Lompat ke isi

Shu Jing

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Shu Jing terbitan tahun 1279

Shu Jing (書經) yang dapat diterjemahkan secara sederhana menjadi Buku Sejarah, adalah sebuah buku yang ditulis oleh Kong Zi.[1]

Nama lain buku ini adalah Shang Shu (尚書).[1] Herbert Giles menerjemahkan Shu Jing ke dalam Bahasa Inggris menjadi Book of History.[2] Shu Jing merupakan salah satu dari Lima Kitab Konfusianisme (Wujing).[3]

Sejarah penulisan

[sunting | sunting sumber]

Kong Hu Cu, (Kong Zi) yang lahir pada Periode Zhou dianggap sebagai Bapak Sastra Tiongkok, selama masa bekerja sebagai pegawai negeri, sebagai guru, atau sebagai orang buangan yang berkelana, ia meluangkan waktu untuk menyelamatkan beberapa potongan-potongan catatan sejarah kuno dan kemudian menyuntingnya. Hal yang mustahil untuk mengetahui bahwa segala sesuatu tentang sastra secara umum sebelum zamannya. Bahasa tulis yang digunakan pada saat itu umumnya dipakai hanya untuk tujuan administrasi. Ada banyak ungkapan, keterangan dari para kaisar zaman kuno yang telah tercatat. Informasi-informasi tertulis itu secara rajin dan terus menerus dikumpulkan dan disunting oleh Kong kemudian menjadi Shu Jing atau Kitab Sejarah. Buku yang ia kerjakan tersebut aslinya tersusun dari seratus dokumen yang menuliskan sejarah dari abad ke-24 SM sampai abad ke-8 SM.[2]

Rangkuman isi

[sunting | sunting sumber]

Buku ini berisi sejarah, maklumat dan perintah yang telah dikeluarkan oleh penguasa-penguasa lebih awal daripada zaman Kong hidup.[1]

Dua bab pertama menuliskan sejarah Kaisar Yao dan Shun (dari 2357 SM – 2205 SM), yang disebut juga Zaman Keemasan Tiongkok Kuno. Dituliskan: "Kaisar Pertama mempersatukan berbagai bagian dan mengikatnya dalam kedamaian, sehingga sentosa kehidupan di antara bangsa berambut hitam itu." Kaisar Yao turun tahta dan menunjuk Shun, yang dijelaskan sebagai calon kaisar yang bijaksana, cerdas dan jujur. Dijelaskan lebih jauh bahwa Shun dipilih karena bakti yang besar, yang membuatnya bisa hidup bertoleransi terhadap anggota keluarganya.

Dituliskan pula pendiri Dinasti Hsia pada tahun 2205 SM, Yu yang Agung. Pada masa pemerintahan Kaisar Shun ia berhasil mengendalikan air bah yang dapat menenggelamkan Tiongkok. Kutipan terkenal di dalamnya menulis: "Betapa besar pencapaian Yu, betapa besar kegemilangannya! Tanpanya kita semua telah menjadi ikan-ikan."[2]

Dari awal pendirian Dinasti Hsia, Kong Tzu menulis bahwa tahta kekaisaran diwariskan dari ayah ke putra dan tidak pernah lagi ada pemimpin yang berbudi luhur. Bagian Keempat Buku Sejarah membahas tentang pemimpin Hsia dan kejatuhan mereka pada tahun 1766 SM. T’ang mendirikan Dinasti Shang pada tahun 1766 SM. Kerajaan ini runtuh tahun 1122 SM dikarenakan perbuatan kaisarnya yang terakhir telah turun derajatnya dibanding para pendahulunya.

Kemudian muncul salah satu tokoh sejarah yang paling dihormati dalam sejarah Tiongkok. Ia dikenal sebagai Wen Wang. Awalnya ia dijebloskan ke dalam penjara pada tahun 1144 SM karena dianggap berbahaya bagi istana. Dalam hari-harinya ia menghabiskan waktu menulis I-Ching.

Wen Wang menentang kekejian dan korupsi. Putranya, Wu Wang berhasil menjatuhkan Dinasti Shang dan naik tahta sebagai Kaisar Chou yang pertama. Dinasti Chou bertahan sampai 8 abad berikutnya.[2]

Dua bab dalam Buku Sejarah menuliskan keburukan dari kemewahan yang berlebihan dan mabuk-mabukan, yang keduanya semakin menjadi-jadi setelah kematian Wen Wang. Dituliskan bahwa minuman keras yang dibuat dari beras harus disajikan hanya pada saat upacara. Penyalahgunaan minuman keras dapat mendatangkan keburukan yang akhirnya dapat menjatuhkan negara.[2]

Keaslian kandungan

[sunting | sunting sumber]

Banyak bagian dari Shu Jing diragukan keasliannya karena ada yang ditulis dari zaman-zaman dinasti berikutnya, setelah Kong wafat. Tetapi beberapa bagian mengenai Dinasti Zhou Barat (kira-kira abad ke-11 SM - 771 SM) dan awal Zhou Timur (770 SM - 221 SM) benar-benar hasil karya Kong Zi.[1]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ a b c d Nio, Joe-lan (1966). Sastra Tiongkok Sepintas Lalu. Jakarta: Gunung Agung. 
  2. ^ a b c d e (Inggris)A History of Chinese Literature, by Herbert A. Giles, gutenberg. 2015-09-22.
  3. ^ (Inggris)Shujing, britannica. 2015-09-23.