Jump to ratings and reviews
Rate this book

Maneken

Rate this book
Dalam sejarah kehidupan di dunia, benda mati hampir selalu tidak dihiraukan. Tidak ada yang mau repot-repot memikirkan perasaan benda mati, apalagi memerhatikan kebutuhannya. Kau bahkan tak pernah tahu kan, bahwa maneken bernama Claudy--yang bekerja keras di etalase terdepan toko busana Medilon Shakespeare--mempunyai perasaan.
Mimpi-mimpinya dilambungkan untuk kemudian dihempaskan lagi hingga hanya bisa bergantung pada nasib dan keajaiban. Ya, keajaiban.
Novel ini akan membuka mata hatimu dengan menempatkanmu pada posisi benda mati yang tak dihiraukan, meski sedang berjuang mati-matian untuk mencapai mimpi-mimpi. Kau akan melihat dari sudut pandang yang berbeda, dan semoga itu akan membuatnu semakin mengerti, betapa kami, aku dan Claudy iri kepada kalian.

"Padahal bersajak sepenggal pun susah, namun ternyata SJ Munkian dalam Maneken mampu meramu ratusan halaman puitik. Setiap kata dalam Novel Maneken ini seakan dipilih dengan kesadaran penuh akan rimanya, maknanya, filosofinya dan kritiknya. Sebuah novel yang riuh dalam kesenyapan.”
(Tasaro GK, penulis Novel Nibiru dan Kesatria Atlantis)

“Manis! Filosofi cinta yang dalam namun legit dikunyah pembaca. Saya ingin membaca lagi dan lagi."
Sinta Yudisia, penulis novel The Road to The Empire, ketua umun FLP 2013-2017)

“Maneken menyentuh konsep yang sangat fundamental dalam hidup. Buku ini seakan berkata pada kita, bahwa pengalaman baik-buruk bukan pada kejadiannya, melainkan pilihan bebas pelakunya untuk mengartikan kejadian tersebut. Hal inilah yang harus dipahami ’benda hidup’.”
(Noe Letto, Musisi)

181 pages, Paperback

First published September 23, 2015

About the author

S.J. Munkian

4 books9 followers
Human . Author . King of self

Ratings & Reviews

What do you think?
Rate this book

Friends & Following

Create a free account to discover what your friends think of this book!

Community Reviews

5 stars
2 (6%)
4 stars
11 (34%)
3 stars
17 (53%)
2 stars
2 (6%)
1 star
0 (0%)
Displaying 1 - 17 of 17 reviews
Profile Image for Sara Fiza.
39 reviews5 followers
January 2, 2019
Membaca 'Maneken' bukan hanya membaca soal romansa, tapi juga sebuah filosofi hidup yang diramu sedemikian rupa. Lewat Claudia-Fereli kita akan diantarkan pada kisah-kisah tentang mimpi, cinta, perjuangan, juga kehidupan. Kita akan dibuat terpana bahkan sejak membuka daftar isinya sekalipun! setiap judul bab ditulis dengan apik dan unik. Saya tak menyangka akan menyukai sebuah novel romantis seperti ini, mengingat saya bukan penyuka genre romance. Tapi, tentunya Maneken ini menyuguhkan sesuatu yang berbeda yang membuat saya malah tidak bisa berhenti membacanya terlebih di bab-bab terakhirnya.
Mungkin memang di awal-awal bab alur terasa mengalun lambat, tapi tenanglah. penulis begitu apik menyusun setiap kisahnya agar kemudian terjawab diakhirnya. Ah ya, dan untuk penyuka puisi, sepertinya buku ini juga pas untuk kita. Dan juga, ada satu efek setelah membaca buku ini bagi saya, ketika berjalan dan melihat Maneken di etalase toko-toko, saya merasakan seolah mereka memang punya kemampuan-kemampuan 'spesial' maneken seperti yang diucapkan Fereli dalam novel. Mungkin bagi yang sudah membacanya juga begitu.
Maneken, memang tentang benda mati. Tapi justru kita akan belajar kehidupan darinya.
December 26, 2015
“Pada akhirnya aku mengetahui bahwa sebenarnya manusia tak Cuma tercipta dari segumpal darah saja. Lebih dari itu, manusia juga tercipta dari kumparan ego paling murni yang bisa-bisa tak tertahankan.”—Maneken, hlm. 171


Semuanya bermula dari balik kaca etalase Medilon Shakespeare, saat Claudy diletakkan sebagai boneka pajangan musim itu. Sophie, sang pemilik, secara resmi mengambil alih toko Medilon Shakespeare dan berencana merombaknya sesuai dengan tema dari tiap musim.

Claudy yang kepalang senang menjadi maskot Medilon Shakespeare nyatanya harus dipasangkan dengan Fereli, sebuah maneken dari Perancis. Claudy tak menyukai boneka Perancis itu, dengan aksennya, dan serta-merta Fereli merebut teritori kebanggannya di etalse toko. Namun, dengan keramahan Fereli, lambat-laun hubungan keduanya menjadi dekat. Claudy dan Fereli selalu bekerja sama untuk menghibur para pengunjung toko dengan menghadirkan pose-pose layaknya sepasang kekasih.

Melalui konsep toko, Sophie memang ingin menghadirkan sepasang maneken yang mewakili hubungan percintaannya dengan seorang pria Perancis bernama Bailey Fereli. Sayangnya, Bailey Fereli miliknya malah ingkar janji. Pertunangan keduanya yang tinggal hitungan hari kandas dengan begitu mudah.

Sophie yang berang pun gelap mata. Ia benci Fereli. Benci sekali. Sampai-sampai menculik maneken dari etalase toko, meminjam pemantik Vince, dan mengambil sebotol minyak.

Jangan katakan ia hendak melakukan sesuatu di luar akal sehat.




Sebagai sebuah karya debut, SJ. Mukian bisa dibilang brilian mencari celah. Mengambil sebuah tema roman, kemudian meramunya dengan sedikit serbuk fantasi. Dan jadilah sepasang tokoh yang begitu unik, sampai-sampai jarang terpikirkan oleh penulis lain. Selain tema roman-fantasi, kisah Fereli sendiri pun sedikit menyerempet ke cerita petualangan. Mirip cerita Pinokio yang legendaris.Lewat sudut pandang sepasang maneken, SJ. Munkian ingin mengekspos sikap manusia yang egois, yang seringkali hanya memikirkan diri sendiri. Tak peduli pada orang lain, terlebih benda mati. Tapi, bagaimana jika benda mati tersebut malah memiliki hati dan dapat berbicara?

Dunia yang diciptakan SJ. Mukian sudah kentara magisnya. Maneken-maneken di Medilon Shakespeare diwujudkan dengan beberapa kemampuan dasar, yang mana mereka dapat bercakap-cakap dan bergerak (jika tidak orang yang melihat).


Baca selengkapnya di: https://janebookienary.wordpress.com/...

description
Profile Image for Bintang Ach.
94 reviews
March 11, 2016
Buku ini bergenre fantasy. Dan, ini adalah kesempatan pertama aku membaca buku dengan genre tersebut. Sangat suka dengan sudut pandang cerita ini. Sudut pandang orang pertama sebagai benda mati. Sudut pandang 'aku' juga dari kedua tokoh 'Fereli dan Claudy'
Cukup bagus ceritanya. Aku suka bagaimana penulis menuliskan kisah cinta antara kedua tokoh maneken di sini. Satu hal baru yang belum pernah aku jumpai di buku sebelumnya.
Lewat buku ini kita juga mendapat pelajaran bahwa, seburuk apa pun benda mati, mereka juga butuh diperhatikan.
Review selengkapnya: http://ach-bookforum.blogspot.co.id/2...
Profile Image for Iyas Utomo.
421 reviews10 followers
April 13, 2016
Maneken--membuktikan bahwa tak hanya manusia yang bisa merasakan cinta, bahkan sepasang maneken yang pada tiap harinya hanya berdiri dan dilewatkan begitu saja oleh manusia, mereka juga bisa merasakan hal yang sama dengan kita.

Membaca maneken membuat saya tidak merasa sedang membaca, tetapi lewat cerita yang disajikan dari sudut pandang seorang Claudy, saya merasa tengah mendengarkan cerita dari sahabat saya. Gaya bahasa yang mendayu-dayu, mengalir dengan sendirinya--membuat beberapa teman yang membaca mengeryit, tetapi merupakan suatu kesenangan tersendiri untuk saya.
Profile Image for Amuba Iler.
21 reviews
September 13, 2019
Pernah ga sih kalian lihat maneken di toko baju dengan pose-pose yang aneh dan tidak lazim. Awalnya, Zao cuma anggap itu lelucon dan bentuk kebosanan pegawai toko. Namun, setelah membaca novel ini, Zao berpikir lagi, apa itu adalah gerakan maneken itu sendiri? Lalu, jika itu adalah pose yang ditentukan karyawan toko, Zao tidak bisa membayangkan, betapa dongkolnya para maneken itu.
.
Novel yang ringan dan memiliki jumlah halaman yang sedikit pada setiap bagiannya. Cocok dibaca untuk kamu-kamu yang sedang memiliki aktivitas super padat karena kamu tidak akam kesulitan untuk menentukan di mana harus berhenti. Dan tentu saja, novel ini sangat cocok untuk refreshing.
.
Mengambil sudut pandang dari benda mati—Maneken Claudy dan Fereli—serta perasaan-perasaan manis keduanya tentu saja tidak bisa membuat kita berhenti tersenyum. Ah, lucu ya kalau ternyata boneka yang kita pajang di rumah kesal saat kita membawa pulang boneka baru. Ha ha ha.
.
Lalu, setelah membaca #NovelManeken, ada hal yang Zao mengerti secara tidak langsung.
.
Kita harus merawat barang-barang kita dengan baik.
.
Bayangkan, bila sebenarnya benda mati juga memiliki perasaan dan kau memperlakukan mereka dengan buruk. Kau akan tampak seperti penyihir jahat di mata mereka.
.
Tapi, walau tidak memiliki perasaan, tentu saja tidak ada alasan untuk berperilaku buruk, terhadap benda mati sekalipun.
.
Selanjutnya, ada Shopie, wanita ambisius di Medilon Shakespare. Sifatnya yang kreatif dan ambisius tentu saja mendatangkan banyak keuntungan. Kita bisa menirunya dalam hal ini, mencoba meraih keinginan tanpa kenal lelah. Namun, dari tokoh Shopie pula, kita juga belajar, bahwa tidak semua hal di dunia ini bisa berjalan seperti keinginanmu. Tidak dengan kesempurnaan. Dan saat kau tidak bisa meraih sesuatu, kau harus merelakannya, lalu bangkit lagi. Emosi dan keterpurukan hanya akan membuatmu semakin memburuk.
.
"Aku tidak baik-baik saja, aku merasa buruk, tapi tidak ada yang sampai bisa membuat keadaan lebih buruk kecuali diri sendiri." hal 154
Profile Image for Prahasti.
132 reviews14 followers
June 22, 2020
Membaca Maneken mengingatkan saya pada cerita-cerita fantasi masa kecil seperti serial Noddy di kota mainan. Cerita mainan-mainan yang hidup ketika tengah malam setelah anak-anak pemilik mereka tertidur yang saya baca dari Kumpulan Dongeng Sebelum Tidur.

Bahwa maneken pun dapat merasakan, dapat mempunyai rasa cinta, dapat memiliki keinginan dan cita-cita.

Cerita yang menyenangkan.
Profile Image for Rizky.
1,067 reviews84 followers
August 22, 2016
Pernahkah kamu bayangkan jika suatu benda mati tiba-tiba bisa berbicara bahkan mempunyai emosi layaknya manusia? Inilah yang terjadi pada maneken di Toko Medilon Shakespeare. Maneken ini bukan maneken biasa. Maneken ini sungguh cantik dan diberi nama Claudia. Claudia dipajang di etalase utama, etalase paling depan sehingga bisa menjadi *bintang* dari toko ini seperti yang dirancang oleh Sophie, sang pemilik toko.

Sayangnya, Claudia harus menerima kenyataan bahwa dia tidaklah seorang diri menempati etalase utama, dia harus berbagi etalase dengan maneken pria bernama Fereli. Maneken yang tampan dan pintar berbahasa Perancis. Fereli dan Claudia sengaja dipasangkan oleh Sophie untuk menjadi pasangan maneken yang akan menjadi ikon dari toko Medilon Shakespeare.

Ternyata Fereli dan Claudia sengaja dibuat khusus, benar-benar menyerupai Sophie dan kekasihnya, Bailey Fereli. Sepasang maneken ini seperti replika Sophie dan kekasihnya. Ternyata ide Sophie memasang Claudia-Fereli merupakan ide yang sangat menarik, didukung dengan tema dan dekorasi yang sesuai menjadikan tokonya begitu ramai dan menarik perhatian banyak pembeli. Tentunya Sophie sangat bahagia sekali.

Setiap orang yang melihat Claudia-Fereli pasti setuju bahwa mereka sepasang manaken yang *hidup* yang aura emosinya terasa sekali ternyata tanpa diketahui manusia mereka memang bisa berinteraksi layaknya manusia.

Padahal awalnya Claudia sungguh terganggu dengan kehadiran Fereli, karena harus berbagi etalase utama. Namun, perlahan-lahan interaksi keduanya mencair dan ternyata oh ternyata saling jatuh cinta...

Berbeda halnya dengan Claudia-Fereli, hubungan Sophie dan Bailey tidak berjalan mulus, Bailey memutuskan Sophie mendekati hari pernikahan mereka. Sophie marah besar dan patah hati, tidak bisa menahan diri dan akhirnya malah berbuat sesuatu terhadap Fereli juga Claudia.

Bagaimana akhir kisah Sophie, Claudia dan Fereli? Ada apa sesungguhnya?

Membaca novel ini sungguh menarik sekali. Salut dengan penulis yang berani mengambil ide yang unik yang anti-mainstream seperti ini. Walau mengambil tema cinta, tetapi punya warna yang berbeda.

Bayangkan alih-alih mengambil sudut pandang manusia, penulis berani mengambil sudut pandang maneken yang jelas-jelas benda mati. Penulis seakan membuat maneken ini hidup layaknya manusia, bisa merasakan emosi dan juga punya perasaan.

Penulis mampu meramu kisah sepasang maneken yang awalnya tidak saling cocok, akhirnya malah jatuh cinta secara perlahan-lahan. Jatuh cinta layaknya manusia. Interaksi Claudia-Fereli ini benar-benar menyentuh sekali, seakan nyata dan bisa kubayangkan. Hubungan mereka yang harus terganggu karena obsesi Sophie terhadap kekasihnya, Bailey dan segala kerumitan kehidupan Sophie. Sungguh menarik sekali.

Aku benar-benar dibuat larut dengan kisah ini. Rasanya begitu penasaran apa sesungguhnya yang terjadi, karena semakin membaca aku semakin dikejutkan dengan twist-twist yang tak terduga. Penulis pandai sekali meramu kisah romance berbalut fantasi ini hingga aku terus membaca hingga akhir.

Pemilihan judul setiap bab juga unik, menggunakan kata pasif dan benar-benar menggambarkan isi bab. Membaca novel ini seperti membaca sebuah karya terjemahan, mengalir dan sama sekali tidak kaku.

Membaca novel ini menyadarkan kita sebagai pembaca bahwa benda mati sekalipun juga punya perasaan, jadi perlakukan mereka dengan sebaik-baiknya. Tidak baik untuk memendam obsesi berlebihan akan sesuatu karena akan berdampak buruk ke depannya.

Overall, kamu ingin mencicipi sebuah novel fantasy-romance karya penulis Indonesia, kamu bisa mencoba membaca novel ini. Dijamin jatuh cinta dengan kisah Claudia-Fereli ini :)

"Aku bahkan yakin, meski bukan karena obsesi Sophie, meski kita tak diberi tahu bahwa kita berpasangan, meski kita saling benci, meski kita adalah musuh bebuyutan yang sejak awal dikutuk untuk senantiasa berseteru, dan meski kita adalah bumi yang membara dan langit yang membeku, kurasa kita akan berakhir bersama. Satu. Kita akan tetap saling menyukai, saling mencintai. Kita akan tetap jadi pasangan. Sebab, sejak pertama kali aku diletakkan di etalase ini dan bertemu denganmu, saat sorot mata kita bertemu untuk pertama kalinya, aku langsung menyadari bahwa aku mencintaimu. Kau diciptakan untukku, begitu pun aku diciptakan untukmu, bukan untuk Sophie atau siapapun!"
Profile Image for Ariel Seraphino.
Author 1 book49 followers
November 1, 2015
Membaca Maneken tanpa harapan tertentu membuat saya berusaha menerka akan seperti apa cerita yang disuguhkan oleh penulis baru ini. Maneken adalah karya pertama SJ. Munkian, bercerita tentang perjuangan mimpi-mimpi benda mati -sebuah maneken- yang ingin dianggap oleh mahkluk hidup. Berawal dengan pembangunan cerita yang kurang gripping di awal, membuat saya terus bertahan membaca dengan harapan menunggu konflik yang benar-benar 'dar' dari kisah ini. Cara penulis yang berpindah narator di tengah cerita menurut saya masih perlu dibangun dan terus diperbaiki. Beberapa potongan dialog yang hampir tidak konsekuen dengan jalan cerita masih muncul dan bagi saya cukup mengurangi intensitas kejadian yang berlangsung. Saya mengakui bahwa penulis mampu merangkai kata dan menunjukkan kedalaman akan penghayatan cerita dengan baik. Bagaimana nilai-nilai hidup yang berusaha diangkat penulis dalam kisah ini sebenarnya cukup baik. Satu yang menjadi kekurangan dalam cerita ini adalah adanya beberapa logika cerita yang saya kurang bisa tangkap, atau memang sengaja diciptakan seperti itu? Sehingga ketika saya selesai membaca buku ini saya masih tidak tahu akan menggolongkan buku ini dalam genre apa. Dalam beberapa adegan dan plot, penulis begitu detail dan lugas bercerita, lantas berkurang dalam bagian lainnya. Alhasil, beberapa kekurangan ini masih dapat diperbaiki dalam karya selanjutnya. Bagi saya secara pribadi, berani menuliskan sebuah cerita menjadi buku adalah sebuah pencapaian tersendiri. Sebuah langkah maju telah diambil. Bagi pembaca lainnya, buku ini bisa menjadi bahan menarik untuk didiskusikan lebih jauh. Selamat.
Profile Image for Laven review.
15 reviews
April 12, 2016
Aku sangat senang bisa membaca novel yang menurutku Anti-Mainstream ini. Novel ini sangat unik dan memang dari awal saat melihat sinopsis novel ini. Aku langsung terbayang pasti ceritanya akan seru. Karena jujur bagaimana bisa benda mati bisa merasakan hidup seperti layaknya manusia? Tapi disitulah keunikannya. Membaca novel ini membuatku bisa merasakan perasaan benda mati baik yang pria maupun yang wanita sebagai maneken.

Diceritakan dengan sudut pandang Claudia sang meneken wanita. Membuatku bisa merasakan perasannya sebagai sesama wanita. Saat dia berganti pakaian pun, aku seperti ikut memakai apa yang ia kenakan. Kata-kata yang di ramu di dalam novel ini sangat puitis dan filosofis. Meski aku tidak paham keseluruhan kata. Tetap saja tulisannya begitu mengalir sempurna dan bisa kumengerti sedikit demi sedikit. Tidak terlalu berat tetapi juga tidak terlalu ringan. Saat pertengahan aku pun juga bisa merasakan perasaan maneken pria yaitu, Fereli. Aku bisa merasakan perasaanya yang menggebu-gebu kepada Claudia. Aku sangat tertarik ketika Fereli memberitahukanku apa saja kemampuan-kemampuan yang dimiliki maneken seperti dirinya. Aku seperti dibawa ke dunia fantasi dan melihat langsung kemampuan itu. Aku tidak menyangka penulisnya dapat membuat cerita ini begitu hidup. Salut dengan fantasi karya anak bangsa ini. Walau aku masih melihat ada sedikit salah ketik di beberapa halaman. Tetapi tidak terlalu menonjol dan masih bisa di nikmati.

Kalau kau suka dengan novel yang mengambil tema Anti-mainstream. Mengapa kau tidak mencoba novel ini? Recomended !!

Baca Review lengkapku disini yaa >> https://milaarndreams.wordpress.com/2...
11 reviews
June 28, 2016
Saya menemukan buku ini saat menyusuri rak-rak buku paling bawah di Gramedia yang tampak terlupakan. Saat melihat sinopsisnya, saya langsung tertarik karena saya memang pernah terpikir ingin membaca cerita yang mengambil sudut pandang benda mati.

Novel "Maneken" menceritakan tentang perjuangan dua buah maneken (Claudy dan Fereli) yang saling mencintai dan ingin "hidup" bersama seperti manusia-manusia yang lalu lalang--yang sering dilihat mereka dari balik kaca etalase toko Medilon Shakespear.
Sayangnya Sophie, pemilik butik Medilon Shakespear, mempersulit mereka dengan obsesi gilanya.

Cerita ini sebenarnya tidak berjalan sesuai ekspektasi saya, tapi juga tidak terlalu mengecewakan.

Saya merasa cukup seru saat Sophie 'menculik' Fereli dan berniat membakarnya, tetapi tidak jadi. Dan itu membuat sang maneken pria tersebut harus menyusuri trotoar kota, mengendap di semak-semak, tersesat, sampai dicengkram sekelompok burung hantu hanya untuk kembali ke Medilon Shakespear dan menyelamatkan Claudy-nya yang menurutnya sedang dalam bahaya.

Kekurangan novel ini bagi saya hanyalah; saya merasa kalau interaksi Claudy dan Fereli masih agak kaku untuk dua orang benda yang saling mencintai.

Profile Image for August A.P..
535 reviews38 followers
October 24, 2016
Well, honestly, I'm not really into genre like this. Fantasy which too 'berangan-angan' (what, daydream?) BUT, this is my friend's first publication novel, so...
Even I read it first as a draft even I tried to give recommend and correcting it, and finally when it comes as a final novel, I tried to read it... and it didn't go wrong.
I mean, when your book is not really your taste and you tried to keep reading it, and finished it? It can't be wrong. The novel is not wrong. It's good.

This story gave us a different perspective on world. Meet Claudy and Ferelli... which is a mannequin in Madilon Shakespeare outlet. Met in one season and fell for each other. They was tried their best to make their relationship happen, but human... they just thinking about their self.
But true love? They will find the way.


... Okay. I'm kinda 'geleuh' about that word myself *khaa.
But, seriously, I like happy ending. Whichever it is--human, universe, animal, plants, things.
And at first I really like the end of this story... But now, I think the first draft of yours, is better, J.
Oh well, let's going on to the your second novel, J, hope it will publish very soon!

Oh, one thing, if you like smooth, soft description, full of poetic words, try read this.

Regards,
A.P.S.
Profile Image for Nisa Misha.
184 reviews1 follower
September 2, 2019
Membaca novel ini akan membawa kita dan memposisikan diri sebagai tokoh utama dari cerita yaitu maneken sendiri. Cerita yang muncul dari sebuah maneken ini membuatnya dikemas dengan begitu menarik yang akan membawa para pembacanya tentang sebuah kehidupan yang di alami oleh benda mati yang sebelumnya tak pernah terpikirkan sebelumnya. Cerita ini mengingatkanku kepada film "Pinocchio" yang memiliki konsep serupa namun berbeda tetapi memilki hampir keseluruhan unsur kehidupan, cinta dan perjuangan kedua tokoh maneken "Claudia & Fereli" akan membawa para pembaca terjun ke pelosok cerita layaknya pembaca sendiri yang menjadi tokoh utamanya!!
Displaying 1 - 17 of 17 reviews

Can't find what you're looking for?

Get help and learn more about the design.