book. Cambridge. ISBN 9780521536226. 
  • (Inggris) Schmid, Konrad. The Old Testament: A Literary History. (Minneapolis: Fortress Press, 2012).
  • (Inggris) Vermes, Geza, ed. The Dead Sea Scrolls in English. (3d ed.; New York: Penguin, 1987).

Pranala luar

sunting