Kelenjar susu adalah kelenjar tambahan sistem reproduksi.[1] Dalam kondisi yang normal, kelenjar susu akan berkembang setelah sistem reproduksi beroperasi atau berfungsi.[1] Pada ternak yang berplasenta perkembangan kelenjar susu sebagian besar terjadi setelah ternak mulai bunting.[1] Pertumbuhan jaringan kelenjar susu di bawah pengaruh hormon-hormon.[1] Namun, tidak diketahui apakah kadar hormon dalam darah selama kehamilan memengaruhi besarnya perkembangan kelenjar susu, atau justru hormon-hormon tersebut berfungsi hanya sebagai perangsang atau kunci yang merangsang material genetik dalam asam deoksiribonucleat (DNA) dalam sel berkaitan dengan pembelahan sel untuk pertumbuhan kelenjar susu.[1] Kelenjar susu merupakan kelenjar kulit (ambing), pembuluh darah utama yang menghubungkan kelenjar dengan tubuh terbatas dengan sedikit arteri dan vena.[1] Hal ini memungkinkan untuk mengukur aliran yang terjadi pada komposisi darah yang masuk dan yang meninggalkan kelenjar susu.[1] Ambing terbagi menjadi dua bagian, yaitu kiri dan kanan, terpisahkan oleh satu lekukan yang memanjang, yang disebut intermammary groove.[1] Di ambing sering dijumpai adanya puting tambahan (extra teat) diluar empat yang normal dari maisng-masing kuartir.[1] Puting tambahan biasanya berada di belakang atau kadang-kadang di antara puting depan dan belakang.[1] Ambing sapi terdiri dari dua tenunan atau jaringan, yaitu "tenunan kelenjar" yang menghasilkan susu dan "tenunan pengikat" berfungsi sebagai kerangka.[2] Tenunan kelenjar susu dan tenunan pengikat disatukan dan terbungkus oleh kulit yang berfungsi sebagai pelindung.[2]

Kelenjar susu pada manusia

Referensi

sunting
  1. ^ a b c d e f g h i j (Indonesia) Prihadi, S. 1997. Dasar Ilmu Ternak Perah. Fakultas Peternakan UGM. Jogjakarta.
  2. ^ a b (Indonesia)Soetarno, T. 1999. Manajemen Ternak Perah. Fakultas Peternakan UGM. Jogjakarta.