Jump to ratings and reviews
Rate this book

Setiap Tempat Punya Cerita #3

Bangkok: The Journal

Rate this book
Pembaca tersayang,

Siapkan paspormu dan biarkan cerita bergulir. BANGKOK mengantar sepasang kakak dan adik pada teka-teki yang ditebar sang ibu di kota itu. Betapa perjalanan tidak hanya mempertemukan keduanya dengan hal-hal baru, tetapi juga jejak diri di masa lalu.

Di kota ini, Moemoe Rizal (penulis Jump dan Fly to The Sky) membawa Edvan dan adiknya bertemu dengan takdirnya masing-masing. Lewat kisah yang tersemat di sela-sela candi Budha Wat Mahathat, di antara perahu-perahu kayu yang mengapung di sekujur sungai Chao Phraya, juga di tengah dentuman musik serta cahaya neonyang menyala di Nana Plaza, Bangkok mengajak pembaca memaknai persaudaraan, persahabatan, dan cinta.

เที่ยวให้สนุก, tîeow hâi sà-nùk, selamat jalan,

EDITOR

436 pages, Paperback

First published January 1, 2013

About the author

Moemoe Rizal

11 books100 followers
Having too much imaginations on his head, and having trouble to throw it out.

Instead of lying to people about his dreamland, he write it on a paper.

Have ever published these (so far):
1. Kling.. The Spinning Coin
2. Boysitter
3. Bidadari "So What"
4. Oxana: Apartment Syndrome
5. Playboy Kapok
6. Satu Cinta Sejuta Repot
7. Oh, Baby
8. Outrageous (Glam Girls Series)
9. Jump
10. Fly To The Sky

Ratings & Reviews

What do you think?
Rate this book

Friends & Following

Create a free account to discover what your friends think of this book!

Community Reviews

5 stars
620 (40%)
4 stars
547 (35%)
3 stars
249 (16%)
2 stars
70 (4%)
1 star
42 (2%)
Displaying 1 - 30 of 236 reviews
Profile Image for Rayna Marchyiane.
7 reviews6 followers
July 1, 2013
Jujur aja, bangkok bukan pilihan utama saya ketike membeli novel gagas ft bukune #STPC. Pilihan pertama saya jatuh pada manhattan, barcelona, lalu melbourne dan paris. Karena menurut saya tidak ada serial #STPC yang tersisa, saya kemudian memilih bangkok.

Kerisauan saya jujur saja adalah saya takut jenuh ketika membaca novel ini. Hal ini dikarenakan bahasa bangkok yang rumit. Akan tetapi ketika membaca beberapa halaman, saya sangat menikmati(bahkan saya merasa sayang untuk menyelesaikan novel ini) hehehhe.. Sangat berbeda dengan serial #STPC yang sebelumnya(melbourne&paris).

Jadi begini awal ceritanya....
Edvan seorang arsitek terkenal di negeri tetangga ternyata sudah meninggalkan keluarganya selama 10 tahun. Akan tetapi, karena meninggalnya sang ibu, Edvan kembali ke jakarta. Ternyata sang ibu meninggalkan sesuatu yang harus Edvan cari di Bangkok, dimana ibu dan ayahnya bertemu. Dan tanpa disangka, Edvin, saudara lelaki yang ditinggalkan Edvan selama 10 tahun terakhir sudah berubah&menjadi orang lain. Edvan kemudian memutuskan untuk berangkat ke bangkok&memenuhi keinginan terakhir ibunya. Dan ternyata, di Bangkok, Edvan bertemu dengan seorang perempuan cantik yang kemudian ia cintai. Akan tetapi, ternyata perempuan tersebut tidak tertarik bahkan menghindari Edvan. Padahal menurut Edvan, ia sudah cukup sempurna. Nah, pada akhirnya apakah Edvan akan menemukan amanat terakhir ibunya? Apakah ia dapat menerima keadaan adiknya, Edvin yang sudah berubah? Dan apakah ia akan mendapatkan hati wanita yang ia cintai? Nahhhh, temukan sendiri yahhh:))

Ada beberapa hal yang sangat saya sukai dalam novel ini:
1) konflik dalam novel ini. Walaupun rumit, Kak MoeMoe bisa membawa saya ikut berpetualang dengan Edvan di kota Bangkok dan ikut penasaran untuk mencari amanat dari sang ibu, ikut deg-deg an juga ketika Edvan berusaha mendapatkan hatinya Charm hihihi..
2) pada lembar-lembar pertama novel ini, saya sudah dibuat cekikikan dengan gaya bahasa Kak MoeMoe, dan juga saya sama sekali tidak jenuh dengan bahasa bangkok yang sangat sering diucapkan dalam novel ini(bahkan saya ingin mempelajari bahasa bangkok). Sketsa&quotes yang membuat saya kagum menambah kecintaan saya terhadap novel ini.
3) pesan yang terkandung dalam novel ini. Terutama dalam karakter Edvan Ketika orang yang disayangi dan sedarah dengan membuat Edvan benci setengah mati, ketika hati juga sakit dikarenakan wanita pujaan tidak membalas perasaan ketika, dan ketika kepala mumet mencari pesan sang ibunda yang tidak mudah itu. Akan tetapi di tengah-tengah permasalahan yang terjadi, Kak MoeMoe menghadirkan hal-hal kecil yang dapat membuat Edvan bersyukur(seperti Max, sepasang adik dan kakak, juga ibu dan anak).

Akan tetapi beberapa hal yang mungkin membuat novel ini kurang sempurna(tetapi menurut saya tetap sempuna kok!):
1) karakter Charm yang rempongnya setengah ampun(walaupun memang endingnya sangat tidak ketebak). Harusnya dia membalas perasaan Edvan, kan Edvan udah so sweeet banget..
2) konflik terakhir yang sampai mereka ada di pengadilan.. Menurut saya agak tidak pas dengan konflik awal-awal yang sudah membuat saya tercengang dan penasaran dengan amanat sang ibunda.

Hehhhehhe.. Kembali ke titik awal, menurut saya semua tergantung selera. Tapi saya yakin kok, novel ini akan membuat anda tersenyum dengan banyolan ringan dari Kak MoeMoe dan akan membuat anda tertarik dengan indahnya Bangkok. Hehehhe:))
Profile Image for Yuli Pritania.
Author 23 books281 followers
May 1, 2015
Buku pertama yg membuat saya harus memberi bintang lima. It's awesome. Novel Indonesia plg indah yg pernah saya baca, bukan dari segi ceritanya (bukan berarti ceritanya jelek ato apa), tapi dari segi pelajaran yg diberikan buku ini pada saya. Dan juga pada pembaca manapun yg meluangkan waktu unutk melahapnya.
Bangkok. Saya bukan penikmat negara Thailand, terutama karena saya g suka denger bahasanya yg aneh. Tp pas liat nama pengarang, yg cowok, saya lgsg jadiin ini buku must-read. Kenapa? Karena dr series Setiap Tempat Punya Cerita, saya cuma baca Roma, yg ditulis oleh seorang cowok, dan saya lg negbet2nya ama novel2 Indonesia yg ditulis cowok. G tau kenapa, tp membaca buku dr perspektif cowok itu berbeda, cara mereka mendeskripsikan berbeda, dan entah kenapa... indah.
Pertama buka buku ini, yg saya lihat itu Tentang Pengarang di balik sampul belakang, yg sumpah konyol abis. Saya suka quote2 di setiap pergantian bab, tapi harus saya akui, sketsa2 di novel ini adalah sketsa plg biasa dan paling sederhana daripada novel lainnya. Bukan jelek, tapi... gambarnya terkesan sepi, tidak terlalu bnyk detail. But, it's not a problem.
Kalimat pertama dari novel ini adalah, "Nah, selesai." Saya lgsg ngakak pas baca kalimat pembukaannya. Oh, yeah, haruskah saya menutup novel ini segera setelah membaca kalimat itu? Hahaha... just kidding.
Saya bnr2 cinta banyolan ala Edvan, yg rada nyerempet2, trus plg lucu kl udh baca catatan kakinya. Di novel2 normal, catatan kaki itu berguna unutk menjelaskan kata2 sulit, tp disini? Itu adalah catatan mengenai cara berpikir Edvan yg kadang cacat. LOL
Pas awal2 baca, msh make kata2 g baku (saya pecinta novel dgn bahasa baku), tp itu sama sekali g menyurutkan minat saya utk menyelesaikan. Saya terpesona sama karakter Edvan yg narsis mampus, juga Stevan yg sumpah otaknya udh korslet, dan saya hanya bisa terpesona dengan kelanjutan ceritanya. Tentang jurnal, Edvina, Charm, Max, dan semua pelajaran mendidik yg diberikan novel ini. Tentang manusia, ttg cinta aksih terhadap sesama, tentang menerima... tentang menjadi diri sendiri.
Selama ini, kebanyakan novel yg saya baca mlh memberikan sesuatu yg g penting. Saya pernah baca novel yg mengajarkan cara masang modem, cara bikin email, WTH? Dan novel2 yg niatnya mau memberikan pelajaran berharga, jatuhnya malah ky mendikte, menggurui. Tapi Bangkok... it's extremely gorgeous. Beautiful, if I can say. Bnyk momen2 dimana saya menitikkan air mata. Ky waktu baca scene dimana seorang Ibu sgt mendukung anaknya yg waria, bagaimana Edvina menjadi dirinya sendiri, yg walaupun tidak diterima masyarakat, tp bisa membuatnya bahagia sekaligus membuat org lain ikut bahagia. Juga momen dimana Edvan bertemu kakak adik (saya lupa namanya), yg mengajarkan bahwa family helps family. Yg penting menerima. Itu dlm bgt maknanya. Sederhana, tp berharga. Dan saya plg suka momen2 Edvan dan Edvina di Pattaya. Itu luar biasa... indah.
Saya terpesona sama kisah cinta Artika dan Ferry... saya suka gmn Edvan berubah karena mengenal Charm. Saya suka apapun yg ada di novel ini. Tanpa terkecuali. G peduli apakah ada cacat atau tidak, semuanya tertutupi dengan cara penceritaan dan kata2 yg luar biasa.
Jadi... big big thanks buat Mas Moemoe Rizal. Saya emg blm baca karya Anda yg lain, tp saya akan berusaha untuk mendapatkannya. Semoga bs menghasilkan karya2 indah lainnya, yg bisa menggugah hati siapapun yg membacanya.
Profile Image for Riawani Elyta.
Author 31 books100 followers
July 11, 2013
Saya benci isu transgender dalam cerita
Saya juga gak sreg sama bbrp kata2 kasar dlm novel ini
Saya juga sempet boring pd bbrp bagian pencarian jurnal yg ngingetin saya dgn acara teve yg sy lupa namanya

Tapi
Saya puas dgn deskripsi settingnya yang kumplit
Saya harus ngaku jarang2 ada penulis cowok yg novelnya bisa bikin saya senyum2 dan juga hampir nangis

Finally
Saya benci krn no doubt, harus ngasih 4 star untuk novel ini, hehe
Profile Image for Ifnur Hikmah.
Author 5 books12 followers
June 24, 2013
Bangkok: The Journal mengajak pembaca bersama-sama Edvan mengelilingi Bangkok mencari lembaran kalender tahun 1980 yang dititipkan oleh ibunya kepada orang-orang yang dia percayai. Bukan sembarang kalender karena di balik lembaran kalender usang itu ada catatan ibunya. Cerita ketika ibunya berada di Bangkok dan jatuh cinta pada ayahnya.
Selama sepuluh tahun Edvan hidup sendiri, bersama keangkuhannya, dan kebenciannya kepada ibu dan adiknya, Edvin. Edvan sukses. Kaya. Ganteng. Arsitek terkenal di Singapura. Ogah untuk pulang karena gengsi. Tapi pesan dari Edvin mengubah segalanya.
Ibunya meninggal.
Edvan pulang.
Bertemu Edvin yang sudah berubah jadi Edvina.
Dulu Edvan pergi karena bersitegang dengan ibunya mengenai wasiat ayahnya. Sekarang Edvan mendapatkan wasiat dari ibunya berupa lembaran kalender berisi cerita ibunya tahun 1980. Edvan harus mencari enam lembaran lainnya di Bangkok.
Sounds impossible, isn’t it?
Edvan juga merasa begitu. Bisa saja dia mengabaikan pesan terakhir itu, memesan tiket ke Singapura dan melanjutkan hidupnya. Edvin juga sudah memberinya opsi itu. Namun sisi hati terdalamnya membuatnya menyadari bahwa dia merindukan ibunya dan menyayangi beliau sehingga dia pun menerima tantangan ini.
Bersama kakak beradik Charm dan Max, Edvan mengelilingi Bangkok dan mendapatkan hal yang lebih berharga ketimbang warisan. Cinta dan keluarga.
Ini pengalaman pertama membaca buku Moemoe Rizal. Pengalaman pertama membaca serial Setiap Tempat Punya Cerita yang dikeluarkan Gagas Media dan Bukune. Buku ini berangkat dari sudut pandang Edvan dan feel cowoknya dapet banget. Good job, Moe.
I love drama. I love romance. I love travelling. Ketiganya terangkum dalam serial ini. Kece.
First though: Moemoe’s writing style’s is engaging. Niat awalnya cuma mau baca dikit pas tidur-tidur ayam begitu pulang kerja. Tahu-tahu nggak bisa berhenti sampai gue membalik halaman terakhir jam 02.00 dini hari. Untung besoknya Sabtu. Niat untuk berhenti di tengah-tengah dan lanjutin besok jadi nggak terlaksana karena cara Moemoe bercerita benar-benar engaging banget.
Karena ini buku STPC pertama yang gue baca, gue nggak punya perbandingan dengan seri lain soal deskripsi tempat. Moemoe deskripsinya juara. Bukan cuma deskripsi tempat yang benar-benar detail, kebiasaan orang Bangkok juga detail. Cuma satu yang bikin lidah gue keseleo, kutipan dalam bahasa Thai. Alamak, itu bahasa kan susah dibaca. Jadi, gue skip aja hehe.
Gue sempat pesimis awalnya karena seri ini menggabungkan cerita dengan travelling. Biasanya, jika dua hal ini digabungkan, ada salah satu yang keteteran. Good job, Moe, semuanya pas. Nggak ada yang keteteran. Travelling-nya pas. Romance-nya pas. Drama family-nya pas. I love it.
Inti cerita ini menurut gue adalah drama family. Bahwa sejauh manapun lo pergi dan nggak mengakui homesick, sisi hati terdalam lo mengakui itu. gue nangis waktu baca Edvan nelepon Edvin saat dia di bandara Khan Koen. Sendirian dan ingat waktu kecil kenekadannya bikin dia ke Surabaya sendirian tapi malah nyasar ke Yogya. Tapi ada orangtuanya yang menjemputnya. Sekarang orangtuanya udah nggak ada tapi tiba-tiba aja Edvan nelepon Edvin. Mesk dia nggak mau ngaku, narasi Edvan di bagian ini bikin haru.
Banyak adegan yang bikin haru. Gue lebih suka cerita Edvan-Edvin ketimbang Edvan-Charm.
Tokoh-tokohnya kuat banget. Edvan yang narsis, Charm yang menyenangkan tapi misterius, Max yang riang-bodoh-kekanak-kanakan, dan Edvin yang ramah dan centil. I love all of them.Interaksi antar tokoh bisa bikin ketawa. Bahkan tokoh-tokoh minor yang selewat muncul selama pencarian Edvan pun nendang banget. Terutama si kecil Kanok dan Monyakul. Gue juga nangis waktu adegan Kanok-Monyakul ngobrol sama Edvan ini.
Satu hal yang gue acungi jempol adalah keberanian Moemoe mengangkat isu transgender. Iya sih, di Bangkok ini nggak heran lagi. Namun, menghadirkan sosok utama Edvin yang berubah menjadi Edvina, itu cukup berani. And I love it. (Edvina reminds me of someone. My senior at campuss).
Oh ya yang cukup bikin gue shock. Charmn ceritanya kuliah di Indonesia. Komunikasi UI. Mengingat umur Charmn 26, berarti dia masuk kuliah angkatan 2005, dua tahun di atas gue. Tapi nggak ada tuh seingat gue senior gue dari Thailand #eaaa *lol*.
Membaca cerita ini, gue selalu terbayang Loong aka Theradej Wongpuapan, aktor Thai yang main di Bangkok Traffic Love Story. Film Thai pertama yang gue suka, sampai sekarang. Baca Bangkok bikin gue kangen nonton film itu, nggak terhitung udah berapa sering gue nontonnya hihi.
Namun, ada yang mengganggu keasyikan gue membaca buku ini. Font yang digunakan pas bagian jurnal ibu Edvan sukses bikin gue jereng. Apalagi penerangan kamar yang remang-remang, makin minus deh mata gue haha.
Once again, ketidakkonsistenan. Gue nggak tahu apa ini luput dari editan apa gimana. Jadi, di awal-awal Edvan belum bisa menerima keadaan Edvin. Dia masih menyangkalnya. Baru menjelang akhir Edvan mau memanggil Edvina. Tapi… di awal-awal beberapa kali disebut Edvina padahal saat itu Edvan belum menerimanya. Kalau dilihat sih sepertinya itu kesalahan editan aja alias bisa sih dibilang typo. Well, kurang teliti lebih tepatnya. Kedua, di bagian jurnal ibu Edvan, kadang dia menyebut dirinya aku, kadang saya. Well, gue ngerasa terganggu aja.
Ketiga, Charm (nama aslinya bukan ini tapi berhubung buku gue lagi jauh dan nama aslinya susah banget, jadilah gue nggak nulis di sini hihi). Gue udah bisa menebak kalau Charmn ini sebenarnya *uhuk* ya gitulah. Maksudnya buat twist tapi kebaca dengan jelas ke arah sana. Ketika Charm berbohong tentang keadaannya dengan menyebut tunangan, reaksi gue cuma ‘come on? Tunangan? It’s so ordinary. Udah biasa. Ketebak banget. Toh udah banyak yang memakai formula ini’.
Tapi, hal itu nggak mengurangi kesukaan gue sama buku ini. Malah gue mau baca buku Moemoe Rizal yang lainnya. Kangen juga baca buku dari penulis cowok dengan gaya yang cowok banget.
Oh ya, Edvan ini ceritanya kan arsitek. Ini juga two thumbs up buat Moemoe karena benar-benar berhasil menampilkan arsitek yang sebenarnya. Ketika Edvan mengomentari sebuah bangunan dengan bahasa-bahasa arsitek—kolom—gue ingat si Mas Arsitek satu itu dan keingetan waktu ngobrol sama dia dengan gaya yang kurang lebih sama seperti Edvan. Ketika Edvan narsis, ya well, bukankah arsitek selalu merasa dirinya dewa? Hihi.
Well, salam dari Bang Kachao
Profile Image for Ramadhania.
22 reviews1 follower
May 27, 2013
:DDDD *pokoknya nyengir lebar lah*
habis baca novel ini rasanya puas banget.

langsung review-nya aja ya. ini novel kece banget. karakternya kuat, ide tentang perjalanan nyari jurnalnya keren. deskripsinya asik, aku jadi bisa ikut "jalan-jalan" ke Bangkok.

suka sama cara si penulis ngasih pelajaran ke si tokoh utamanya tentang masalah-masalahnya. terutama tentang perasaannya ke ibu dan adiknya. terharu juga pas baca bagian Edvan akhirnya bisa nerima keberadaan adiknya yang... yah, dibaca saja.

suka juga gimana Edvan ngehabisin waktunya sama Max yang akhirnya udah kayak adik sendiri buat dia. kisah romance-nya? sebenernya aku ragu mana yang plot utama mana yang subplot di novel ini, rasa cinta Edvan yang tumbuh selama perjalanan mencari jurnal ini atau masalah perasaannya sama keluarganya. apa satu novel bisa pake dua plot utama? aku sih ngerasanya porsi kisah cintanya sedikit di bawah kisah Edvan dan adiknya, Edvin.

dan untung di akhir cerita dikasih catatan Charm yang sedikit ngegambarin perasaan dia ke Edvan pas awal ketemu, jadi masih berasa ada timbal baliknya lah, ke si Edvan ini.

suka banget sama kalimat Edvan yang ini:
"Kalau aku sebuah gedung, kamu adalah fondasiku yang membuatku tetap berdiri. Kamu terus men-support aku, memberitahuku untuk tenang ketika ada gempa, memberitahuku untuk jangan panik saat banjir datang, kamu akan terus ada di sana menjagaku agar tetap berdiri tegak." romantis ala arsiteknya dapet banget.

ah iya. kenapa bahasa Thainya nggak dikasih tau artinya? seingetku cuma "chai", "mai chai", sama yang artinya no problem yang dikasih tau artinya. kalimat-kalimat panjangnya nggak. *cmiiw* oke, emang ceritanya dari POV pertama si Edvan yang nggak ngerti bahasa Thai, tapi masa pembacanya dibikin nggak ngerti juga? kan kepo jadinya.

ini novel pertama Moemoe Rizal yang aku baca. jadi pengen baca lima novel yang sebelumnya. good novel, Kak Moemoe! :))
Profile Image for niskalabhitara.
72 reviews11 followers
September 6, 2023
dari series stpc yang udah kubaca, menurutku ini yang paling bagus. aku merasa kayak nemu harta karun 🥺 review menyusul secepatnya!
________________________________

okay, this is my review.
pertama, aku sebenernya udah berekspektasi bagus sama Bangkok: The Journal karena rating goodreadsnya paling besar di antara seri stpc lain, dan mutual goodreadsku punya review positif semua. dan buku ini nggak mengecewakanku sama sekali! buku ini terbit 2013. dan aku bacanya 10 tahun setelah buku ini terbit. itulah kenapa aku bilang nemu harta karun di awal, bahkan aku ngerasa 10 tahun lagi pun ceritanya masih bisa dinikmati, karena topik yang diangkat dan ceritanya timeless. novel ini superlengkap dan superasyik, topik yang dibawa beragam dan ga ada satupun yang miss. dari mulai keluarga, transgender, karir, grieving. and please, story about hunting treasure based on journal is hard to skip!!

yang paling aku suka dari Bangkok adalah karakter-karakternya. beberapa waktu belakangan tuh aku agak bosen baca karakter men written by women, yang meskipun emang our dream banget tapi too good to be true. sampe akhirnya nemu ini, berhubung yang nulis cowok, maka keluarlah Edvan, karakter yang lebih mereprentasikan cowok di real life: suka mengumpat, narsis, punya ego tinggi, dan keras kepala. meskipun tetep ganteng sih. selain fisiknya, dari awal ngga di-highlight sifat positif Edvan apa, yang nggak berarti dia bad boy, tapi lebih nunjukin kalo dia arsitektur sukses yang punya banyak kekurangan. selain Edvan, karakter yang ku suka itu Max! Max itu tengil, ngeselin, kadang ganggu, tapi kehadirannya bener-bener ngasih warna yang berbeda ke cerita. aku juga suka Charm, dan bisa ngeliat kalo dia emang beneran charming--selain karena kegiatan sosialnya, Charm juga pekerja keras dan cewek yang punya pendirian kuat. karakter lain kayak Edvina, temen Edvan, temen-temen ibu Edvan, bahkan Leila, bahkan juga meninggalkan kesan. seolah karakter-karakter itu beneran ada.

Perkembangan karakter Edvan, dari yang tadinya keras kepala mulai menurun egonya, mulai bisa ngeliat dunia yang ibunya pengen tunjukin ke dia, itu diceritakan dengan smooth apalagi dengan POV dia sendiri. Semua sikapnya beralasan dan seiring berjalannya cerita, kita ditontonin langsung gimana peristiwa di buku berperan besar dalam mengubah seorang Edvan. footnote nya yang nggak cuma berisi penjelasan, tapi kadang juga celetukan Edvan, itu bikin aku ngerasa kayak teknik film yang tokoh utamanya ngomong ke kamera buat bicara ke audiens. mungkin nggak technically sama, tapi rasanya kayak gitu. dan itu asik banget! untuk Charm sendiri. aku udah bisa nebak apa yang terjadi sama dia sih--tapi itu gak bikin ceritanya jadi kurang menarik.

aku suka jokes di buku ini yang kena semua di aku, interaksi tokoh-tokohnya, konfliknya yang nggak terlalu muda buat diselesaikn, dan juga closure yang didapetin Edvan-Edvina dan Edvan-Charm udah membuatku puas. kuharap Charm bisa hidup bahagia dan menikmati hidupnya sebaik-baiknya. sebenernya masih banyak yang mau kuomongin, tapi mendadak lupa. yang jelas, suatu saat aku bakal reread lagi buku ini!

p.s: biasanya aku sering bosen sama travel-buddy trope, tapi di Bangkok semua jadi asik banget. dan aku juga suka cara penulis gambarin suasana Bangkok yang nggak bagus-bagusnya doang, tapi juga kekumuhannya hahaha!
Profile Image for Sayfullan.
Author 10 books39 followers
December 3, 2017
Menyesal saya baru baca bulan kemarin. Semacam, saya hidup di zaman sejarah tapi saya masih saja berburu dan meramu. Telat banget. Tapi, lebih baik telat bukan daripada tidak sama sekali?

Cuma mau bilang, novel ini manis. Detail Bangkoknya mantap. Penasaran dengan isi tiap jurnal yang diburu sang tokoh utama. Kupikir isi jurnal terakhir akan membawa ke sebuah lokasi atau pun semacam rahasia besar masa lalu, tapi yah....

Suka banget pov satunya, karena membuat karakter tokohnya begitu terasa. Akhirnya saya tersenyum setelah menamatkan buku ini. :)
Profile Image for Ruth Munthe.
203 reviews159 followers
November 16, 2016
Bangkok: The Journal
By Moemoe Rizal

Spesial. Satu kata yang dapat menggambarkan novel ini. Iya novel ini spesial. Dan saya pun merasa spesial karena telah membaca novel ini.

I love the characters.
Edvan, Charm, even Edvin and Max are special for me. Mereka adalah tokoh-tokoh yang pantas untuk diceritakan. Meskipun hanya fiksi, tp justru itulah. Buat apa membuat cerita yang tokohnya nggak berharga dan nggak pantas untuk diceritakan? Penulis juga benar-benar berhasil mengobok-obok emosi saya. Dari lucu, sampai yang paling sedih berhasil penulis ramu dalam cerita yang apik.

Oiya, aku juga suka setiap obrolan antara Edvan dan Stevan. Heran kalau ada yg bilang kalau kalimat yg mereka gunakan terlalu kasar. Hey dude, you just dunno what their life look like. Cowo bilang fuck ke cowo, nyantai broh. Cewek yg ngomong? Emm tersinggung deh pasti. Yaa kalo kata orang sih, hidup itu jgn dibawa terlalu serius lah. Terlalu serius bisa bikin wajah keriput kaleeeee.

No doubt for giving 5 stars to this book.
No doubt for read another books written by Moemoe
Profile Image for Jee Jee.
Author 11 books22 followers
September 30, 2013
Bangkok ngajarin saya banyak hal.
Tentang hubungan antar keluarga, persahabatan dan cinta.
Tentang perjuangan. Perjuangan dalam banyak hal yang ngebuat saya tersentuh banget. Tentang Edvan yang berjuang ngalahin egonya untuk nggak bertahan membenci Ibunya. Tentang Edvan yang berjuang untuk meyakinkan Charm bahwa hidup nggak ada di tangan dokter. Tentang Edvan yang berjuang menjaga tempat2 kenangan itu. Tentang Edvan yang pada akhirnya menerima adiknya.
Saya tersentuh banget sama penggambaran Bang Moe Moe Rizal ngediskripsiin hubungan kakak-adik yang menurut saya manis, dan hangat.

Dan well, gemes banget sama catatan kakinya Bang. Hahaha dasar ya si Edvan narsis akut!

Hemh.. saya suka sama sosok Charm. Charm yang bisa memberi kebahagiaan lewat senyumnya. Sosok Max yang polos dan apa adanya. Meskipun kombinasi karakter Max itu agak nggak matching, laki-laki yang hobi muaythai tapi polos dan sedikit penakut tapi justru itu yang ngebuat cute. Hahaha keren Bang Bangkoknya!
Terima kasih sudah ajak saya berjalan-jalan ke Tanah Senyuman :)
Profile Image for Jessica.
10 reviews
July 7, 2013
Bingung harus mulai darimana. Rp57,000.00 bukan uang yang sedikit dan saya tidak menyesal mengeluarkan itu untuk 'journey' bersama Edvan ke Bangkok, ke hidupnya dan dunianya. Edvan is just a simple human being. Charm is Charming. Edvin(or is it Edvina now?) is inspiring. Max is interesting for me. Its all so great and epic. The Journals. How I wish to know the ending. Apakah Charm survived? Or she died? But more-ever, I love how it ends with Charm's diary entry on the first day of their journey To search the journal. Its glad to know that Charm falls in love with Edvan too :) even earlier than him!
Wonderful. Worth to read it again. Even the explicit content (since im still underage.)
But its great and funny :p

Thanks for the amazing story! :) keep on writing and inspiring people!!
Profile Image for Manik Sukoco.
251 reviews29 followers
December 29, 2015
Well written. Less details but it's not a problem. I love Edvan's sense of humor, Stevan's madness, Edvina, Charm, and Max. Also all of the life lessons in it; about human, compassion, gratitude, and the ability to accept who we are. Salute to Moemoe Rizal for such a beautiful story!
Profile Image for Shinichi.
8 reviews4 followers
July 13, 2013
ga bisa nulis review,cuma bisa ngasih komen:habis baca fly to the sky sama ini moemoe rizal jadi penulis gagasmedia bergender laki2 favorit aku selain christian simamora dan robin wijaya.sekian.
Profile Image for Sulis Peri Hutan.
1,055 reviews272 followers
June 14, 2013
Semua bermula dari wasiat ibunya Edvan Wahyudi, di mana sejak sepuluh tahun yang lalu laki-laki yang sekarang menjadi arsitek di Singapura dan baru saja membangun gedung menawan itu angkat kaki dari rumah, tidak mau mengambil warisan dari ayahnya dan terlebih menentang keputusan ibunya tentang pilihan hidup Edvin, adiknya. Sejak itu dia ingin membuktikan bisa sukses dengan usahanya sendiri, dan berhasil. Tapi sms dari adiknya yang mengabarkan kalau ibu mereka baru saja meninggal dunia mau tidak mau membawa Edvan kembali ke Bandung, ke rumahnya.

Wasiat untuk Edvin adalah menyerahkan sebuah jurnal yang ditulis ibunya di belakang kertas kalender usang. Pada tahun 1980 ibu mereka menulis tujuh lembar jurnal di balik kertas kalender, yang diberikan Edvin adalah jurnal ke tujuh. Tugas Edvan adalah menemukan enam lembar jurnal yang lain sampai semua terkumpul. Setelah terkumpul, Edvan akan tahu di mana warisannya. Semua jurnal tersebar di Bangkok, Thailand. Lokasi jurnal sebelumnya selalu ada di jurnal sesudahnya. Jadi, setelah jurnal ketujuh Edvan harus mencari jurnal keenam, kelima dan seterusnya sampai jurnal pertama. Bukan perkara mudah, jurnal itu tertulis lebih dari tiga dekade belum lagi di negara asing yang tidak familier dengan lokasi-lokasinya. Merasa bersalah dan kangen dengan ibunya, Edvan terpaksa memenuhi permintaan terakhir yang bisa dikategorikan mission imposible.

Di Bangkok, Edvan tidak sendirian mencari harta karun ibunya, dia ditemani Chananporn Watcharatrakul atau cukup dipangil dengan Charm saja sebagai guide tour, wanita asli Bangkok yang diperkenalkan oleh Leila (pramugari yang digoda Edvan) yang juga merupakan mantan pramugari maskapai penerbangan Indonesia Airbridge (Ardian disentil sedikit loh, baca: Fly To The Sky). Perjalanan bisnis Edvan dan Charm memang tidak mudah, tapi setidaknya merupakan pengalaman berharga bagi Edvan, bertemu orang-orang yang luar biasa, mengunjungi tempat-tempat yang eksotis dan akhirnya dia tidak hanya bisa mengereksikan sebuah gedung, dia jatuh cinta pada Charm yang sangat professional. Dan yang paling penting, Edvan akan menemukan harta karun yang sesungguhnya.

“Aku nggak milih untuk cinta dia. Tiba-tiba aja, aku tahu kalo dia kunci yang tepat untukku. Kayak kalau kita nyoba masukin kunci ke banyak lubang pintu, waktu terdengar bunyi krek dan kunci itu pas masuk, rasanya kayak gitu.”


“Karena kalau aku adalah sebuah gedung, kamu adalah fondasiku yang membuatku tetap berdiri. Kamu terus men-support aku, memberi tahuku untuk tenang ketika ada gempa, memberitahuku untuk jangan panik saat banjir datang, kamu akan terus ada di sana menjagaku agar tetap berdiri tegak.”



Membaca buku ini kita akan dibawa keindahan Bangkok, melintasi Bangkok Mass Train System Skytrain, menyusuri Thanon Phloenchit, mengunjungi luasnya distrik Samphan Thawong dan menemukan Wat Traimit, kuil yang ada patung Budha terbesar di dunia, merasakan menaiki Tuk-tuk, transportasi khas negara Thailand, memperlajari Thaiboxing, ke Thanburi (ada kuil Wat Phitchaya, Wat Kalayanamitr, Wat Mahathat), menyusuri Sungai Chao Praya, selamat dari scam yang marak di Bangkok ketika mengunjungi Wat Pho, kuil paling terkenal di Bangkok, patung emas Budha yang sedang tiduran. Mengunjungi satu kelab ke kelab lainnya, di goda ladyboy (Bangkok juga terkenal dengan para waria, bahkan ada kelab khusus waria), dan di Bangkok juga ada Pasar Terapung di Taling Chan, kalau di Indonesia kan terkenal dengan pasar terapung di Kalimantan Timur. Masih banyak lagi tempat yang dikunjungi Edvan demi mencari jurnal-jurnal tersebut. Jurnal tersebut akan ada clue tempat di mana jurnal sebelumnya berada dan orang yang membawanya.


Kalau ditanya seri Setiap Punya Cerita mana yang paling kental settingnya saya akan menjawab secara berurutan; Bangkok, Paris, Barcelona Te Amo dan terakhir Melbourne (karena baru itu saja yang saya baca). Buku ini sangat lengkap dan detail, lengkap dalam artian kita tidak hanya menemukan petualangan yang seru, pencarian harta karun yang luar biasa tapi selain itu kita juga akan menemukan kisah tentang keluarga, persahabatan, cinta, transgender, komedi, merasakan haru, tertawa terpingkal-pingkal, dan bahagia.


Bagian paling kocak itu ketika Edvan berkata kepada Max, adik Charm, kalau dia punya tato, hampir semua yang tidak disukai Charm di miliki oleh Edvan, seperti mempunyai tato dan berprofesi sebagai arsitek, membuat Edvan hopeless, hahaha, justru sebaliknya Max sangat mengagumi Edvan karena merasa memiliki banyak kesamaan. Saya kasih adegan yang membuat saya ngakak njugkel ya :p

“Khun punya tattoo? Aku juga!” Max tampak antusias. Wajahnya berekspresi seolah baru bertemu saudaranya yang terpisah sejak lahir. “Aku ada tato dragon di pantat! Khun boleh lihat.”
“Tidak perlu –“
Namun Max sudah menarikku ke sebuah geng sempit yang gelap, yang entah emngapa kebetulan kami lewati saat itu. Max celingak celinguk kanan-kiri. Aku sudah mewanti-wantinya, “Kamu nggak usah ngelihatin—“
“Phom tato. Khun bisa lihat?”

Sial. Sekarang Max nungging di hadapanku, melorotkan celananya dan menunjukkan pantatnya. Memang ada tato naga besar di situ, tapi aku hanya sanggup melihatnya sedetik saja. Detik berikutnya, aku langsung berlalu kembali ke trotoar.

Buahahahahahah, sumpah Max ini kocak banget, yang diomongin selalu saya muaythai (thaiboxing), obsesinya, Edvan sampai muak mendengarkannya, lucu banget deh kalau mereka bersama. Edvan juga lucu sih, agak sedikit mirip dengan Ardian di Fly To The Sky, yang orangnya narsis banget dan pede banget XD. Oh ya, kita tidak hanya diajak berkeliling Bangkok, kita juga akan diajari sedikit bahasanya (adanya juga bahasa untuk mengumpat XD), makanan-makanan khas, tradisi, kebudayaan, komplit pokoknya. Buku ini juga dipenuhi footenote, kalau biasanya dipakai untuk menjelaskan sesuatu, kadang emang untuk menjelaskan arti sih tapi kebanyakan berfungsi sebagai melanjutkan kalimat yang geje abis, kocak banget XD.


Bagian yang paling mengharukan itu ketika Edvan ketemu sama Moyakol dan Kanok, kakak beradik yang kondisinya mirip dengan Edvan dan Edvin. Menyadarkan Edvan tentang family help family. Melihat dua saudara yang satunya waria tapi tetap saling menyayangi dan melindungi itu membuat Edvan terharu. Harusnya dia bisa menerima Edvin, harusnya dia tidak minggat selama sepuluh tahun karena ibunya menyetujui pilihan hidup Edvin. Membaca bagian ini saya jadi teringat sama buku Luna by Julie Anne Peters, nyesek banget rasanya. Emang nggak mudah terlebih dengan tradisi dan agama yang sangat kental di Indonesia, menyadarkan kita kalau nggak pa-pa kok kalau nggak mau mengakui, cukup memahami saja.

“Karena menjadi diri sendiri, aku bisa jadi orang yang berguna.”


“Kau tak perlu menerima kehadiran mereka,” lanjut wanita itu lagi. “Tapi biarkan mereka hadir karena kita tak bisa menghakimi apa yang mereka lakukan. Buatku, waria seperti anakku yang sering menghormati aku, jauh lebih baik dibanding laki-laki jantan yang berdosa terhadap ibunya sendiri. Harusnya manusia dinilai dari apa yang dia lakukan pada orang lain, bukan pada dirinya sendiri semata.”



Buku ini sangat sangat saya rekomendasikan, mau cerita yang kayak gimana ada, cocok juga buat ngisi liburan karena kamu bakalan ngiler pengen ke Bangkok :)

4.5 sayap untuk 5555555555555555
Profile Image for Naza N.
316 reviews6 followers
January 20, 2020
Aku merasa ini buku paling 'padat' dari STPC sebelumnya yang udah kubaca. Bener-bener suka dengan jalinan ceritanya, kompleks tapi nggak berbelit-belit. Meski Edvan nyebelin setengah mati, tapi aku suka narasinya dia. Setiap emosi tokohnya tersampaikan dengan bagus. Dan, ya, rasanya kayak lagi jalan-jalan di Bangkok beneran! XD

Salut sekali sama penulis yang berkenan mengangkat isu LGBTQ yang masih tabu di negara ketimuran ini.

(Yah, ini jenis-jenis review ini-bagus-banget-gak-tahu-harus-bilang-apa-lagi.)
Profile Image for Syahra .
110 reviews
June 15, 2013
Review pertama (yang saya berniat untuk menulisnya, mungkin karena faktor buku ini adalah seri stpc pertama yang saya punya; karena biasanya kalau baca buku gagasmedia saya seringnya pinjam ke teman).

First impression: Dari semua cover stpc, saya paling suka dengan cover Bangkok : The Journal. Lucu saja, saya kalau mendengar kata ‘Bangkok’yang kepikiran selalu gajah yang berwarna putih, tuk-tuk yang berwarna merah, dan patung budha yang berwarna emas.

Sewaktu pertama kali lihat di gramedia (saya belum pernah lihat orang promosi buku ini di timeline saya), saya heran kenapa judulnya Bangkok, kok covernya warna ungu tapi... cocok. Tidak terkesan aneh sama sekali. Waktu itu saya sempat bingung memutuskan beli Bangkok : The Journal atau bukunya Winna Efendi yang Melbourne : Rewind. Tapi kemudian teman saya memilih membeli Melbourne, jadi akhirnya saya yang membeli Bangkok (kita janjian untuk membeli buku yang berbeda, agar bisa saling meminjam, sudah tradisi).

Pertama kali melihat covernya, saya penasaran isinya seperti apa. Dan waktu itu belum ada yang bungkusnya sudah dibuka. Akhirnya saya dan teman-teman saya mengambil satu buku, nekat merobek bungkusnya, kemudian menyembunyikan bungkusnya di tumpukan buku, dan mulai melihat isinya.

Di setiap bab selalu ada quote. Saya langsung suka. Di setiap bab juga ada sketsa yang sejujurnya saya gak ngerti itu sketsa gambar apa, tapi saya suka juga. Saya juga menemukan dua font berbeda (yang satu untuk jurnal Artika, dan yang satu adalah yang diceritakan Edvan), yang menurut saya sudah cukup. Novel kalau terdiri dari terlalu banyak font itu menjemukan. Tapi, entah mengapa saat melihat isi bukunya, saya sama sekali tidak membaca ceritanya. Membaca sinopsis yang berada di belakang bukunya saja tidak saya lakukan.

Kesan pertama saat membaca, buku ini candaannya agak dewasa. Ya gak gimana-gimana sih, tapi saya merasa kurang cocok sama umur. Ketika tahu Edvan sudah berumur tiga puluhan, tidak heran kalau bercandaannya seperti itu. Tapi jika dibandingkan dengan saya—berbeda jauh, makanya saya merasa kurang ‘sreg’ dengan bercandaan mereka.

Dan ketika tahu adiknya Edvan *spoiler* transgender, saya shock. Tapi saya gak suka ninggalin buku yang udah dibaca gitu aja, jadi saya lanjut baca sampai selesai—jam 4 pagi.

Edvan bertemu Edvin—atau Edvina, terserahlah mau menyebut nama asli atau nama transgendernya—saat Artika, atau ibu dari mereka berdua meninggal. Edvin mendapat warisan untuk menyampaikan pesan ke Edvan bahwa, Artika ingin Edvan mencari jurnal yang telah ia tulis dan tersebar dipenjuru kota Bangkok.

Di Bangkok-lah petualangan Edvan yang sesungguhnya dimulai. Ia bertemu Charm dan Max, yang sedikit mengingatkan saya pada sesuatu (you-know-what).

Jadi, karena saya ‘agak’ kurang update tentang Thailand (yang saya tahu hanya gajah putih, patung budha, tuk-tuk, dan Mario Maurer), saya baru tahu, kalau, di Thailand itu banyak orang yang bertransgender atau ladyboy atau waria atau bahasa kasarnya banci. Sewaktu saya di sekolah dasar saya punya ketertarikan sendiri dengan Thailand, saya menyukai negara itu tanpa mencari tahu apapun tentang Thailand dan bam! Saat saya tahu transgender sangat banyak disana, entah kenapa saya langsung—maaf—eneg.

Ceritanya bagus, saya menemukan unsur unsur kebebasan didalamnya. Jalan ceritanya tidak mudah ditebak. Maksud saya, siapa yang akan punya gambaran dimana Edvan dan Charm akan menemukan ke tujuh jurnal itu? Yang terakhir malah berada di Pattaya. Saya tidak terpikir sampai kesitu sama sekali.

Kecuali—ya, Charm ceritanya tertebak. Sewaktu saya baca dia minum pil yang ia bilang multivitamin, langsung ketahuan, langsung terpikirkan bahwa Charm menderita entah penyakit apa, dan lumayan parah. Ditambah ketika Charm langsung menolak Edvan ketika Edvan menembaknya (tidak dalam artian membunuh; bahasa yang umum digunakan teman-teman saya), saya merasa pasti akan ada bagian dimana Charm masuk rumah sakit, botak, kemudian sad ending, aka Charmnya innalillahi.

Tapi, ternyata hanya 90% benar; ending ceritanya mengantung. Namun entah karena alasan apa, saya puas sekali membaca novel ini, saya juga tidak merasa menyesal mendapat bagian membeli novel ini (awalnya sih seperti itu, karena Winna Efendi itu salah satu penulis favorit saya dan saya belum pernah baca buku karya Moemoe Rizal).

Overall 5/5. Perf.

(PS: Namun tetap saja buku ini tidak merubah pandangan saya terhadap—ehm, ladyboy. Mereka itu seperti tidak bersyukur dengan apa yang telah Tuhan berikan, namun kalau dibuat novel, it’s ok.)
Profile Image for Nisa.
311 reviews18 followers
June 3, 2013
Kalo tiap novel ada jenis kelaminnya, berarti novel Bangkok ini sudah pasti laki-laki. Oh bukan, bukan karena penulisnya laki-laki atau sudut pandang orang pertamanya juga laki-laki. Tapi aku rasa itu karena... yah, you know what I mean, right? You absolutely know what I mean

lols :P

Sebenarnya aku sudah selesai menjelajah Bangkok: The Journal ini kemaren malem. Udah gatel aja tangan pengen ngidupin laptop terus nulis review deh di goodreads. But well, sudah terlalu malam. Bayang-bayang kesibukan hari Senin yang ribet bikin aku urung menulis review dan menundanya sampai pagi ini. Untungnya sih hari ini masuk jam sebelas jadi yaaaah masih ada waktu santai di rumah :P hihi

Jujur aja aku baru 2x baca novel karya kak Moemoe Rizal. Fly To The Sky sama Bangkok: The Journal ini. Dulu sempat mau beli Jump cuma kepicut duluan sama Terpesona, jadi batal deh. walau sekarang sebel banget ga jadi beli Jump malah beli Terpesona ya isinya mengecewakan. TAPI, meskipun baru baca dua novel kak Moemoe, aku bisa langsung menemukan khas penulisannya.

Dilihat dari plotnya sih oke-oke aja. Karakter para tokohnya juga kuat, yah walaupun aku ga bisa merasakan chemistry antara Edvan dan Charm. Tapi hubungan afeksi antara Edvan dan Edvin yang paling aku suka di novel ini. Kata-kata family help family itu entah kenapa ya rasanya menyentuh sekali :') konflik keluarga di novel ini berhasil bikin aku nyaris nangis berkali-kali. Berat pasti rasanya jadi Edvan si tukang narsis itu.

Sebenarnya aku berharap bisa ngasih empat bintang sama novel ini. Tapi ya itu, chemistry antara Edvan dan Charm ga aku rasain. Yang artinya aku ga merasa kalo mereka berdua itu seharusnya jadi sepasang kekasih seperti Leonardo dan Felice di novel Roma kebiasaan kan banding-bandingin buku kamu mah cha. Dan, bintang yang kelima itu emang ga pernah aku sentuh. Pasalnya, aku 'menganut' kepercayaan tidak-ada-novel-yang-sempurna, jadi bintang kelima itu ga pernah aku kasih ke buku mana pun *iya kan ya? sial, gue lupa lagi*

Kayak di novel Restart, di sini juga ada sedikiiiiiit hubungan sama novel Fly To The Sky. Cuma sekilas sih tapi jadi bagian terpenting di novel ini juga.

Pas di halaman 210 itu sangat mengingatkan aku waktu pertama kalinya aku ngampus *OSPEK*. Rasanya tuh persis kayak yang dijabarin Edvan. Pengen nangis karena homesick tapi ga bisa karena merasa udah jadi orang (beranjak) dewasa. Waktu nyasar di Jakarta kepengennya nelepon Mama ato orang rumah di Bogor. Tapi kan ga mungkin juga gitu ya aku nelepon terus minta jemput yang jarak jauhnya kebangetan gitu. Akhirnya sama kayak Edvan, aku nelepon temen cuma buat bilang "Gue nyasar".

Di halaman 282 waktu Edvan bilang 'ucing sumput' aku sontak ketawa ngakak. Beneran deh, sunda banget nih orang :P apalagi dia ngomongnya sama gadis Thai yang ga tau apa itu artinya 'ucing sumput'. Ya ampun.......

Aaaaaand, holy shit deh sama apa yang terjadi di halaman 326. Aku cuma bisa bergeming aja gitu bacanya terus WHAT-THE-HELL-WAS-THAT yang keluar dari mulutku pertama kali. Bromance maksudku, brotherhood antara Edvan dan bener-bener bikin aku gemas. Lebih cocok ke bromance ga sih? *di keplak kak Moemoe* *sok kenal amat gue* *yaudah sih kebanyakan tanda bintang jadi pusing*

Oh ya, kalo di novel Roma-nya kak Robin banjir quote, di novel ini juga aku nemu banyak quote. Yah, kalo quote-quote di awal bab sih aku sering nemu di brainyquote.com. Tapi aku sukaaaaaaa banget sama quote-quote yang tersirat di dalam cerita. Kayak misalnya,

Mendoakan orang nggak boleh ada 'tapi'-nya


Karena pada dasarnya, aku nggak sendirian. Aku masih punya keluarga


Dan, masih banyak lagi :))

SO, novel ini nggak mengecewakan. Sesuai dengan ekspetasiku walaupun kurang gregetnya dikit. Aku sih berharap kak Moemoe bakal bikin cerita tentang Stevan :P he's adorable btw hihi

Yah, pengennya sih langsung 'terbang' lagi ke Melbourne, tapi apa daya. Dompetku sedang terjangkit krisis ekonomi. Jadi yah, kudu jemput rezeki dulu deh hehe

สวัสดีค่ะ--sawatdee kha!

♥Best Regards♥


Profile Image for Syifa Adiba.
140 reviews22 followers
July 4, 2013
Edvan adalah seorang lelaki ganteng yang mirip dengan salah satu artis Thailand yang namanya gue lupa (soalnya gue cuma inget Mario Maurer doang. wkwk). Selain ganteng, dia adalah seorang arsitek, mapan, dan baru saja meresmikan gedung pertama yang dibuatnya di daratan Singapura. Sounds great, right? Cewek mana yang nggak mau bertekuk lutut sama cowok model begini? Udah ganteng kaya pula. Serbuuuuu~~ #eh

Masalah mulai muncul saat tiba-tiba ada sms datang di hari soft launching gedungnya. Tiba-tiba, ada sms misterius yang menanyakan Edvan. Dan ternyata itu adalah adiknya, Edvin yang sudah ditinggal selama sepuluh tahun bersama ibunya. Edvin meminta Edvan untuk datang ke pemakaman ibunya yang baru saja meninggal. Dan dengan segera, Edvan berangkat dengan pesawat paling cepat saat itu juga.

Sayangnya, begitu datang dia tidak sempat melihat jasad ibunya yang sudah keburu dikubur. Dan dia pun tidak bisa menemukan adiknya, Edvin yang ternyata sudah menjelma menjadi seorang GADIS! Iya. Edvin sudah merubah dirinya menjadi seorang gadis dan bahkan dia secantik ibu mereka, Atika.

Edvan dan Edvin pun kembali bertemu lagi setelah selama 10 tahun berpisah. Banyak hal yang mereka bicarakan. Salah satunya adalah masalah warisan. Awalnya, Edvan menolak dengan alasan dia tidak butuh warisan. Dia sudah cukup kaya dengan pekerjaannya sebagai seorang arsitek di perusahaan besar. Tapi, Edvin terus memaksa Edvan untuk membaca surat wasiat ibunya yang ternyata adalah Edvan diminta untuk menyari jurnal yang ibunya tulis dalam potongan kalender. Dan potongan-potongan kalender itu tersebar di seluruh penjuru Thailand! Hal gila apalagi ini?

Edvan akhirnya mencari jurnal ibunya ditemani Edvin yang juga akan mengikuti ajang Miss Internasional *khusus waria tentunya*. Di pesawat inilah, Edvan bertemu dengan Laila pramugari cantik yang nantinya memberikan kontak seorang temannya yang orang Thailand dan jago berbahasa Thai *tentu aja*, Indonesia, dan Inggris. Sesampainya disana, mulailah petualangan Edvan untuk mencari jurnal-jurnal peninggalan ibunya bersama Charm. Dan tentunya, petualangan cinta Edvan yang akhirnya jatuh cinta pada Charm, meskipun Charm dengan tegas menolak hubungan romantis di atas hubungan profesional mereka.

Cerita ini menarik sebenernya. Bercerita tentang sebuah tempat dan pencarian jati diri. Ya, jati diri Edvan lah. Siapa lagi. Apalagi, Thailand adalah wonderful country setelah Korea, menurut gue. Dan gue akui, orang Thai lebih ramah dibanding orang Korea yang rada rasis. Sayangnya, setengah buku bagian awal entah kenapa gue bosen. Apa yah. Mungkin karena isu waria di gue udah biasa aja. Dan orang Thailand emang terbuka banget sama waria. Beda sama disini. Temen-temen gue yang cowok aja ada yang langsung lari atau berlindung di belakang gue. Hahaha. But, overall gue suka ceritanya. Terutama footnote yang terdapat pada buku ini, bukannya menjelaskan secara jelas. Terkadang malah footnote ini bikin ngakak karena penjelasannya yang aneh bin ajaib. Buku ini juga cukup membuatku semakin ingin ke Thailand dan melihat seperti apa sih dahsyatnya banci Thailand. *halah* Gue juga sempat menduga bahwa Charm itu sebenernya adalah ladyboy *sebutan untuk cewek oplosan di Thailand*, tapi ternyata dia itu.... *baca sendiri* Sayangnya, cerita yang cukup menghibur ini terganggu di bagian jurnal tulisan dari ibu Edvan. Tulisannya terlalu buram untuk dibaca oleh saya yang memiliki rabun mata. Jadilah, seringnya saya skip. But, overall that's OK.

Kop Khun Kaa~
Profile Image for Lona Yulianni.
237 reviews16 followers
June 8, 2013
Oh my, I love this book!
Februari kemarin saya baru saja dari Bangkok dan rasanya saya pengen balik lagi ke Bangkok buat napak tilas perjalanannya Edvan dan Charm!
Oh yeah, saya suka nama kedua tokohnya!

Edvan Wahyudi, seorang arsitek muda berbakat yang tengah naik daun di perusahaan tempat ia bekerja di Singapore. Sudah 10 tahun ia tidak bersua dengan Ibunya dan di tengah pesta peluncuran sebuah gedung mewah hasil rancangannya, ia mendapat pesan singkat yang akhirnya cukup membuatnya berpikir untuk kembali ke tanah kelahirannya, Bandung.

Belum selesai rasa syok dari kehilangan Ibunya, Edvan lagi-lagi harus menghadapi seseorang yang sangat dikenalnya.... tadinya. Ia terkesima dengan seorang wanita yang duduk di depan mejanya di sebuah restoran ketika ia sedang menunggu kedatangan Edvin, adiknya untuk menyerahkan warisan dari sang Ibu. Ketika wanita itu berbalik, Edvan merasa wanita itu mirip sekali dengan Ibunya dan, well akhirnya dia menyadari sesuatu........

Ok, jadi warisan Ibunya untuk Edvan itu adalah sebuah potongan kalender September 1980 yang kecil mungil dan dekil yang di belakangnya bertuliskan jurnal tulisan tangan sang Ibu yang berjudul "The End". Tugas Edvan disini adalah mengumpulkan kembali 6 jurnal lainnya yang tersebar di Bangkok dan sekitarnya merujuk pada klu-klu yang ada di jurnal Ibu. Dan setelah mengumpulkan itu semua, Edvan akan menemukan harta karun warisan Ibu. Walau sempat menganggap hal ini sangat konyol, akhirnya Edvan memilih menerima tugas ini demi memori mendiang sang Ibu yang pernah ia lukai hatinya.

Edvan dan adiknya akhirnya berangkat menuju Bangkok, dan sesampai di Bangkok Edvin langsung menuju ke Pattaya. Sesuai dengan petunjuk pramugari di pesawat yang ia naiki, ia menemui warga Bangkok yang menjadi teman pramugari tersebut yang bisa berbahasa Inggris dan sedikit Indonesia. Nama singkatnya Charm.

Dan dimulailah perjalanan Edvan untuk menemukan 6 jurnal Ibunya yang tersebar di Bangkok yang tanpa ia sadari membangkitkan kembali memorinya akan sang Ibu, menumbuhkan rasa cinta dan kerelaan serta pengorbanan. Sebuah perjalanan yang sarat makna, bukan hanya demi mencari harta karun Ibu juga untuk mencari makna hidup.

And I'm serious. Buku ini sebenarnya sarat makna banget dan jadi gak bikin bosen dengan bahasa dan cara berpikir Edvan yang menurut saya sih kocak. Dan yah well, ini buku isinya jalan-jalan! Untungnya udah sempet ke Bangkok jadi lumayan gampang ngebayanginnya. Dan sepertinya ini buku terbaik di seri Setiap Tempat Punya Cerita (sotoy) karena isinya kayaknya berbeda dengan buku seri STPC yang lainnya. Isinya bukan hanya mengenai romansa cinta antara lelaki dan perempuan, tetapi juga mengenai romansa memori Ibu dan anak, dan kasih sayang antar kakak dan adik.

Dan saya bersyukur novel tersebut berakhir disitu .

Edvin jadi tokoh kesukaan saya. Ok, Edvin itu transgender. Dia mengubah penampilannya menjadi wanita karena dorongan hatinya. Saya bukannya mendukung seseorang menjadi transgender, tapi apa yang Edvin hadirkan di cerita ini bisa menginspirasi pembacanya untuk menjadi diri sendiri. Iya, ini ungkapan udah jadul banget tapi percaya deh, masih banyak orang yang belum bisa menjadi dirinya sendiri, termasuk saya. Terima kasih untuk Edvin yang telah berbesar hati untuk menerima dengan ikhlas kehidupannya yang cukup berat itu :)

5 bintang untuk novel ini. Semuanya. Ceritanya, Edvan, Edvin(a), Charm, Max, Khun Niran, Bangkok...
Profile Image for Rana.
Author 5 books22 followers
November 20, 2013
Menarik. Banyak tempat di Bangkok yang diekspos sama cerita ini. Nggak mainstream sama sekali dan selalu punya unsur unik di tiap bagiannya.

Walau jujur aja aku kurang suka sama beberapa bagian yang agak "begitu" berhubung aku cewek (ini gara-gara aku gak tahan mau baca semau STPC, jadi mau gak mau aku harus terima kalo ceritanya "begitu"). Aku juga gak suka kata-kata kasar yang bisa dibilang banyaaaaaaaaaaaaaaak banget di dalam novel ini. Dan ceritanya... aduh, aku harus bilang apa, ya?

Aduh, aku gak ngerti lagi kenapa bisa banyaaaaaaaaaak banget waria dalam novel ini... sampai kapanpun aku gak bisa terima mereka (kecuali yang udah dari lahir begitu, lagian mereka bisa terapi, kan?) walau itulah kebahagiaan mereka. Sebenarnya mereka bisa ngerasain bahagia dengan mudah, syaratnya cuma satu; rajin bersyukur. Kalo mereka benci diri sendiri tapi mereka bersyukur, yah, mereka juga akan bahagia dengan sendirinya. Mereka cuma perlu berlapang dada.

Aku gak suka dengan fakta Artika ditato di punggungnya. Pada dasarnya, sama kayak Charm, aku juga benci tato, apalagi kalo cowok ditato. Emang banyak yang nganggep kalo tato itu "lambang kejantanan" tapi aku gak setuju. Aku justru takut liat tato, apalagi kalo tatonya udah gambar yang aneh-aneh.

Aku gak bisa bilang aku enjoy baca novel ini, tapi bisa dibilang aku cukup suka idenya. Cerita ini nendang aku banget, bikin mood aku berubah drastis kalo selesai baca ini. Aku emang moody, tapi setelah baca buku ini aku sadar kalo kadar moody aku ini jadi parah banget. Aku sendiri gak tau kenapa. Mungkin karena aku terlalu hanyut dalam dunia Bangkok-nya Edvan sampai-sampai lupa kalau aku masih punya dunia sendiri untuk dijalani. Hasilnya gini, deh.

Aku suka Charm yang teguh pendirian. Yah, aku ini satu per dua belasnya Charm lah, cuma beda di muka~ (itu jauh, ya...?). Gimana perjuangan dia nyelamatin Bang Kachao, ngototnya dia gak mau nerima iPhone dari Edvan, ngototnya dia ngebalikin perabotan yang dibeliin Edvan, tegasnya dia sama Max, dan sebagainya. Menurut pandanganku, cewek emang harus kayak Charm; tegas, teguh pendirian, juga nggak matre. Aku salut banget sama cewek-cewek kayak gini. Poin tambahnya lagi, dia bisa bicara dalam bahasa Inggris, Thailand, dan Indonesia secara fasih!! Kereeeeeeeeen~

Aku gak puas sama ending-nya. Kalo emang ada kode, iiih.... aku KEPO berat!! Berhubung aku males mikir dan males baca ulang jurnal Artika (yang font-nya bikin aku sakit mata lantaran hurufnya nyambung dan ada yang mirip-mirip. Plus kecil pula, aku jadi merasa kalo aku ini orang termiris sedunia), makanya aku pingin tahu kodenya langsung. Siapa tau isinya warisan milyaran rupiah? Itu kan, KEREN!~

Mungkin ini aja review saya. Saran buat editor, sebaiknya pastikan kalo font yang digunakan enak dibaca. Misalnya kayak font buat tulisan Charm, aku suka banget. Tulisannya nyaman dibaca dan bikin aku seneng liatnya. Ditambah lagi, mataku jadi gak sakit XD

Sekian!
Profile Image for Pattrycia.
351 reviews
July 29, 2013
Been carrying the book unopened for days and only got to read a few pages on Thursday. Amidst my busy work & training, I managed to finish it last night. And boy it was worth losing a couple hours of sleep.

Gw jarang baca buku yang ditulis oleh penulis cowok. Karena memang kebanyakan novel ditulis oleh kaum wanita. Reading this book is like going through a fascinating journey. Menurut gw pemikiran cowok itu lebih simple daripada cewek yang super ribet. I am glad I got a glimpse of how boys think. Waktu baca tulisan Mas Moemoe ini berasa banget 'cowok'nya.
Ga terlalu detail, banyak yang nyeleneh & ceplas ceplos. Pokoknya apa adanya banget deh.

Cerita dimulai dari Edvan yang mendapat wasiat dari Ibunya untuk mencari jurnal yang tersebar di Bangkok. Edvan yang sudah 10 tahun memutuskan hubungan dengan Ibunya akhirnya memutuskan untuk mengemban tugas yang impossible ini.

Dalam perjalanannya, Edvan mendapatkan banyak pelajaran tentang kehidupan. Melalui pertemuannya dengan seorang Ibu di sebuah klub malam, ia diajarkan untuk menerima keadaan walaupun itu tidak sesuai keinginannya. Melalui pertemuannya dengan kakak beradik Kanok & Monyakul, ia belajar bagaimana untuk menghargai keluarga terutama saudara kandung.

Gw suka cara Mas Moemoe memberikan pelajaran tentang kehidupan melalui orang2 yang ditemui Edvan. Akhirnya Edvan bisa self-reflect keadaannya dan berubah menjadi orang yang lebih baik.

For a romance, the tale between Edvan & Charm kinda sucks. Edvan adalah orang yang bisa dibilang patut dijauhi oleh Charm. Charm hates an architect, someone who is too narcissistic and everything related to a Ladyboy. Dan disini Edvan itu selalu ditolak oleh Charm. Sad, ain't it?

Tapi terlepas dari segala hal diatas, buku ini sangat2 inspiring. I couldn't stop flipping the pages.

To put it simply, it was really uh-may-zing. On a scale from 1 to 5, I'd give it a 6. Well done!
Profile Image for Nay.
Author 4 books86 followers
May 21, 2016
What an awesome and lovable story :))

Novel ini mengajarkan saya banyak hal. Salah satunya tentang perbedaan signifikan antara cara penulis pria dan wanita dalam mendeskripsikan karakter pria dalam novelnya.

Bedanya? Saya menemukan banyak hal yang natural di sini. Tentang sifat, sepak terjang, topik pembicaraan, pikiran 'nakal' yang sesekali (mungkin seringkali) melitasi benak mereka, yang menurutku penulis wanita tidak bisa mengangkatnya. Mungkin bukan tidak bisa, tapi tidak ingin. Mungkin takut tokoh-tokoh itu tidak admirable lagi atau tokoh mereka akan cacat di mata pembaca.

Ternyata hal itu sama sekali tidak menganggu karena seperti kata Mama Edvan dalam jurnalnya: man is just a man, begitulah mereka.

Meskipun ada beberapa hal yang aku tidak sependapat Tapi untungnya 'terlalu' banyak hal spesial dalam novel ini tidak membuatku menurunkan rating lantaran poin-poin di atas.

Aku terkesan dengan kemampuan penulis menjelaskan tiap sudut kota Bangkok, tidak membosankan.Ku mencintai tokoh-tokohnya (kecuali Edvin dan para peserta Miss International Queen) Edvan, Charm, Stevan bahkan aku suka Max yang sebetulnya membuatku bingung. Kenapa wajahnya harus merona saat dipandangi Edvan. Dan bagian yang di bathub itu, aku ingin sekali bertanya pada penulisnya, karena sampe akhir aku gak ngerti (hehe sorry)

Bahasanya renyah dan gaya bicaranya Edvan yang 'semau gue' itu enak. Pokoknya Aku sudah memasukkan penulis Novel ini ke dalam list penulis yang next time bukunya bakalan aku hunting.

Pokoknya aku puas menutup novel ini pada jurnal terakhir dan tulisan tangan Charm.
Profile Image for Dian Putu.
232 reviews8 followers
December 4, 2013
Resensi - BANGKOK : THE JOURNAL "Mencari Kunci Pembuka Hati"

Tak ada rasa benci yang mutlak di dunia ini, kecuali bagi mereka yang memang di takdirkan tak punya hati. Benci itu hampir sama dengan debu-debu yang menutupi permukaan buku. Namun, suatu saat selalu ada tangan yang menyingkap debu itu dan memperlihatkan kenyataan apa yang disimpannya.
Sama seperti hati manusia, kebencian menjadi debu yang menutupinya. Namun, dengan tangan Tuhan debu akan disingkap suatu hari nanti. Hati yang membenci itu akan kembali memperlihatkan apa yang disimpannya, entah sebuah kasih sayang yang mendalam pada sesuatu yang dibencinya, atau sebuah cinta berlebihan yang membuat rasa benci menguasainya.
Sama hal dengan Edvan. Laki-laki yang meninggalkan ibu dan adik laki-lakinya sepuluh tahun yang lalu. Dia berkeras untuk menjadi sukses tanpa kehadiran mereka. Namun, diam-diam dia merasakan rindu, rasa rindu yang dia kubur dalam-dalam dan dia biarkan terlupakan samar-samar.
Lalu kabar itu datang, kabar kematian sang ibu memaksanya pulang. Dan itulah saat pertama kali Tuhan menghapus sedikit debu kebenciannya. Namun, kematian ibunya buka satu-satunya hal yang mengejutkan. Ada satu lagi, ini tentang Advin, dia bukan lagi adik yang dia kenal dulu. Dia sekarang terkurung di tubuh seorang wanita anggun yang sangat mirip dengan ibunya. Edvan jelas tak bisa menerima ini, dan Advin tak akan memaksa kakaknya menerima dirinya. Sejak dulu dia tahu, kakaknya memang tak pernah mau menerima dirinya yang seperti perempuan. Tapi karena ibunya, Advin akhirnya menuruti hatinya, menjadi diri sendiri, menjadi wanita.
“Soal aku jadi perempuan?” Edvin tergelak kecil. “justru ibu yang menyarankanku jadi begini. Kata ibu, aku harus jadi diri sendiri─” hal. 48

Baca selengkapnya disini >> http://dianputu26.blogspot.com/2013/0...
Profile Image for Adelia Ayu.
147 reviews1 follower
November 24, 2013
"Dunia ini keras. Jadilah seseorang yang dibutuhkan dunia."

Baru pertama kali baca karya Moemoe Rizal, dan langsung jatuh cinta sama karya-nya! Bahasanya ringan, ngga terlalu puitis, tapi selalu aja bahasanya mengandung humor yang tinggi. Aku sering senyum sama ketawa sendiri baca buku ini. Apa memang Moemoe Rizal orangnya humoris ya? Hoho.

"Everything has beauty, but not everyone sees it." -Confucius.

Spesial. Satu kata yang dapat menggambarkan novel ini. Iya novel ini spesial. Dan aku pun merasa spesial karena telah membaca novel ini. Tema warisan dan jurnal di sini bikin beda dari novel-novel lain.

"Biarkan saja penyesalan jadi kenangan. Penyesalan bukan untuk dinikmati."

I love the characters.
Edvan, Charm, even Edvin and Max are special for me. Mereka adalah tokoh-tokoh yang pantas untuk diceritakan. Meskipun hanya fiksi, tp justru itulah. Buat apa membuat cerita yang tokohnya nggak berharga dan nggak pantas untuk diceritakan? Penulis juga benar-benar berhasil mengobok-obok emosi. Dari lucu, sampai yang paling sedih berhasil penulis ramu dalam cerita yang apik.

"Mendoakan orang nggak boleh ada 'tapi'-nya."

Oiya, aku juga suka setiap obrolan antara Edvan dan Stevan. Heran kalau ada yg bilang kalau kalimat yg mereka gunakan terlalu kasar. Hey dude, you just dunno what their life look like. Cowo bilang fuck ke cowo, nyantai broh. Cewek yg ngomong? Emm tersinggung deh pasti. Yaa kalo kata orang sih, hidup itu jgn dibawa terlalu serius lah. Terlalu serius bisa bikin wajah keriput kaleeeee.

"Jangan pedulikan masa lalumu, jangan merisaukan masa depanmu. Urusilah masa sekarang."

Abis ini mau baca stpc yang "First Time in Beijing." semoga bisa lebih bagus dari novel ini.

"Jangan kacaukan masa depan dengan berpikiran negatif di masa kini."
Profile Image for Waffa.
45 reviews
July 14, 2022
Yeah, ngga nyesel baca sama sekali.

Awalnya emang pernah pengin beli buku ini, tahun lalu apa kapan gitu. Dah lama, cuma karena pernah baca buku ini itu vulgar dan berhubung saat itu aku masih terlalu remaja, akhirnya aku memutuskan untuk membuang buku ini dari daftar wishlist.

Tau-tau, akhir Desember tertarik baca lagi karena baca review seorang penulis. Itu buat aku tertarik baca lagi. Tapi karena buku ini udah terbita lama, susah nemuinnya.

Akhirnya bisa dibeli juga.

Emang dari awal berekspetasi tinggi sih. Dan alhamdulillah nggak nyesel sama sekali. Meski kata-kata yang digunakan emang vulgar, apalagi di bagian awal itu. Terus belum sampe bab 2 (hal. terakhir bab 1), aku udah dibikin terkejut. Dan itu nembuatku bimbang antara lanjut aja atau berhenti di situ. Dan memuytuskan lanjut (eman-eman udah dibeli bukunya).

Ceritanya memang punya banyak pesan. Kita belajar menerima keadaan, mengikhlaskan sesuatu, dan belajar menghargai keluarga. Seburuk apapun keluarga kita, kita tetap harus menyayanginya, serta menerima keadaannya.

Aku juga suka Edvan. Dia belajar menerima dan berusaha. Si Edvin yang percaya diri dan nggak peduliin apa kata orang, yang penting jadi diri sendiri.

Bagian fav aku itu pas Edvan lagi di rumahnya Charm untuk menunjukkan siapa dia sebenarnya.

Sayangnya, aku merasa kisahnya terlalu cepat. Bagaimana Edvan yang cepet banget menemukan jurnal emaknya. Padahal kan ye, Bangkok kan luas! Emang diceritakan rintangan Edvan saat dia mencari jurnal sih, cuma kurang nendang!

Quotes fav:

"Khun melamun lagi? Jangan terlalu banyak melamun. Di Bangkok banyak hantu. Nanti Khun kerasukan."

Aku sudah kerasukan, kok. Dirimu ada di hatiku. Itu sudah satu kerasukan yang kualami.


Terus ada lagi.
"Because we family. Family help family."
Profile Image for Stefanie Sugia.
726 reviews172 followers
June 6, 2013


"Salah. Jawabannya sepuluh tahun.
Sepuluh tahun yang lalu aku meninggalkan ibu dan adikku untuk merantau menjadi orang sukses. See? Aku jadi orang sukses sekarang. Aku berhasil menjadi apa yang aku mau. Aku bisa buktikan aku sanggup mencari uang. Mendapatkan kekayaan melebihi harta warisan Ayah."

Edvan adalah seorang arsitek yang sukses dan sudah berhasil membangun gedung setinggi 88 lantai di Singapura. Selama 10 tahun ia telah pergi dari rumah, meninggalkan keluarganya, untuk meraih impian dan cita-citanya. Ia berhasil membuktikan bahwa ia sama sekali tidak membutuhkan keluarganya. Hingga saat Edvan sedang merayakan keberhasilannya, sebuah sms datang dari adiknya, Edvin, yang mengabarkan bahwa Ibunya meninggal hari itu.

Sebenci-bencinya Edvan kepada keluarganya, berita tersebut akhirnya membuat Edvan kembali ke tanah kelahirannya. Edvin - satu-satunya keluarga Edvan yang tersisa - meminta mereka untuk bertemu dan membicarakan tentang warisan Ibu (yang sebenarnya tidak terlalu penting bagi Edvan). Pertemuan yang cukup membingungkan dan berakhir mengejutkan bagi Edvan, karena adik laki-lakinya kini telah menjelma menjadi seorang perempuan tulen - dengan tingkah laku yang persis dengan Ibunya. Kejutan bagi Edvan tidak berhenti sampai di sana. Edvin menyerahkan lembaran yang disebut warisan Ibu kepadanya, selembar kalender tua yang di belakangnya tertulis jurnal rahasia. Pada tahun 1980, Ibunya menuliskan tujuh lembar jurnal - enam darinya tersebar di Bangkok, Thailand. Tugas Edvan adalah menemukan enam lembar jurnal lain, dan setelah semuanya terkumpul, warisannya pun akan ditemukan....

Baca review selengkapnya di:
http://www.thebookielooker.com/2013/0...
Profile Image for Ryaa Tenriawaru.
71 reviews59 followers
May 26, 2013
"Keluarga adalah harta yang paling berharga di dunia ini."

Novel ini bercerita tentang kisah kakak beradik, Edvan & Edvin yang mendapatkan wasiat dari ibu mereka yaitu berupa jurnal-jurnal dari tahun 1980. Edvan, sang kakak, seorang arsitek yang telah 10 tahun keluar dari rumah pun segera memenuhi wasiat ibunya & terbang ke Bangkok. Sesampainya di Bangkok, dalam pencarian jurnalnya Edvan dibantu oleh Charm, mantan pramugari sekaligus pekerja sosial. Ada kejutan apa saja selama pencarian journal ? Temukan berbagai kejutannya sendiri yaa~

Butuh waktu cukup lama untuk menyelesaikan novel ini, dari awal hingga pertengahan yaitu masa-masa pencarian journal, alurnya lambat jadi agak membosankan, belum lagi nama tempat & nama-nama orang dalam bahasa Thai yang sangat rumit dan panjang untuk dibaca x.X. Namun memasuki babak akhir buku banyak konflik-konflik yang terungkap dan banyak nilai-nilai penting yang bisa dipetik dari buku ini, yaitu tentang komitmen & perjuangan.

Tapi saya paling suka dengan poin keluarga yang kental dalam cerita ini, betapa berharga & bernilainya keluarga disaat apapun dalam hidup kita, baik susah maupun senang. Apalagi sosok seorang Ibu yang selalu menerima anak apa adanya, & cintanya tak lekang oleh apapun :""")

Ini juga karya Moemoe Rizal pertama yang saya baca dan suka dengan gaya penulisannya, ditunggu karya selanjutnya. ^_^

3,5 bintang untuk Bangkok: the journal

"Temukan kebahagiaan sejati dengan menjadi dirimu sendiri." ;")

Profile Image for Gypsophila Kanigara.
10 reviews19 followers
July 3, 2013
Nice book (!)
Dari semua buku #STPC proyeknya @GagasMedia sama @Bukune, baru ini nih yang ceritanya paling gue suka (!) Bukan berarti yang lainnya ga bagus, dan ga maksud buat banding-bandingin, cuma entah kenapa buku-buku sebelumnya terkesan dikejar deadline setoran.. Tapi, #Bangkok #TheJournal-nya Kak @moemoerizal ini pada kenyataannya paling bisa bikin gue hanyut dan masuk dalam ceritanya.. Gue serasa lagi ikutan sama Edvan, Charm, dll berpetualang ke Bangkok. Hehe.
As always, gaya nulis Kak @moemoerizal selalu gue suka. Apalagi "catatan kaki" yang sumpah-itu-penting-banget-ya-kak-buat-jadi-catatan-kaki. Hehe.
Sama kayak Fly to The Sky yang jadi novel Gagas Duet paling gue suka, Bangkok juga jadi novel #STPC yang paling gue suka.
Intinya, GUE SUKA pake BANGETTT sama konsep ceritanya (ngumpulin warisan lewat jurnal2), kisahnya (Edvan-Charm, Edvin, Artika-Ferry, dll), tokoh-tokohnya (apalagi si Edvan cakep :D), endingnya, semua-muanya (!) ^_^!v
Btw, itu Phii Shone sama Phii Top langsung mengingatkan gue sama film Thai favorit gue: Crazy Little Thing Called Love. Itu inspirasi namanya dari situ bukan ya?? Atau mungkin di Thailand, nama itu pasaran banget.. Hehe..
Pokoknya ini novel komplit-plit-plit.Mulai dari aspek keluarga, persahabatan, sampe percintaan. Yang belum beli bukunya atau belum baca, SANGAT DIREKOMENDASIKAN buat beli dan baca (!) Kalo ga, bakalan rugi-gi-gi (!) (lagi nyambi jadi tim sukses promosi+pemasaran novel ini :D)
Profile Image for Dayuledys.
21 reviews
June 22, 2013
Bangkok ...
Awalnya saya hanya mendengar dan mengetahuinya lewat pacar saya yang memang sering liburan kesana sama papa-nya. Tapi lewat novel ini saya jadi tau lebih banyak.

Saya gak akan tulis sinopsisnya , karena saya pengen kalian beli novelnya langsung untuk mensupport kak Moemoe ^^
Tapi saya akan kasi pendapat saya tentang novel ini.

Novel ini memberi banya pelajaran berharga. Dan saya suka cara kak Moemoe menjadikan edvan karakter yang bisa dibilang antagonis (untuk ukuran peran utama) tapi setelah kita baca kita sadar apa yang dia lakukan itu manusiawi dan setiap orang pasti juga melakukan hal yang sama (walau nggak seekstrim ninggalin ortu selama 10 tahun, uang dari mana??)
Saya suka Edvin yang dalam bayangan saya dia itu seperti artis transgender yang mantan penyanyi cilik itu namanya kalo nggak salah revaldi. Terus saya juga suka karakter charm (walaupun kesel juga soalnya dia itu muna bgt , nikmatin aja napa? pemberian edvan), saya juga suka Max, dia itu penggemar thai boxing tapi manis dan nurut (andai adikku kayak dia).

Terakhir, saya suka novel ini, dan gara-gara novel ini saya jadi niat bikin jurnal kalo ada kejadian penting , buat dibaca lagi. Gara jurnalnya buk Artika, saya jadi menghargai apa itu kenangan.

Udah , buat temen2 jangan mikir2 lagi , langsung bacaaaaa , langsung beli , langsung bawa pulang dari toko buku-nya ... Dan siap2 jalan2 ke Bangkok ^o^
woooo hoooo ~
Profile Image for Puput.
294 reviews144 followers
July 4, 2013
Definitely the best of all the series!! <333

Suka semuaaaa, suka banget sama Edvan Wahyudi yg ganteng keren arsitek kaya tapi penyayang banget.... ugh. Ceritanya keren, jangkar ceritanya cinta sih, tapi 'beda' dari biasanya! Suka banget cerita tentang keluarganya, tentang berantemnya Edvan & ibunya, Edvin-Edvina, Edvan yg awalnya benci sama Edvin, dan lain lain. Against all the odds, family always help each others.

Suka juga sama Charm! Cocok banget sama Edvan <3 terus Max... he's the dream brother! Pokoknya karakternya kuat, walaupun Edvan udah berubah jadi 10000x lebih baik, sifatnya yg narsis, gengsian, dan kadang kasarnya itu ngga ilang. Karakter Max, Charm, Edvin, bahkan ayah & ibu juga oke banget--walupun bagian ayah dan ibu cuma bisa tau dari jurnal.

Another plus point, setting Bangkok-nya juga dapet banget kalau dibanding buku-buku lainnya, jadi kebayang suasana Bangkok kaya gimana. Terus juga, dialognya lucu, humoris! Kata-katanya efektif, I didn't skipped any details, which is rarelt happened.

Satu kekurangannya, emm teknis sih, font yg dipakai untuk jurnal tulisan Artika. Mungkin biar kesan artistik atau tulis tangannya dapet bgt atau gimana, akhirnya malah kurang jelas. Beberapa kata jadi susah dibaca karena tulisannya yg keriting :(

Over all, four thumbs up for Bangkok: The Journal! I love it a lot <333
Displaying 1 - 30 of 236 reviews

Can't find what you're looking for?

Get help and learn more about the design.