Jump to ratings and reviews
Rate this book

Secangkir Kopi dan Pencakar Langit

Rate this book
Satrya nggak munafik, first impression seorang laki-laki terhadap perempuan pasti tampilan fisik dulu sebelum inner beauty. Namun teori itu terbantahkan ketika Satrya tanpa sengaja meminta bantuan Athaya, seorang IT system analyst yang begitu passionate dengan profesinya, dan juga dijaga habis-habisan sama cowok-cowok IT yang pada sayang sama 'dedek' mereka ini. Satrya bisa memilih cewek cantik mana saja untuk didekati—penampilan Satrya memang mampu bikin cewek-cewek melirik sekilas kepadanya. Tapi, ia memilih Athaya. Sedangkan Athaya diam-diam sudah lama memendam rasa pada Ghilman. Masalahnya... Ghilman sudah punya pacar.

Di tengah-tengah business district nomor satunya Jakarta, kopi, rokok, meeting, report, after office hour, cowok-cowok rapi dengan kemeja slim fit, kaki jenjang cewek-cewek dengan heels tujuh sentimeter, ada sepotong kisah cinta segitiga antara Athaya, Satrya, dan Ghilman. Siapakah yang akan Athaya pilih? Satrya yang menarik dan fun atau Ghilman yang baik hati serta gesture-nya yang selalu bikin jantung Athaya deg-degan? Benarkan dicintai rasanya lebih menyenangkan daripada mencintai?

352 pages, Paperback

First published June 13, 2016

About the author

Aqessa Aninda

5 books356 followers
Aqessa Aninda is a writer. Computer code writer from Mon-Fri, fiction writer on the weekend.

Ratings & Reviews

What do you think?
Rate this book

Friends & Following

Create a free account to discover what your friends think of this book!

Community Reviews

5 stars
409 (26%)
4 stars
654 (41%)
3 stars
405 (25%)
2 stars
75 (4%)
1 star
15 (<1%)
Displaying 1 - 30 of 325 reviews
Profile Image for Marina Lee.
65 reviews26 followers
August 13, 2016
Well, nggak sesuai ekspektasi.

Intinya sih gue ngerasa novel ini overrated. Dan gue nggak suka banget sama penggambaran si author soal Athaya yang oh-so-loveable dan cantik-tapi-nggak-nyadar dan punya-selera-oke-kekinian-tapi-quirky. Entah kenape semua orang nyambung sama selera-selera non mainstream yang disukain si author/athaya. Mbuh.

Dan gue nggak suka juga ama geng fogging. Rusuh, dan menurut gue bisa dipotong. Kadang nggak jelas yang ngomong sapa soalnya keramean. Well, mungkin di dunia nyata keramean itu seru. Tapi kalo di novel jatohnya ngeselin dan ngebingungin. Dan gue gak tau apa fungsinya mereka kecuali membuat Athaya keliatan cantik-dan-kewl-tapi-gak nyadar.

Bottomline, bukan selera gue. Mungkin juga karena eke abis baca restart-nya nina ardianti yang seru dan keren itu ttg dunia perkantoran, jadi secara ga sadar jadi ngebandingin. Well, who knows?
Profile Image for Sulis Peri Hutan.
1,055 reviews272 followers
July 27, 2016
Review + giveaway buku ini bisa dilihat di http://www.kubikelromance.com/2016/07...


Memiliki perasaan pada orang yang sudah punya pacar itu mengganggu sekali, itu yang dirasakan Athaya, dia hanya bisa mengagumi Ghilman tanpa bisa langsung mengungkapkan perasaan, selalu berusaha disetiap kesempatan berada di dekat Ghilman, entah itu di pantry kantor, waktu makan siang, jam pulang kantor, di lift, sampai jadwal sholat pun Athaya hapal. Sedikit kemungkinan Ghilman akan melirik Athaya karena hubungannya dengan si pacar, Divanda, yang seorang penyiar radio, sudah sangat lama, Athaya tidak ingin muluk-muluk, bisa melihat Ghilman setiap hari di kantor sudah bahagia walau hanya bisa menatap punggungnya. Ghilman sendiri sadar akan kehadiran Athaya, tapi dia sudah sangat serius dengan pacarnya, bahkan dia sudah bersiap untuk melangkah lebih jauh lagi, yaitu menikah.

Satrya sangat penasaran dengan Athaya, seorang IT system analyst di kantor tempat dia bekerja, satu-satunya cewek di kandang buaya, sering kali dibicarakan serta digodain teman-teman cowoknya tapi semua rayuan gombal tersebut mental, tidak berhasil. Athaya sangat berdedikasi pada pekerjaanya, dia sudah terbiasa dengan banyolan rekan kerja bahkan dia sudah dianggap seperti adik sendiri. Pribadi Athaya sangat menarik, dia asik diajak ngobrol, sangat apa adanya, dan bagi Satrya dia sangat mirip dengan Alisha, sahabat yang dulu dia diam-diam sukai tapi sekarang sudah menjadi milik orang lain. Karena merasa nyaman dan senang ngobrol dengan Athaya, Satrya pun berusaha mendekati dan mendapatkan hatinya, tapi usaha Satrya tidak semudah itu, ada seseorang yang sama-sama tertarik dengan Athaya, terlebih Athaya masih memendam perasaan pada orang lain.

But people are just... people. Mereka suka berkomentar tanpa melihat kedua sisi.

"Kalau boleh memilih, lebih enak dicintailah daripada mencintai. Because it's easier to fall in love when someone love you. Tapi, kamu kan kadang tidak bisa memilih siapa yang akan kamu cintai dan siapa yang akan mencintai kamu."

Bahwa dalam hidup itu selalu ada pilihan, seperti sebuah potongan program yang harus diberi validasi if-else agar jelas arah tujuannya. Atau try-catch, selalu ada pilihan untuk mengantisipasi terjadinya error yang tidak jelas alias ketidakpastian dalam hidup.

Membaca seperti wadah untuk menumpahkan segala perasaan. Seolah ada orang lain yang mengerti dirinya.

Hubungan itu bukan judi, yang kita bisa coba, siapa tahu beruntung. Hubungan juga bukan merger dua korporasi yang harus saling menguntungkan.

Sesuatu yang dipaksakan tidak akan berbuah hal yang baik. Sesuatu yang instan tidak akan terasa luar biasa.


Cerita Secangkir Kopi dan Pencakar Langit ini sebenarnya sangat sederhana, tentang cinta segitiga, tentang pilihan dicintai atau mencintai, tapi Aqessa Aninda membuat karya debutnya ini dengan sangat menarik sekali, waktu baca rasanya nggak habis-habis, ada saja yang jadi obrolan para tokohnya dan sama sekali tidak membosankan, malah saya tidak ingin berakhir. Ini kali pertama saya baca lini CityLite dari Elexmedia, hampir mirip dengan Metropop di mana kisahnya bersetting di kota metropolitan hanya saja saya melihat kadar dunia kerja cukup ditonjolkan di sini. Jadi buku ini pun bisa masuk ke genre Office Romance karena kisah cinta di dunia kerja beserta perintilannya cukup detail dijelaskan, khususnya tentang dunia kerja yang berhubungan dengan IT (Information and Technology). Memang sedikit membingungkan bagi saya yang buta tentang server, database, jaringan komputer, dsb, tapi penulis tidak pelit memberikan penjelasan singkat tentang hal tersebut kok, apalagi tentang profesi para tokoh utamanya.

Kalau ditanya buku tentang kisah cinta segitiga apa yang recommended maka saya akan menyodorkan buku ini, penulis sangat apik dalam meramu tema tersebut. Kadang kelemahan yang sering kali dilupakan penulis tentang kisah cinta segitiga adalah dia sangat pilih kasih dengan salah satu tokoh alias di akhir akan ketahuan bersama dengan siapa, padahal tantangan terbesar adalah membuat semua tokoh berperan penting, memiliki porsi yang sama, jalan cerita yang akan menentukan siapa dengan siapa, sehingga pembaca pun juga penasaran dengan endingnya. Aqessa melakukan hal tersebut, sepanjang membaca saya sangat penasaran siapa akhirnya yang akan bersama Athaya, apakah dengan Satrya si quality assurance atau dengan Ghilman si business analyst.

Chemistry dan perasaan mereka juga tergambarkan dengan baik, bagaimana Athaya yang diam-diam menyukai Ghilman, Satrya yang sering memberikan kode ke Athaya tapi gadis tersebut tidak menyadari maksudnya, sampai perasaan Ghilman yang sebenarnya memiliki perasaan yang sama dengan Athaya tapi karena komitmen yang telah dia buat dia menekan perasaan tersebut. Athaya digambarkan seorang cewek yang biasa saja tapi menarik dan cerdas, dia bisa terlibat dalam obrolan apa saja dan bisa tenggelam dalam banyolan teman-temannya alias bisa mengikuti. Satrya digambarkan cowok yang tampan dan mudah mendapatkan pacar, banyak teman-teman Athaya naksir pada Satrya, sedangkan Ghilman lebih ke sosok yang dewasa, tidak setampan Satrya tapi dia juga tidak jelek, dia lebih cool dan tidak sebocor teman-teman Athaya, lebih kalem lah.

Salah satu kelebihan yang menonjol dari buku ini adalah penulis sukses menghidupkan karakter yang dia buat, dari pemeran utama sampai pemeran pendukung, terlebih di buku ini sangat banyak tokoh cowoknya dan suara para cowok terwakilkan dengan amat baik, keahlian mendalami apa yang ada di pikiran lawan jenis tidaklah mudah, penulis bisa mentransfer hal tersebut ke para tokohnya, khususnya para Geng Fogging (istilah yang digunakan penulis untuk teman-teman cowok Athaya yang suka merokok ketika makan siang, ada Radhi, Ganesh, Fajar, Ghilman, Davintara). Bagian yang selalu menyenangkan adalah ketika geng fogging muncul, ketika duo serigala, Radhi dan Ganesh menggoda Athaya, benar-benar membuat saya tersenyum ketika membaca.

Berikut beberapa adegan yang bikin saya gemes :)

"Tayang-Tayang kapan potong poninya?" goda Radhi di meja Athaya.
"Kemaren," jawab Athaya singkat dan seadanya.
"Jadi lucu deh kayak boneka."
"Makasih, tapi jangan dimainin kayak boneka, ya," goda Athaya balik.
"AAAWWW!!!" seru Radhi dan Ganesh bersamaan. Radhi langsung bertingkah mengetuk-ngetuk meja, Ganesh langsung sok-sok bersimpuh mengacak-acak karpet kantor.

"Nggak nyangka Pajar duluan. Kirain bakal Ganesh atau Radhi duluan. Mereka kan udah tua!" seru Mas Kino dengan logat sunda pisan-nya sambil menyalami Fajar.
"Wanjir, tua mah Pak Pri sama Pak Heru tuh. Gue masih muda kali. Seumuran Dasha!" timpal Ganesh. Dasha itu anak magang, mungkin umurnya masih 20 atau 21 tahun.
"Apanya, Nes, yang seumuran Dasha? Sisa umurnya?" tanya Radhi.
"Anjeeeng!" balas Ganesh ke Radhi menjitak kepala Radhi.

"Gimana, Jar, ijab kabul? Lancar nggak? Nggak kayak video 'akad nikah apalah-apalah' kan yang sahnya kayak panco?" ujar Ganesh setelah menyalami Fajar. Langsung Ghilman, Ganesh, Aldi, Satrya, Davintara, dan Fajar tertawa bersama teringat video YouTube tersebut.
"Hahahaha anjir! Nggaklah, lancar alhamdulillah," jawab Fajar.
"Udah siap, Jar?" tanya Ghilman nakal.
"Huft... Fajar enak banget bisa ena ena duluan," Radhi menimpali.
"Pelan-pelan aja, Jar, awas salah lobang." Yang ini komentar senior yang berpengalaman, Davintara.
"Wanjir! Wahahaha ini nih saran-saran sesepuh begini!" ujar Aldi ketawa-ketawa mendengar kata-kata Davintara.


Sudah itu aja ya bocoran bagian yang kocak dan bikin saya nggak bosan sama buku ini, dijamin terhibur deh. Sama sekali nggak ada adegan dewasa, memang sih ada kata-kata 'jorok' tapi itu sangat realistis sekali, karena memang begitulah kalau cowok pada ngumpul dan obrolan yang keluar, nggak ada saringannya, LOL. Selain banyak obrolan, chatting, surel yang cukup seru, penulis juga menyisipkan tentang buku, film dan musik dalam beberapa adegan, dan itu keren banget! Saya selalu suka bila ada sebuah buku di dalam buku, bahwa buku lain itu juga seru ditampilkan di buku lainnya juga, rekomendasi musik dan film juga nggak kalah bagus, bahkan ada adegan favorit saya, salah satunya yang membahas tentang film.

"Kenapa suka Batman, Man?"
"Karena... Batman keren, Ta. Musuhnya kebanyakan orang psyco. Kotanya korup. Konsepnya facing your biggest fear dan do justice. Bukankah itu konsep ideal untuk julukan superhero?" Jelas Ghilman.


Dannnn adegan paling romantis di buku ini nggak jauh-jauh dari buku juga :D

Kemudian ia menyerahkan buku Harry Potter and The Half Blood of Prince ke Athaya. salah satu buku favorit Athaya. Di sana ada pita berwarna merah yang melingkar di tengah-tengah buku. Athaya duduk di bangku teras rumahnya, membuka bagian yang diikat oleh pita merah. Halaman pertama bab "The Unbreakable Vow -Sumpah Tak Terlanggar." Athaya tahu banget bagian ini. Sumpah yang mengikat, hanya kematian yang memisahkannya.


Adegan tersebut adalah adegan ketika Athaya dilamar, coba tebak siapa? Hihihihi, romantis banget kannnn? Bagian belakang atau mendekati akhir adalah bagian yang romantis. Kemudian yang saya suka lagi selain kisah cinta dan persahabatan, ada peran keluarga juga di buku ini, tentang beban berat yang diam-diam ditanggung Athaya karena ayahnya sakit sehingga dia menjadi sumber nafkah dan keinginannya untuk melanjutkan sekolah, tentang Ghilman yang sangat mandiri dan sangat dewasa, yang ingin lepas dari harta orangtuanya. Buku ini cukup komplit.

Dari segi gaya tulisan, sebenarnya tidak ada yang spesial, yang jelas tulisan Aqessa sangat enak untuk terus diikuti, saya suka bagaimana dia mendalami karakter para tokohnya, hal tersebut membuat buku ini terasa realistis, bisa dibilang menjadi kekuatannya, bahwa memang begitu adanya kalau kita kerja kantoran, ada saatnya penat, ada saatnya santai dan bersenda gurau. Konfliknya sendiri tentang kegalauan memilih antara dicintai atau mencintai, hal biasa dalam kisah cinta. Untuk alurnya sendiri yang dipakai adalah alur maju dan beberapa bagian ada porsi flashback. Pace-nya cukup cepat sebenarnya, hanya saja karena banyak adegan yang ditampilkan sehingga membaca pun terasa lama.

Walau banyak hal yang saya sukai dari buku ini ada beberapa kekurangan, antara lain di bagian awal penulis sedikit kaku, tidak jarang kalimat pembuka selalu diawali dengan jam atau keterangan waktu kebiasaan orang-orang tempat Athaya bekerja. Halamannya sekilas tidak begitu tebal, tapi font yang dipakai terbilang kecil jadi bacanya rasanya lamaaaa banget, hahaha, saya sih nggak masalah berhubung saya penyuka buku bantal dan ceritanya emang seru, tapi ada kalanya mikir nanti bakalan ada kejadianapa lagi nih? Seperti yang saya bilang tadi, karena penulis adil pada Satrya maupun Ghilman, jadi banyak adegan yang melibatkan perseorangan, misalkan saja kali ini bagian Satrya, terus bagian berikutnya Ghilman, panjang kan jadinya. Mungkin bagi orang yang nggak sabaran pingin berjumpa dengan ending hal ini sedikit mengganggu.

Kekurangannya sama sekali nggak mengganggu kenikmatan membaca, saya sangat puas ketika menutup buku. Sebelum diterbitkan oleh Elexmedia, buku ini sudah tamat di Wattpad, hanya saja di buku cetak ada tambahan informasi tentang istilah dalam pekerjaan Athaya dan epilog, jadi yang sudah pernah baca wajib baca lagi deh, sekalian nostalgia sama Geng Fogging yang seru dan gila. Well, kalau kalian tanya buku bertema cinta segitiga dan office romance yang recommended, maka pilihan saya jatuh pada buku ini.

Di tengah-tengah pencakar langit yang tinggi dan kokoh dengan ketidakpeduliannya akan sekitar, ada secangkir kopi yang hangat dan menenangkan, membuat siapa pun yang meminumnya terjaga. Hal kecil yang sudah menjadi rutinitas dan membosankan tapi tak dapat dilewatkan.


4.5 untuk kegilaan Geng Fogging.
Profile Image for Dinur A..
253 reviews93 followers
June 20, 2020
Ternyata saya lumayan suka. Sungguh mengejutkan. Wahaha.

Ini pertama kalinya saya mau baca novel terobosan Wattpad. Sebelumnya, saya nggak pernah ngelirik buku-buku setipe itu sama sekali (yeah, sue me). Mengenai saya yang benar-benar gak pernah tertarik sama Wattpad, kayaknya saya jadi pengen cerita-cerita dikit alias curhat ngebacot gitu...

Sejujurnya? Saya betul-betul bukan anak Wattpad. Percayalah, saya udah nyoba berkali-kali untuk baca dan menemukan keasyikkan Wattpad hanya supaya bisa nyambung kalo ngobrol sama temen2 saya yang semuanya Wattpad junkie. Oke, nggak semua temen2 saya, tapi kayaknya seluruh populasi sekolah saya semuanya kecanduan Wattpad.

Suatu kali mereka bilang ke saya, "Nul, kalo lo nyamain novel sama Wattpad, lo kurang kerjaan."
Ya bener juga sih. Ya maap. Ya namanya juga sindrom pembaca kritis. Ya salah saya sih emang.

Maaf saya malah jadi curhat. Habisnya itu memang pengalaman yg menyakitkan. Wkwk. Untung sekarang udah lulus. Wkwk lagi.

Jadi yah.. kenapa saya gabisa suka sama Wattpad? Ini kasus yg namanya "its not yu, its mi". Mungkin karena saya kebanyakan baca novel beneran yg memang dari awal segalanya sudah terstruktur. Saya pernah liat tweet-nya @gitaromadhona yg ini; Di dunia penerbitan lagi marak fenomena Wattpad--yang berembel2 pada editor menurunkan kualitasnya. Slogannya lagi hits begini: ngapain ngedit rapi2 yg penting mah laku, ngapain sibuk sama konten, yg penting mah cepat. Lalu, sampailah kita di masa itu; masa saat buku dengan typo dan logika bolong di mana-mana mendapat puja-puji.

Yah, sedikit-banyak saya ngerti apa maksud beliau di tweet-nya. Meskipun saya bukan editor, bukan juga penulis, apalagi ahli kata. Saya cuma pembaca amatir yang suka sotoy kalo lagi ngomentarin buku, dan punya keyakinan kuat bahwa di balik novel yang 'sempurna', ada proses panjang yang harus dilalui, alias nggak instan bro. Judge for yourself aja deh, saya ga mau memperjelas lebih jauh, wkwk. Anaknya takut salah omong (ya kan saya sotoy kalo urusan buku).

Eh terus, kenapa saya tiba2 mutusin utk beli buku ini padahal saya ogah bgt kalo udah urusan Wattpad-story-turned-into-book? Yha kebetulan, saya nemu IG-nya si penulis. Trus saya stalk, kok kayaknya seru gitu yah kehidupan kantornya Kak Echa (saya bukannya SKSD, cuma ngikutin para pembaca setianya beliau aja, wkwk). Saya ngestalk ask.fm-nya Kak Echa juga.

Trus ternyata dia adalah penulis Wattpad yg baru nerbitin buku, dan katanya cerita di bukunya itu bener2 terinspirasi dari lingkungan di sekitarnya. Pas saya liat, judul bukunya juga lucu. Yaudah deh saya coba beli. Penasaran juga, soalnya di IG-nya Kak Echa ada salah satu colleague-nya yang beneran ganteng, ahahaha. Dan banyak yang bilang bukunya Kak Echa juga bagus (kalo dipikir-pikir, semua cerita Wattpad yang dibukukan juga pada dibilang bagus sama para fansnya, kiw).

Tentang bukunya sendiri, saya ga usah ngomongin kekurangannya deh ya (just keep in mind, kekurangan-kekurangan yg ditemukan di sini, setipe lah sama buku-buku lainnya yang berasal dari Wattpad. Tau lah yaa). Saya cuma bakal ngomongin apa yang saya suka dari cerita ini. Soalnya pas saya nyicipin buku ini pun, saya lagi nggak mood untuk nyari-nyari cacatnya (yg mana itu sangat langka karena biasanya saya selalu dalam mood untuk menganalisis buku dengan sotoy), saya bener-bener cuma menikmati hiburan yang dikasih Kak Echa saking kocaknya.

Rasanya kayak lagi ngebaca kehidupan pribadi Kak Echa di kantor, tentang pekerjaannya ampe ke detail-detail, tentang becandaan temen-temennya, semuanya. Penulis yang kayak gini, kemungkinannya bisa tiga; bisa fun, bisa boring, atau malah bisa terkesan nyombong. Kalau Kak Echa sih saya bilang seimbang, kadang nyeritain enak-enaknya, kadang tai-tainya juga dicurhatin. Nggak ada kesan bragging sama sekali.

Walaupun cerita ini sangat tipikal Wattpad (diseret-seret, plotnya kadang nggak jelas juntrungannya, scene suka dipanjang-panjangin, dll dll dll), kelebihannya ada kok, seperti yg saya bilang tadi.

Selain realistis, membumi, dan nggak mengumbar kehidupan perkotaan yang semuanya harus terkesan high end, buku ini menghibur bgt sih bagi saya. Ambience-nya asyik, entah gimana. Dan tentunya Geng Fogging! Mereka nyampahnya bener-bener sama persis kayak di kehidupan sehari-hari, istilah-istilah sampis yang nggak ada di KBBI tapi emang selalu muncul di keseharian kita, jadinya relatable. Tanpa baca footnotes pun, saya ngerti semuanya kok ahahaha. Ini faktor yg bikin saya enjoy baca dan semacam ketagihan buat ngelanjutin. Buat saya pribadi, buku ini juga 'seger' karena saya jadi bisa ngintip bagaimana kehidupan ngantor orang Jakarta versi realistis, nggak seperti novel2 tetangga yg penggambaran kehidupan perkantorannya aja udah bikin saya minder duluan. Ya sori, saya ospek universitas aja belom. Masihkecil.com.

Intinya, buku ini tentunya jauh dari kata sempurna, tapi rasanya cocok buat dibaca pas lagi suntuk. Kalau ngomongin kekurangan ya jelas banyak, tapi khusus cerita ini saya mau deh lemesin dikit. Sekedar untuk bacaan santai tanpa harus diserius-seriuskan. Apalagi kalo lagi galau, Geng Fogging is your savior. Kayaknya, saya bakal re-install Wattpad khusus untuk baca story-nya Radhi, Ganesh, dan yg lainnya.

Kalo soal Satrya dan Ghilman, saya sih biasa aja, nggak klepek-klepek ampe jungkir balik. Tapi bukan berarti saya nggak suka ya, lagi-lagi, mereka realistis, nggak kayak pangeran pake Porche, jadi saya suka. Tipe-tipe orang charming tapi dengan banyak flaws. Rasanya nggak impossible untuk menemukan cowok-cowok macem mereka di dunia nyata.
Profile Image for Dion Sagirang.
Author 5 books54 followers
June 15, 2017
Terkadang, saya kepengin nulis seperti ini. Tidak terlalu mengacuhkan plot, tidak terlalu peduli sequence, yang penting cerita disampaikan dan pembaca baper. Selesai. Tapi sayangnya tidak selalu semudah itu. Ada banyak rangkaian. Ada proses yang tidak pernah ada usainya, dan ya, sampai saat ini.
Saya suka ambience yang dijalin Aninda di debutnya ini. Rame. Tapi terkadang dia suka asyik sendiri dan lupa dia sedang berada di sudut pandang siapa sehingga saya beberapa kali baca ulang untuk tahu siapa yang tengah disuarakan narator. Serbatahu, tapi kadang narator dengan mudahnya mengatakan "entahlah", menjadi pencerita yang serba tidak tahu dan bingung. Kadang ada celetukan-celetukan yang, itu siapa lho yang ngomong? Penulisnya. Ada beberapa suara yang bocor. Ada bagian-bagian yang menggurui dan parahnya diulang-ulang, terlebih di bagian akhir yang Attaya dan Ghilman saling bertanya, kapan pertama kali saling suka yang mana di bab-bab sebelumnya sudah cukup sering disebut. Ini membuat saya merasa terlalu dijejali banyak makanan, padahal saya sudah sangat kenyang.
Bagian terbaiknya, Aninda bisa menarik perhatian pembaca untuk terus menyelesaikan bacaannya dengan celetukan-celetukan segar nan kekinian antartokoh. Dialog yang dewasa antara Attaya dan Satrya saat putus, dan karakter yang cukup kuat dan seperti ada di sekitar. Dan suasana kantornya juga. Sebagai novel debut, Aqessa Aninda ini jelas masuk salah satu penulis yang menjanjikan.
Saya menantikan buku kedua penulis yang sekarang sedang PO.
Profile Image for mei.
483 reviews122 followers
November 1, 2017
(izinkan saya berkata kasar)

BANGSAT, INI BUKU APAAN ANJJJEEEEERRRRR

(maaf kalau terlalu kasar)

***

saya sudah tau buku ini lumayan lama ya. waktu ramai ada giveaway buku ini pun sebenarnya saya sudah berkali2 tertarik untuk ikutan tapi entah mengapa hati kecil berkata ''gausahlah''. jujur, saya naksir sama sampulnya. putih+merah gitu gemas. judulnya juga agak unik sih.

benar2 tertarik membaca ini waktu mengikuti 30 days reading challenge-nya mbak anidos di twitter dan beliau merekomendasikan ini. trus saya jadi penasaran lagi dan yah, saya percaya kok rekomendasinya mbak anidos.

dan asli ye, pas baca ini tuh rasanya asdfghjkl1289y2y3gec wbfdhjabfyaeghr odhf9aue banget T_T

***

setelah selesai membaca ini, pagi tadi saya sempat melirik review milik orang2 dulu. rata2 review yang ada mengatakan bahwa bahasa di buku ini terlalu ''ngobrol'' banget, trus banyak adegan gak pentingnya terutama di bagian geng vapping.

saya agak setuju. tapi juga tidak setuju (lha).
mari saya jelaskan sedikit.

membaca buku ini, seperti melihat perkembangan tulisan mbak Aqessa. ibarat punya anak, 120an halaman pertama buku ini tuh kayak bayi yang baru lahir. terlalu berisik dikit2 nangis, banyak gerak dan terlalu aktif. semakin bertambahnya halaman, lama2 kamu seperti melihat bahwa tulisan mbak Aqessa itu tumbuh dan berkembang. bayi itu mulai berubah menjadi anak kecil, hingga remaja yang tidak banyak ngomong tapi berbicara melalui tindakannya.

120 halaman pertama buku ini tuh kalau boleh saya bilang ya, isinya ''sampah'' banget. sudut pandangnya berubah seenak jidat dari Satrya ke Tata trus ke Ghilman sehingga kamu harus membaca superrr pelan-pelan biar gak kaget ''lha ini lagi sudut pandang siapa sih''. asli, saya kesel banget. mana nama Satrya dan tata itu agak2 mirip gitu ya, saya sering ketuker disini.

sampai halaman 180an saya baru ngeh kalau sudut pandang buku ini dari 3 orang. tak kira tadinya 2 orang doang. jadi ya intinya, membaca ini kamu harus pelan2 dan berhati2 untuk bisa berkenalan dengan semua tokohnya dengan baik,

trus, di 120 halaman pertama juga, kamu bakalan nemu kata kerja yang gak penting, ''jegrek'', suara Satrya tiap membuka pintu pantry tiap pagi. ini pendapat pribadi saya sendiri aja sih. menurut saya itu ganggu banget. kenapa gak pakai deskripsi lain gitu ya. baca kata2 ''jegrek'' itu menurut saya ganggu banget hhhhh. kalau tidak salah, saya menemukan 22 kata ''jegrek'' saat satrya membuka pintu di buku ini.

anehnya, kata2 ''jegrek'' itu cuma ada di halaman awal aja. 200an halaman ke atas tiap satrya membuka pintu pantry (atau pintu lainnya) udah gak ada lagi. apa pintu pantrynya udah diganti sehingga tidak menghasilkan bunyi ''jegrek'' atau gimana gak ngerti (YAELAH PENTING YA MAI), tapi yang jelas, dari perubahan kecil ini saya jadi menyadari bahwa tulisan mbak Aqessa ini perlahan2 tumbuh dan berkembang (sok tau bener ente hh)

lalu,
KENAPA HUMOR DI BUKU INI RECEH BANGET SIH ELAAAAAAHHH

asli ya, percakapan2 grup vapping dan chattingan Whatsapp-nya tuh ngeselin banget. saya baca ini dari selesai maghrib sampai isya. kebetulan kamar saya sebelahan sama kamar sholat. trus pas banget saya ngakaknya tuh pas ada orang sholat di sebelah. trus pas mereka selesai sholat gitu saya langsung ditimpukin bantal dan diomelin hhh :'(

sebagai orang yang tidak terlalu banyak memiliki rekan kerja (dan kebetulan rekan kerja saya sudah bapak2 beranak lebih dari 2 semua) jadi ya membaca humor receh di buku ini benar2 penyegaran banget. soalnya humor di kantor saya lebih banyak yang menjurus ke pelecehan dan konten mesum gitu. ingin dong punya rekan kerja begini juga. awet muda kali ya karena ketawa mlulu wqwq

Tata dalam bayangan saya adalah mbak Amellia Riana (bisa dicari di twitter), seorang selebtwit dan kayaknya memiliki pekerjaan yang sama dengan tata juga. trus deskripsi dan ciri fisiknya tata juga mirip mbak Amel. ditambah, rekan kerjanya mbak amel juga sableng semua gitu (padahal gak kenal2 amat ama mbak amel, surem).

soal deskripsi Satrya dan Ghilman ini gak kebayang ya di otak saya ''gantengnya'' gimana. jadi ya saya membayangkan badannya mereka aja. gak kebayang mukanya. soalnya gapunya temen yang namanya Satrya dan Ghilman. oiya saya gaksuka nama Ghilman. manggil 'man, man'' gitu kayak manggil apaan wqwq.

saya memberikan rate untuk buku ini 6 bintang.
6?
yap, 6.

entahlah, membaca ini saya seperti mengenal Tata dengan baik. seperti melihat perkembangan tulisan mbak Aqessa juga yang kemudian baru saya ketahui bahwa ini ternyata dulu ditulis di wattpad ya, pantas tulisannya kayak berkembang gitu karena mungkin ada bantuan komentar2 dari pembacanya ya, jadi tulisannya jadi agak berubah gitu.

well, ini buku dari wattpad pertama yang saya baca dan suka! suka banget!
terima kasih mbak anidos untuk rekumen-nya dan mbak Aqessa karena telah menuliskan kisah ini!

dan ah, kalau ditanya saya mirip siapa..mungkin bisa dibilang saya mirip Ghilman. tapi dalam hal ini mirip di bagian saat menyukai seseorangnya aja ya wq. untuk bagian2 lainnya gak ada yang mirip dan jujur saja saya iri dan kaguuummm banget sama Tata. jadi tulang punggung keluarga tapi tetap semangat untuk melanjutkan studi...duh Ta, ingin dong jadi wanita seperti kamu huhu.

dan oh, Ghilman dalam bayangan saya juga mirip Rangga (Rangga siapa dah????). Saya suka bab buku ini waktu Ghilman minta restu ke ibu bapaknya mau melamar Tata. di bagian itu ada Akmal (adiknya Ghilman) yang nguping dari jauh pembicaraan itu. trus pas bagian ibunya bilang,

'duh, bocah lanagku udah pada gede semua, kamu mbok ya cari pacar dong mal. awas aja ya kalau kamu homo''

''BU AKU GAK HOMO YA, DAN NGGAK AKU NGGAK NONTON FILM PORNO, TAPI MINGGU LALU IYA HEHE''

itu dibagian itu saya ngakak banget. suasana keluarga yang akrab bisa diceritakan dengan mbak Aqessa dengan baik. habis baca itu tuh rasanya saya jadi pengen punya pacar yang punya adik cowok gitu, kayak Rangga (RANGGA SIAPA DAH????)

kutipan kesukaan!

percakapan iseng di mobil saat ke pernikahan fajar. asli receh banget.

''bisa tau diwakilin, sama bapaknya'' jawab ghilman sok serius
''tapi malam pertamanya gak bisa diwakilin kan?'' tanya Radhi disusul gelak tawa ketiga temannya
''yah, kalau bisa diwakilin enak bener. entar orang pada ngantre yang ada''
''beuh, fajar malem ini bisa ena ena di bandung malem, dingin, beuh'' ujar radhi
''heh! heh! ngelamun jorok. awas lu ngotor-ngotorin jok mobil gua'' omel Ghilman
''Ena ena itu enak tau nyebutnya. Ena ena. Ena ena'' Radhi mengulang kata ena ena yang bikin semua orang kesel

(ITU PERCAKAPAN SAMPAH BANGET TAPI NGAPA W NGAKAK HHH)

''aduh kenapa cowok-cowok itu suka punggung-able? enak dilihat dari belakang, minta digaruk-garuk punggungnya??'' - Tata

pas baca ini saya ingin menambahi ''minta dipanjat juga punggungnya??'' wqwq. asli, saya penasaran pengen ngobrol langsung sama mbak Aqessa/Tata karena sepertinya kita punya fetish yang sama terhadap laki-laki???? wqwq

''Athaya cakep banget man kalau dandan''
''semua cewek kalau nggak biasa pakai make up terus tiba-tiba pakai make up emang jadi cakep''
''tapi Athaya tuh...beuh...gitu Man''

(saya ngakak banget baca ''beuh'' disitu. sebab apa? beuh adalah pilihan kata yang saya gunakan juga untuk mendeskripsikan sesuatu yang benar-benar beuh. beuh)

''gue takut setiap denger dering telepon dari ibu, atta atau tia, Man...gue takut...gue takut ayah gak bisa jadi wali nikah gue...''

(hening)
pas baca itu, saya langsung kepikiran macam2. salah satu alasan saya tidak tertarik untuk menikah itu diantaranya karena hal ini. bingung nanti siapa yang mau jadi wali nikah karena ayah saya ada banyak (banyak?). jadi ya saya pikir mending gak usah nikah. trus pas baca bagian ini juga saya jadi langsung bengong lama banget pikiran kosong gitu gatau mikirin apaan.

hadeeh

''kalau orang bilang cinta itu bullshit, mereka pasti gak pernah tau rasanya ada di titik terendah kehidupan. kadang yang dibutuhin cuma cinta. karena disana ada rasa empati, ada kasih sayang. kadang kita nggak sadar, itu yang dibutuhin untuk ngerasa utuh''

(pause)
pas baca itu pikiran saya langsung belok pengen nikah. pengen ada yang nemenin (HHHAAAAHHHHHHH). apa ya, jadi inget novel A man called ove juga sih karena di buku itu, Cinta-lah yang membuat Ove tetap waras dan terus hidup.

cinta ya.

''gimana aku belajar mencintai kamu sat kalau kamunya masih cinta sama orang lain?''

(HHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHH)

''suka itu lumrah, bergantung kadarnya aja. yang khianat itu kalau dipupuk perasaannya'' - Ghilman saat selesai melamar Tata

kutipan terakhir kesukaan

Radhian: jangan lupa shaving dulu Man sebelum ena ena
Radhian: enak ya nulisnya ena ena ena ena ena ena ena ena

(SAMPAH KAMU RADHIAAAAANNNN)

dan ya, seperti yang saya bilang, membaca buku ini seperti melihat perkembangan tulisan mbak Aqessa. kamu juga jadi seperti mengenal dan ikut tumbuh bersama semua tokohnya. ini buku mungkin lebih tepat kalau bercerita tentang ''hidup'' kali ya, soalnya pas baca ini bener2 mikir macem2 sampai bikin saya jungkir balik gak karuan. nangis, ketawa, sedih, kecewa semuanya dapet dari buku ini.

dan oh, saya belum coba denger playlist rekumendasi di halaman depan buku ini sih. selesai nulis review ini mungkin akan saya coba dengerin. tapi ya, beberapa referensi lagu yang ada di sela2 cerita pun cukup enak. seneng deh beberapa hari terakhir ini nemu buku yang menyelipkan referensi lagu yang ena ena

ena ena ena ena ena ena ena---HHH STOP YA MAI, KAMU JUGA JANGAN JADI SAMPAH T_T

tapi ya tapi, pas baca ini, 2 lagu berikut ini yang jadi ost-nya. soalnya saya putar loop terus dari sabtu sore sambil baca ini. dan gatau kenapa cocok aja gitu sama isi bukunya.
https://www.youtube.com/watch?v=a5uQM...
https://www.youtube.com/watch?v=VoDbJ...

dan ah, terima kasih telah menulis dan membagi kisahnya di buku ini mbak Aqessa!

suka! xD
Profile Image for Tirta.
252 reviews38 followers
May 13, 2017
Seger banget buku ini.

Intermezzo gak penting tapi jujur baru beli Secangkir Kopi dan Pencakar Langit setelah 3 kali bolak-balik toko buku dan baca di tempat sampe sekitar bab 8 sebelum akhirnya bener-bener bawa pulang. Ya allah.

Abisnya selain karena jarang baca novel-novel Elex, belum pernah coba cerita yang diambil dari Wattpad (hehe, apalagi yg ada itunya tuuh, 'sudah dibaca berapa juta kali di Wattpad', gatau kenapa kayak, 'yha' aja gitu) sinopsis di belakang buku juga agak-agak bikin takut, karena gue biasanya ogah sama cerita dua cowok suka satu cewek yang suka sama salah satu di antara dua cowok itu dan yhaaaa udah lah yha, ketaker dah.

Tapi Secangkir Kopi dan Pencakar Langit ini asli seger banget.
Beberapa hal yg bikin seneng bacanya:

* Bukunya ngena dan nggak munafik.
Bahkan di bagian awal Satrya udah bilang dia menilai perempuan dari beberapa tahap. Yang pertama, penampilan. Inner beauty ada sih, tapi belakangan. Ntap bozqu, not to be mysoginistic, but +1 point for honesty. Terus Ghilman bilang alasan dia berani melamar padahal belum pacaran adalah karena dia mau bantu ngadepin kondisi keluarga ceweknya, dan dia pengen ngerasa dibutuhin (soalnya keluarganya sendiri masih kokoh, jadi ga terlalu butuh dia), ini ngena deh.

* Percakapannya, allahuakbar.
Aqessa nggak takut masukin kata-kata seperti "BANGSAT", "Tai lo tai", "Ena ena" (((ENA ENA))), dan senengnya ini nggak diedit sama penerbit pas dijadiin versi cetak.
Penggambaran suasana kantor dan dunia kerja Athaya juga sangat enak diikutin. Gue taro bukunya di shelf 'worldbuilding' karena ini. Dan geng foggingnya, aduh, geng foggingnya TOLONG DONG? Beberapa review sebelum ini bilang, di bukunya agak banyak percakapan yg nggak perlu, terlalu ceplas-ceplos, tapi buat gue, justru itu charm-nya! Diantara buku-buku lokal yg belakangan ini kayaknya kebagi jadi dua golongan: satu, buku yang sangat-sangat puitis (biasanya dengan undertone preaching atau kalo nggak, dihujani romantisasi tentang being an introvert, baca buku di kala hujan, cokelat panas, solitude, kehilangan, HEAAAKKKK) atau dua, buku yang pengen natural tapi bahasa dan kosakatanya agak maksa, jadi jatohnya nggak pas aja gitu, Secangkir Kopi dan Pencakar Langit stands out. Obrolan kantor dan chat anak-anak muda di Wickman ini emang, fak, sampah lah, tapi ya itu yang biasa kita denger di kehidupan sehari-hari. Emang cara ngomong atau bercanda kantoran tuh begitu. Mana receh pisun :(

* Athaya.
Gue selalu suka buku yang nggak hanya jadiin pekerjaan tokoh utamanya sebagai status doang, tapi sedikit banyak bikin pembacanya tau, kalo di kantor jadi ini, kerjaannya tuh gini loh (Ini poin plus yg jadi alasan kenapa gue masih suka buku-buku Ika Natassa, sebenernya) Di Secangkir Kopi dan Pencakar Langit, Athaya seorang IT System Analist. Beberapa kali dijelasin hal-hal apa sih yang dia lakuin sebagai IT System Analyst itu. And I love how Aqessa created her as a heroine who loves her job! Some time ago I was just thinking of how tiring it is to constantly read about job-hating heroines in contemporary books. I want to read books in which the main characters are actually proud about their jobs. Ini yg gue temuin di Secangkir Kopi dan Pencakar Langit.

* Nggak ada bagian yang dibuat berlebihan atau giung, semua ngalir.
Gue bisa bayangin percakapan-percakapan yg ada diucapin sama orang beneran, situasi yg ada terjadi di kehidupan beneran. Dari cara Satrya basa-basi ke Athaya, Satrya dan Ghilman ngomong man to man, curhat Athaya pas di Jepang, sampe masalah keluarga Athaya. Dan banyak hal-hal kecil yang mungkin sebenernya nggak penting banget tapi bikin ceritanya real aja gitu, misalnya adek Ghilman yg minta dianterin ke kampus karena pagi-pagi ada rapat, jadi Ghilman harus bawa mobil ke kantor. Di mobil adeknya enak-enak sarapan terus sempet-sempetnya tidur dikit, sementara Ghilman musti ngadepin macet. Atau Athaya yg ngukur jarak monthly period dengan cara merhatiin panjang kukunya. Sepele sih, tapi pas hal ini dijadiin bahan obrolan, masuk akal banget kan ya situasinya kalo dibayangin?


Beberapa hal yang dirasa bisa di-improve:

* Pace dan pembagian plot cerita. Jujur sampe setengah buku lebih sedikit belum ketauan Secangkir Kopi dan Pencakar Langit ini arahnya ke mana. Ya sebenernya agak ketauan sih, cuma kok lama ya prosesnya, jadi jalan menuju ending yang kunanti-nantikan itu rasanya terlalu abrupt. Beberapa bab terakhir kayak, wadu wadu, buru-buru amat tau-tau udah begini? Untungnya karena poin-poin yang udah disebutin di atas, hal ini jadi ga terlalu masalah. Tetep enak diikutin.

* Hehe. Gimana ya nulisnya hehe. Gue ga masalah sama buku-buku lokal yg banyakin kalimat atau kata dalam Bahasa Inggris (toh di kehidupan nyata sekarang juga banyak kok yg dikit-dikit code mixing ala "Bisa gak discuss di ruangan saya?". Ini review juga dari tadi banyak banget selipan inglis-nya buset), tapi di Secangkir Kopi dan Pencakar Langit ada yg ganjel dikit. Misal:

"Mereka bertiga gasped bersama dan tertawa-tawa."
"Lasha dan Ghilman sama-sama mengeluarkan ekspresi gasped."
"Lagi-lagi cerita Ghilman membuat Athaya jaw dropped."

Wk. Gue doang ga sih? Kayaknya lebih ntap kalo diganti 'terperangah' atau 'kaget' aja gitu.

Hal-hal lainnya ga masalah. Eh demi apapun ya, kayaknya ini pertama kalinya gue ngereview sepanjang ini lagi setelah sekian lama. Subhanallah :( Intinya gue suka Secangkir Kopi dan Pencakar Langit! If you want to, like, take a rest with a book that is easy to laugh at, still realistic, totally enjoyable and not overly done, go get this.
Profile Image for Putri Review.
74 reviews13 followers
July 13, 2016
Actual score : 3,4 from 5 stars

Baca lebih lengkap review novel ini di blog Putri Review : Cinta Tumbuh di Antara Kubikel dalam novel "Secangkir Kopi & Pencakar Langit" by Aqessa Aninda

Dari semua novel jebolan Wattpad, Secangkir Kopi & Pencakar Langit karya Aqessa Aninda adalah yang paling membuat saya penasaran. Alasannya karena saya sempat mendengar beberapa review oke dari para pembaca di GR. Ternyata setelah saya baca, saya harus akui bahwa memang novel ini memiliki elemen unik yang cukup membedakannya dengan novel2 bertema romcom workplace lainnya, yaitu kedetailan luar biasa.

Dari sebuah artikel wawancara penulis novel lain, saya mengenal metode penulisan yang mempertimbangkan pembaca awam : bisa dengan hadirnya tokoh netral yang mewakili pembaca untuk karakter utama yang kelewat ekstrim, adanya penjelasan secara langsung maupun tidak langsung untuk istilah2 khusus, bahkan ada pula yang memberikan rumus terkait sebanyak apa kata-kata rumit boleh dilibatkan dalam sebuah cerita--semua demi mempertimbangkan kenikmatan pembaca awam seperti yang sudah saya singgung tersebut. Namun, novel Secangkir Kopi & Pencakar Langit seakan dituliskan tanpa adanya kekhawatiran tentang posisi pembaca awam. Penulisnya menuangkan banyak hal tentang dunia perkantoran--terutama divisi IT--mulai dari menu sarapan Athaya di awal hari, apply travel visa lewat HRD, ngurus bug database setengah mati, sampai pilihan transportasi pulang setelah lembur.

Memang sih, novel ini termasuk serial City Life-nya Elexmedia. Itu juga salah satu cara untuk mempersempit range pembaca ke yang tertarik dengan genre tersebut, bisa yang awam, atau justru yang sudah akrab dengan dunia lajang perkotaan. Namun, sebagai pembaca yg kebetulan bukan merupakan pekerja kantoran (dan tidak pernah merasakan), jujur, saya terkadang masih sedikit kewalahan meskipun penulis memberikan penjelasan istilah lewat footnote. Tapi, untungnya, kedetailan dunia kerja yang ditawarkan oleh Aqessa Aninda ini dibarengi dengan karakter2 utama dan pendukung yang menarik, plus dialog2 konyol ala perkantoran yang sangat menghibur.

Dialog2nya emang menghibur banget sih, sampe istilah yg gak ada IT-ITnya macam SSI (sepik-sepik iblis), sebat (ngerokok sebatang), binor (bini orang), palbis (paling bisa), ampe ena ena juga keluar (hih).

Terus, awalnya saya memang sempet bingung dengan banyaknya karakter novel ini, bahkan sampai akhirpun saya masih suka mikir si A itu siapa ya, si B itu anak divisi mana, sampe akhirnya saya gak peduli lagi, yang penting pemeran2 utamanya masih kepegang jalan ceritanya, sisanya dinikmatin sambil jalan aja. Awalnya emang agak keder, tapi ke belakang2nya malah jadi rada kangen sama Ganesh dan Radhi (kakak2annya Athaya di div IT), gak bisa move on dari komentar Davin (ditanya : "naik mobil sendiri biar bisa ciuman sama istri sambil nyetir ya, Vin?" Davin jawabnya: "Iye"), geng cewe2 cantik kantor : Kia,-Shakila-Lasha, charmingnya Satrya, komentar santai Athaya pas digodain ("Athaya potong poni manis deh, kayak boneka.", Athaya : "Makasih, tapi jangan dimainin kayak boneka, ya."), sampai Ghilman yang cool-nya bikin kebat-kebit.

Ah sampe rasanya ngiri deh belum pernah ngerasain kehidupan kantor kayak Athaya gitu. Seru bener kayaknya.

Nah, sayangnya, mungkin karena cerita ini memang dulu dikembangkan di wattpad dengan cara upload sub-chapter demi sub-chapter, saya juga menemukan sedikit ketidaknyamanan khas novel2 wattpad lainnya pada karya Aqessa Aninda ini : novel tebal yang seringkali melibatkan pengulangan cerita dan alur yang dipanjang2kan. Kalau soal konflik sih udah lumayan lah ya, tapi saya bahkan sempat mengecek tebal halaman berkali2 karena merasa ceritanya dragging banget (kapan beresnya?), padahal udah ketebak mau bahas apaan dan menurut saya bisa digabung ke adegan lainnya supaya lebih mengena (salah satu yang bikin saya sempet cape banget bacanya : adegan perjalanan Athaya dkk ke Bandung, kayaknya semua lagu yang diputer dibahas liriknya -_-, ampe berapa kali ke rest area, ngapain aja di sana, sampe pergantian supir pas berangkat dan pulang juga disebutin.)

Di luar itu, saya merasa sangat puas membaca novel ini. Semacam angin segar setelah baca sastra berat2. Kalau kalian kepengen baca novel romcom yang dekat dengan dunia pergaulan ibukota Jakarta, terutama untuk dunia after kuliah dan awal kerja, novel ini jelas jawabannya. Pertanyaan saya untuk Aqessa, ada pertimbangan untuk melanjutkan kisah Radhi dan Kia, gak? Atau Ganesh sama Lasha gitu? Atau Satrya sama Lasha? Masih pengen ngintip2 nasib anak kantor Ghilman, nih. Terus buat Elexmedia, ketagihan nih sama serial City Life-nya, ditunggu banget judul2 berikutnya.
Profile Image for Carswell C.
81 reviews6 followers
July 6, 2016
~ingin ku berkata kasar~ ><

aduh apa yaaa... yah intinya pengen mencak mencak di depan penulisnya deh. baru kali ini baca Novel bingung tokohnya itu ntar di pasangin sama yang mana akhirnya.

novel ini mengusung tema Roman bernuansa persahabatan, Keluarga... yah Slice of Life lah pokoknya jadi enak dibacanya.

kekurangannya apa ya? gak tau karena mencari kelebihan itu kadang lebih gampang buatku kalo udah urusan novel . paling agak gak mudeng doang sama istilah IT yang ada dicerita biarpun komplit footnote, guenya aja yang Oon ._. (Oon gue kaya Taya lah kalo lagi panik doang wkwkwk)

kelebihan? cerita ini tuh kece soalnya romancenya natural dan realistis abis. gak ada tuh scene menye-menye kayak yang biasa ditemuin dan oh my god panutan-able lah. rasanya tuh tiap part ada bagian yang pengen dikasih sticky note (sayang entah kemana punya gue :((( ) dan Amanahnya banyak banget. cocok lah kalo para penulis pemula mau cari referensi baca. nih gue saranin baca Skdpl!

dan kmvrtnya pas awal gue baca ampe bab 32 dan saking penasarannya gue malah baca epilog. sompret emang jadi dilanda kecewa gitu dah

dan ehhh... kecewa dan pertanyaan gue seakan dijawab semua setelah baca bab 33 sampe abis dan wow! pengen bilang ke penulisnya "Kak, kok tau sih? situ cenayang ya?" intinya sih hindari perbuatan tak senonoh seperti yang saya buat (yang gue maksud loncat baca)

okelah sekian. rekomended! Nice story ringan hangat dan pasti elo bakal banyak bilang "Iya bener" udah itu! wkwkwk
Profile Image for Rizky.
1,067 reviews84 followers
August 18, 2016
Ada 1 eks SkdPL plus 1 novel elex pilihan disini, hanya 3 hari saja DL 4 Agustus 2016 http://rizkymirgawati.blogspot.co.id/...

"Orang suka salah persepsi dengan gimmick kerja sesuai passion. Padahal kadang passion nggak harus hobi, kan. Bisa saja passionnya kayak lo gini, suka menganalis"

Secangkir Kopi dan Pencakar Langit merupakan novel kedua dari lini terbaru Elex Media, CityLite. Kali ini, penulis mencoba mengisahkan tentang kehidupan Athaya dan dunia kerjanya sebagai IT System Analyst di sebuah perusahaan. Seperti cerita fiksi lainnya, kali ini kita akan diajak memasuki kehidupan Athaya yang sedang terjebak dengan 2 pria potensial rekan kerjanya.

Yang pertama, ada Ghilman si Business Analyst yang diam-diam telah disukai oleh Athaya sekian lama. Sayangnya, Ghilman sudah punya kekasih, Divanda dan sedang mengarah ke arah yang lebih serius, pernikahan. Athaya lebih memilih untuk mencintai dalam diam, cukup hanya memandang punggung Ghilman saja atau bisa shalat bareng saja Athaya sudah bahagia.

Di lain sisi, ada sosok Satrya si Quality Assurance yang diam-diam menaruh perhatian terhadap Athaya. Sosok Athaya yang enak diajak ngobrol dan memiliki pengetahuan yang luas, membuat Satrya jadi ingin mengenalnya lebih dekat. Apalagi Satrya sedang berusaha untuk move on dari Alisha, sahabat yang pernah sangat dicintainya namun telah menikah.

"Kalau boleh memilih, lebih enak dicintai daripada mencintai. Because it's easier when someone loves you. Tapi, kamu kadang tidak bisa memilih siapa yang akan kamu cintai dan siapa yang akan mencintai kamu."

"Dicintai duluan memang lebih menyenangkan, tapi kalaupun kita mencintai duluan sebelum dicintai, rasanya dicintai itu jadi terasa tidak begitu penting."

Tidak hanya mengisahkan kehidupan romantika Athaya yang sedang terjebak dengan di antara 2 pilihan saja, tetapi ada kisah persahabatan di dunia kerja yang sungguh menyenangkan sekali. Athaya sungguh beruntung sekali, punya pekerjaan yang sesuai passionnya dan rekan kerja yang menyenangkan. Walaupun Athaya bukanlah wanita satu-satunya yang bekerja di dunia IT, tapi di kantornya Athaya menjadi salah satu wanita kesayangan Geng Fogging (geng yang berisi para pria yang suka menghabiskan waktu merokok di kala makan siang). Geng ini berisi Radhi, Ganesh, Fajar, Divantara, Mas Kino, Ghilman dan Satrya. Walaupun mereka semua ini, suka merokok tapi mereka rekan kerja yang menyenangkan loh. Apalagi kalau ada Radhi dan Ganesh, duo jomblo ngenes pasti ada saja ulah yang dibuat mereka. Duo ini sungguh menghibur sekali, membuat kantor mereka menjadi semarak dengan becandaan, saling menggoda hingga panggilan kesayangan buat Athaya "Tayang-Tayang".

Seluk beluk dunia IT pun diulas dengan sangat menarik sekali, aku yang selama ini tidak terlalu familiar dengan dunia IT, bisa menambah pengetahuan sekali. Walaupun istilah-istilah IT cukup memusingkan, tetapi penulis mampu meramunya menjadi sesuatu yang menarik dan tidak membosankan. Salut banget loh, sama wanita yang bekerja di dunia IT, dunia yang kebanyakan masih berisi para pria, contohnya Athaya ini. Mungkin karena penulis sendiri juga berkecimpung di dunia yang sama dengan Athaya, sehingga detail penggambaran dunia IT begitu hidup, seakan aku melihat ada sisi pengalaman penulis yang dimasukkan di novel ini.

"She's probably not the smartest girl he ever knew, but the way she talks about books and her interest makes her a lot more interesting than he thought before."

Tokoh yang kusukai disini adalah Athaya, sosok wanita yang tangguh sekali. Dari segi penampilan menarik, dan punya otak yang encer. Hal ini terbukti dengan terjunnya dia ke dunia IT yang didominasi oleh para pria, tetapi hal ini tidak membuat Athaya menjadi wanita yang geek dan nerd loh. Athaya malah menarik walau dengan dandanan minimalis. Selalu suka sekali jika Athaya sudah berbicara soal buku, lagu atau film yang disukainya terasa menyenangkan sekali.

"Sastra itu buat gue seperti membuka mata dan pikiran, sisi kehidupan lain yang mungkin nggak pernah kita jamah. Pemikiran orang yang kita nggak tahu. People's idea of a person they loved, they hated. Bikin kita lebih empati, lebih buka mata bahwa dunia kadang nggak selalu hitam dan putih."

Membaca novel ini sungguh menyenangkan sekali. Dari segi tema memang mainstream sekali, lebih condong ke kisah romantika percintaan yang bingung di antara dua pilihan, antara mencintai atau dicintai, dipadukan dengan dunia kerja yang berat namun menyenangkan, aku benar dibuat larut dengan kisah Athaya ini. Aku pun jujur mungkin akan kebingungan jika berada di posisi Athaya, bingung memilih antara Ghilman atau Satrya atau tidak keduanya. Kedua pria ini benar-benar potensial, sama-sama cakep, menarik, pintar dan rajin beribadah walau bagian merokoknya aku kurang sepaham. Namun, aku selalu percaya cinta akan punya caranya sendiri untuk menunjukkan kepada siapa hati kita akan bertaut. Penulis benar-benar merajut kisah ini dengan sangat baik, membuatku penasaran pada akhirnya, siapa yang akan dipilih oleh Athaya, karena dua-duanya digambarkan seimbang, tidak berlebihan di salah satu pihak.

"Kalau orang bilang cinta itu bullshit, mereka pasti nggak pernah tahu rasanya ada di titik terendah kehidupan. Kadang yang dibutuhin cuma cinta. Karena disana ada empati, kasih sayang. Kadang kita nggak sadar, itu yang dibutuhin untuk ngerasa utuh."

"Hubungan itu bukan judi yang kita bisa coba, siapa tahu beruntung. Hubungan juga bukan merger dua korporasi yang harus saling menguntungkan."

Cerita yang menarik, chemistry yang kuat dan tokoh yang begitu hidup membuat kisah ini menjadi bacaan yang sungguh layak dinikmati. Bahasa yang digunakan pun bukan bahasa baku, malah cenderung bahasa percakapan sehari-hari khas anak muda zaman sekarang. Istilah pergaulan sehari-hari pun banyak dimasukkan disini, tapi alih-alih aku bosan, aku malah sangat menikmatinya, karena interaksi para tokohnya begitu melekat. Rasanya semua elemen dalam novel ini saling terkait dan menghidupkan kisah ini menjadi sangat menarik.

Jika kamu mencari kisah romansa dan persahabatan dunia kerja yang menyenangkan, Secangkir Kopi dan Pencakar Langit bisa menjadi pilihan bacaanmu. Dijamin kamu akan jatuh cinta dengan kisahnya. Rasanya tidak ingin kisah ini cepat-cepat berakhir, saking ketagihannya saat baca. Benar-benar menanti kisah lainnya dari penulis.

"Di tengah-tengah pencakar langit yang tinggih dan kokoh dengan ketidakpeduliannya akan sekitar, ada secangkir kopi yang hangat dan menenangkan, membuat siapa pun yang meminumnya terjaga. Hal kecil yang sudah menjadi rutinitas dan membosankan tapi tak dapat dilewatkan."
Profile Image for Rezza Dwi.
Author 1 book276 followers
August 22, 2016
Salahku karena baru sempat baca ini padahal ikutan PO awal. Maaf ya kak Echa, si aku anaknya suka menumpuk bacaan. Akhirnyaaa janjiku kasih review di sini bisa terkabul sekarang. Alhamdulillah ya! :")

Jadi, jadi, jadi aku sih suka. Aku suka apanya ya? Hmm banyak. Aku bahkan suka sejak awal liat kovernya haha kovernya bagusss serius minta dipeluk banget.

Tulisannya ngalir, gaya bahasanya khas, settingnya kerasa emang dunia kerja Jakarta banget. Cocok deh ini masuk citylite. Kerasa soalnya. Dari cara bercerita dan si penulis memandang gaya hidup, buku, musik, candaan, dan lain-lain kerasa banget deh Kak Echa anak Jakartanya. Aku teringat temen-temenku yang anak sana juga.

Ceritanya realistis, keseharian banget. Tapi, kalau ditanya aku pernah ikutan bimbang antara si cowok 1 apa cowok 2, ternyata aku nggak sempet ada perasaan bimbang itu. Entah ada kepercayaan macam apa kalau feelingku udah bilang endingnya akan sama si cowok 2. Apa karena aku ngerasa cowok 2 lebih banyak menangnya ya? Bukan, bukan dari segi fisik, gesture, kemampuan, atau kepeduliannya. Tapi dari segi situasi dan kondisi dia. Entah kenapa adegan pas tentang si cowok 2 kerasa lebih slow dan dikasih feel. Entah ya, mungkin ini hanya perasaan aku aja. Buktinya yang lain pada ikutan bingung akan gimana endingnya.

Well, congrats Kak Echa! SKdPL udah masuk cetakan kedua. Aku doakan semoga ada cetakan ketiga, keempat, kelima, dan seterusnya. Selamat, Kaaak! Sukses selalu yaaa. Hehehe.
Profile Image for Adara Kirana.
Author 2 books194 followers
June 24, 2016
3 bintang.

--
Cuplikan review:

Kalau ngomongin masalah EyD, tanda baca, dan typo, kayaknya banyak, sih. Ya, enggak banyak-banyak amat juga. Cuma kayak kalimat enggak efektif itu masih sering saya temuin.

Dan saya juga nemuin kesalahan-kesalahan koma dan tanda petik. Cuma menurut saya, masih bisa dimaklumi. Walaupun koma itu sebenernya berpengaruh banget sama arti kalimat (sotau mode on) cuma yaa, mungkin bisa diperbaiki buat ke depannya.

Soal alur, menurut saya biasa aja, sih. Cuma Kak Echa bisa mengemas ceritanya dengan cukup baik, jadi ceritanya enak dibaca.

Terus yang saya suka lagi dari cerita ini adalah GENG FOGGING! Siapa yang enggak suka geng fogging? Nyampah-nyampah lucu (?) AAA RADHI DAN GANESH KUGEMAS.

Cover bukunya juga baguss! Suka banget HHAHA. Dan nilai plus juga karena aku emang suka Chick-lit wahahah.

--

Review lengkap bisa dibaca di: http://expellianmus.blogspot.co.id/20...
Profile Image for Dini Novita  Sari.
Author 2 books36 followers
August 15, 2016
2.5

ceritanya bagus, tapi gaya bahasanya terlalu rusuh. kayaknya itu bedanya cerita visual dengan novel. karena menurutku untuk gaya bahasa tulisan harus rapi dan ada unsur 'keelokannya', gak sembarang apa yang diucap mulut kalau sehari-hari. apalagi ini genrenya juga dewasa, kayak Metropop kalau di GPU gitu. bahasa Indonesia-English-bahasa rusuh... entahlah, nggak indah dibacanya.
Profile Image for Riz.
1,248 reviews132 followers
August 7, 2016
Kalo romansanya gua kurang sreg, gua kasih 2 bintang, tp karena jokes dan suasana di perkantorannya gua suka, jadi gua naikin 1 bintang :)
Total 3 bintang buat cerita ini :)
Profile Image for Pauline Destinugrainy.
Author 1 book248 followers
August 3, 2016
Athaya adalah seorang gadis yang bekerja di bidang IT sebagai system analist. Di kantor tempatnya bekerja, dia satu-satunya cewek di divisi IT. Berada di tengah-tengah cowok-cowok membuat Athaya menjadi idola, apalagi dia memang cukup ahli di bidangnya. Bukan hanya cowok-cowok di divisi IT saja yang menyukainya. Satrya dari divisi lain juga mulai melirik Athaya.

Kalau dibilang cantik, masih banyak cewek lain di kantor yang lebih cantik daripada Athaya. Tapi di mata Satrya, Athaya punya inner beauty yang membuatnya istimewa. Apalagi Athaya selalu mengingatkannya pada Alisha, gadis yang dulu dicintainya tapi sekarang sudah jadi istri orang. Sayangnya, Athaya yang meski jago coding ternyata kurang paham kode-kode dari seorang cowok.

Sebenarnya Athaya bukan tidak tahu, hanya saja hatinya sudah tertambat pada Ghilman, temannya di kantor tapi dari divisi berbeda juga. Hanya saja, Ghilman sudah punya pacar, cantik pula. Athaya sadar diri tidak akan bisa bersaing dengan pacarnya Ghilman. Tapi perhatian-perhatian kecil yang diberikan Ghilman membuat Athaya bertanya-tanya, mungkinkah dicintai lebih indah daripada mencintai?

Kisah cinta segitiga bukan hal yang baru, apalagi terjadi di tempat kerja. Namun ada yang istimewa dari kisah Satrya-Athaya-Ghilman ini. Meski dipenuhi becandaan ala anak kota, tapi cara keduanya melakukan pendekatan pada Athaya terlihat dewasa. Cara penlis membagi porsi antara Satrya dan Ghilman sangat adil. Alur ceritanya smooth dan tertata dengan baik. Hal menarik lainnya yang tidak membosankan untuk dibaca adalah obrolan kocak ala Radhi dan Ganesh, sesama penghuni blok IT di kantor mereka.

Namun sebagai novel debut saya menemukan satu-dua kekurangan di dalam novel ini. Yang pertama adalah kecenderungan penulis yang sering mengulang-ulang detail kecil. Misalnya kekaguman Athaya melihat Ghilman menyetir atau warna kelopak mata Athaya. Kalau saya sih merasa terganggu dengan pengulangan itu. Kemudian ada di halaman 16, dimana diceritakan Satrya dan kawan-kawan akan pergi makan siang di luar kantor dan mereka menggunakan lift. DI situ tertulis ketika lift sampai di lantai 21, mereka berhamburan keluar menuju pintu kantor. Entah kantornya ini punya ruang bawah tanah, atau pintu kantornya memang ada di lantai 21 dan mereka rame-rame terjun ke bawah :)
Lantas mengapa judulnya Secangkir Kopi dan Pencakar Langit? Saya kasih bocoran ya dari quote yang saya suka dalam novel ini.

Di tengah-tengah pencakar langit yang tinggi dan kokoh dengan ketidakpeduliannya akan sekitar, ada secangkir kopi yang hangat dan menenangkan, membuat siapa pun yang meminumnya terjaga.Hal kecil yang sudah menjadi rutinitas dan membosankan tapi tak dapat dilewatkan. (hal. 318)
Saya merekomendasikan kamu untuk membaca novel ini. Agar kamu tahu, apakah kamu sudah menemukan "secangkir kopi di pagi hari yang hangat dan menenangkan" seperti Athaya.
Profile Image for Ardina Rahma.
134 reviews14 followers
July 14, 2016
Athaya adalah seorang IT System Analyst yang passionate sekali dengan profesinya, hobi membaca juga menyulam. Biasa banget ngga sih? :p Oiya Athaya juga strong berada di sarang penyamunnya Radhi-Ganesh-Fajar. Kebal juga dicengin dengan panggilan Tayang Tayang sama duo Radhi-Ganesh.
Satrya adalah engineer idola kaum hawa. Muka ganteng, pendidikan oke; lulusan S1 FMIPA Fisika dan S2 di Aussie, cuma urusan asmaranya ciyaaan banget shay karena masih terjebak bayang-bayang masa lalu. Uh :(
Ghilman, my laffff.. Seorang Business Analyst. No comment deh, dia mah calon menantu idaman. :))

SKdPL diceritakan dari sudut pandang orang ketiga. Awal-awal saya membaca novel ini, saya agak-merasa-gimana-gitu sama gaya bahasanya Ka Echa selaku author. Gimana ya....gaya bahasanya terasa bebas, jauh banget dari kesan baku dan formal. :)) Tapi…walaupun gaya bahasanya bebas dan jauh dari baku, SKdPL ini rapi banget kok.

Ngomong-ngomong tentang karakter utama, Ka Echa menciptakan karakter yang ngga neko-neko harus sempurna atau gimana gitu, tapi lovable banget. Athaya-Satrya-Ghilman terkesan nyata dan terasa sosoknya seperti ada disekeliling kita. Ya jadi maklum aja ya, kalau banyak yang bakal baper setelah beres baca novel ini. Apalagi sama Ghilman, eh Satrya juga. Tapi ku #TeamGhilman ya..

Setting utama di novel ini adalah kantor. Hem cerita tentang suasana kantornya sih berasa hidup banget. Selayaknya suasana dan kehidupan kantor pada umumnya sih : meeting, lembur, goda-goda centil antarkaryawan, goda-goda anak magang, cinta lokasi, rusuh nyampah di grup chat WA, sarapan di pantry, lunch bareng di food court dan semacamnya.

Saya mengacungkan jempol buat Ka Echa yang nyiptain tokoh-tokoh pendamping yang berhasil mencuri perhatian. Seriously.
Mereka disebut geng Fogging (Satrya-Ghilman masuk geng ini, btw). Bukan, mereka bukan kerja sampingan sebagai petugas fogging, ini geng cowok-cowok yang sering nyebats bareng (re: merokok bareng) pas waktu istirahat makan siang.
I told you yah.. Geng Fogging ini super gengges, kalau lihat dari chat WA mereka ya..nyampah bener..apalagi Radhi dan Ganesh (Iya, yang manggil Athaya dengan Tayang Tayang) tapi keberadaan mereka bikin novel ini makin seru. Pelengkap yang sempurna.

Jujur, saya suka banget sama SKdPL ini. Penokohannya yang membumi, penggambaran suasana kantor yang hidup banget—bawaannya pengen nimbrung sekantor sama Athaya, dan alur cerita yang….tentang cinta segitiga sih, tapi bisa dieksekusi dengan baik. Woohoo.. well done, Ka Echa!
Profile Image for Irma Agsari.
119 reviews17 followers
September 4, 2016
First thing first, saya belum pernah baca novel wattpad, baik yang mentahan di platform tersebut maupun yang udah sukses diterbitkan. Dan dari banyaknya judul novel jebolan wattpad yang belakangan ini terbit, belum ada yang benar-benar bikin saya pengen baca atau beli (baru baca satu di iJak hehehe).

Sampai beberapa waktu lalu, di explore instagram, saya nggak sengaja ngeklik posts SKdPL-related penulisnya. Saya mulai penasaran sama novel ini. Terus penulisnya pernah ngetweet kalau buku yang bikin dia book-hangover itu To All The Boys I've Loved Before-nya Jenny Han (kemudian daku SKSD dan ngomongin Flipped gitu. Lol) dan suka Nick and Norah's Infinite Playlist juga!! Dari yang tadinya cuma penasaran sama SKdPL, jadi pengen baca, dong. Karena kayaknya Mbak Echa satu selera sama saya, jadi karyanya bisa jadi juga selera saya (sotoy dan shallow yha. Kalo kata Athaya sih "teori nubitol").

Tapi untungnya saya beneran suka. Gila ya geng fogging!!! 'Sampah' banget bercandaannya :))) kzl. Seruuuu! Bahasanya juga kekinian banget hahaha berasa kayak temen sendiri.

Well, when i read a book about love triangle, i usually can't help but pick one side. Tapiiiii kali ini bener-bener kayak "yaudalah terserah Mb Athaya aja hatinya milih siapa, yang penting Mz Radhi buat saya" (EH GIMANA). Kalau dilihat dari tema, ini sama sekali bukan hal baru ya. Bahkan saya udah kena spoiler karena banyak banget kan yang nanya "loh terus si ini sama yang baru ceritanya gimana kok bisa gini" dan sebagainya~ tapi tetep aja pengen tau gimana ceritanya bisa sampai situ. Dan saya bener-bener baca buku ini cuma dalam sekali duduk, ketawa-ketawa nggak berhenti, terus .

Tokoh-tokohnya menyenangkan. They're basically a bunch of people we meet everyday. Athaya bukan tipikal damsel in distress, she's passionate and always stand up for herself, Satrya dan Ghilman pun bukan yang out-of-her-league. They are all flawed. Dan tanpa berusaha "ngajarin", mereka semua tetap bisa bikin kita mikir dan dapat sesuatu. Saya juga sukaaaa banget kehidupan kantornya. Mendominasi cerita, tapi nggak berlebihan, bahkan bisa dibilang salah satu kekuatan terbesar novel ini, ditambah tokoh-tokohnya yang rame. Saya yang nggak ngerti IT bisa tetep nyambung, malah merasa dapat hal baru.

Kalaupun ada kekurangan di novel ini, I won't sweat the small things, because I really had fun reading this. 3.5 stars!
Profile Image for Fikriah Azhari.
277 reviews109 followers
November 28, 2017
“Bagi aku... separuh bebanmu, Ta. Agar kamu tidak memikulnya sendirian,” — halaman 300.


Salah satu buku favorit yang kubaca tahun ini, memperkenalkan-ku kepada Satrya, yang tertarik kepada Athaya—seorang IT system analyst di kantornya. Tertarik pada Athaya membuat Satrya memerhatikan dengan jelas gerak-gerik cewek itu, termasuk perilakunya yang seakan menghindari Ghilman.

Mencintai atau dicintai... jika dua perasaan itu muncul dari orang yang berbeda, mana kiranya pilihan yang terbaik?
.
.
***
.
.
Untuk orang awam sepertiku, mengingat buku ini cukup menonjolkan kehidupan perkantoran, ada beberapa istilah IT yang rasanya cukup asing, untungnya ada footnote yang bisa membantu memahami arti istilah bahkan candaan yang dilontarkan antar tokoh. Cerita ini juga menyelipkan diskusi mengenai buku, film dan musik. Aku suka!

Buku ini cocok buat kalian yang lagi mau baca sesuatu yang nggak terlalu berat, kayak slice of life gitu, bahas tentang keluarga, pendalaman mengenai komitmen dalam suatu hubungan, dan hubungan pertemanan antar tokoh yang menghibur banget, nggak ada kecanggungan di antara mereka, entah aku yang receh atau memang aku udah cocok gabung di Geng Fogging 😂 .

Fokus kita ada pada Satrya yang naksir Athaya, Athaya yang naksir Ghilman, tapi Ghilman udah punya pacar. Ya tipikal love triangle gitu, tapi rasanya beda dari beberapa cerita bertema sama yang sudah kubaca. Plotnya bikin perasaanku jungkir balik! Kalau kata anak jaman sekarang sih namanya baper alias bawa perasaan ya.

Awalnya memang aku tim netral ya, nggak berat ke Satrya ataupun Ghilman, karena memang penulis seakan imbang terhadap porsi dua tokoh cowok ini, apalagi sebagai pembaca, aku tahu perasaan mereka dari sudut pandang orang ketiga yang digunakan, yang kadang memang memasang fokus ke salah satu dari mereka. In love with Satrya and Mas Ghilman at the same time lah, betul-betul di awal nggak bisa memilih salah satu dari mereka.

Tapi seiring berjalannya cerita, aku tahu sebenarnya hatiku berada di tim mana, sama seperti Athaya, yaitu pada dia yang betul-betul menemani di titik paling berat sekali pun, dia yang memang menawari, bukan hadir hanya saat dicari.
Profile Image for Autmn Reader.
837 reviews80 followers
February 14, 2022
Actual rating 2,8 🌟

Surprisingly, aku enjoy baca ini walaupun aku jelas anggak terlalu suka sama story telling-nya. Itu mah preferensi masing-masing aja.

•Pros:

Beberapa jokes-nya adalah yang bikin ketawa. Dan sbnernya pas baca ini dipertengahan enggak bosen-bosen amat. Aku juga suka sama Ghilman - Taya - Satrya yang dewasa dalam menyikapi hubungan mereka. Enggak banyak drama yang bikin juga.

•Cons:

Tbh, enggak ada satu pun tokoh di sini yang bikin aku peduli. Mungkin karena telling banget kali ya nggak ada showing-nya. Taya beginilah, Ghilman begitulah, Satrya begonolah. Jadi ya ku nggak attach juga sama mereka.

Terus kemistrinya juga nggak dapet banget. Aku nggak ada ngerasain mereka cocok satu sama lain atau enggak cocok satu sama lain. Super duper datar banget. Terus background Satrya yang nganggep Taya sebagai Alisha juga enggak bgtu kentara di awal PDKT, cuman disebutin di awal dan disebutin di akhir. Jadi kayak tiba-tiba aja gtu. Ghilman yang peduli sama Taya sebenernya nggak mengejutkan juga, cuman ya aku juga nggak dapet chemistry nha samsek. Yah intinya aku nggak peduli sama mereka. Wkwkw.

Aku juga bukan penyuka trope cewek "oh I'm so plain and I'm just ordinary girl, so I don't know why all men like me", ya. Dan yah Taya tuh bgtu. Berapa kali dia bilang dia adalah cewek yg biasa aja tapi semua orang ngeliat dia berbeda. I know I know di dunia nyata juga banyak yang bgtu, tapi ya aku bosen aja sama trope bgtu di fiksi. I'm talking about fiction story here and my own preferences here, please. 😔

Story telling-nya kayak teenlit zaman dulu. Terus aku bingung ya, kenapa banyak banget scene nggak penting di sini. Obrolan mereka mungkin ingin dibikin receh tapi ya overused, jadinya malah kebanyakan jokes garingnya ketimbang inti ceritanya. Kenapa nggak dilebih fokuain ke hubungan tiga orang ini aja biar chemistry nya daper, bukannya malah scene filler nya yang dibanyaki. Mn kenapa sih kaya 'jegreg' 'tring' yang bgtu2 juga musti ditulis? Kayaknya itu oldies banget deh.

Yah, semoga bku selanjutnya, lebih enak deh.
Profile Image for Ten Alten.
61 reviews1 follower
May 3, 2018
Waaaaaaaaa!!
Ini beneran paket komplit! Ketawa ada, sedih ada, romantis ada... sahabat ada, rekan kerja ada, keluarga ada, percintaan ada...

Tokoh yang dimunculin tuh karakternya kuat. Walau banyak tokoh, aku nggak bingung sama sekali. Terutama si duo serigala sinting, Radhi dan Ganesh! Nggak bisa nggak ketawa gegara mereka. 😂 Si Athaya juga kusuka karakternya, dia kuat, sederhana, dan bukan tipe cewek rempong manja dengan banyak gaya. Si Lasha juga, walau dia sering nggak dianggep cewek (bercandaan sih), tapi dia juga cewek yang juga punya masalah cinta. Awalna aku bingung kalo disuruh milih antara Satrya atau Ghilman, mereka itu idaman banget. 😂 Tapi begitu muncul masalah komitmen, aku langsung deh milih Ghilman! ❤

Ceritanya ngalir aja... santai, ringan. Walau awalnya aku sempat bosan, kek lambat gitu dan sendiri². Merasa agak flat di awal, tapi kemudian boom! Semua kek langsung sinkron gitu. Baru juga baca sampai halaman 100an, eh udah kek baca 200an, padet dan asyik euy!

Konfliknya asyik banget. Konflik umum yang dieksekusi dengan bagus! Aku nebak² dan bener sih, ehehe. Walau sempat salah kira... habis manuverna gitu banget, mbak penulis. 😂

Andai ini aku punya buku fisik, pasti bakalan penuh post-it! Quotable, deh! Sayang betul aku baca ini di ipus... ntar lah yak cari di tobuk, ahaha.

Yang aku suka, para tokoh di sini tuh menjalani hidup mereka dengan dewasa. Mereka lapang dada dengan apa yang terjadi. Nggak cuma masalah percintaan, tapi juga tentang hidup. Dalem banget deh, nggak seringan desain cover yang manis dan menyenangkan kek musim panas! 😆
Profile Image for Nur Anisah.
38 reviews53 followers
June 19, 2016
"Bagi aku...separuh bebanmu, agar kamu tidak memikulnya sendirian" -Ghilman-

Siapa yang gak leleh sih kalau ada orang yg kita cintai yang ternyata juga mencintai kita ngucapin kata-kata itu? Yakan?

Novel ini emang fiksi, tapi masih membumi. I mean, sosok Ghilman itu masih bisa diraih dan dicari kok di dunia nyata. Orangnya pinter bukan genius, kerjanya nggak ngeri-ngeri amat jabatannya, sholatnya bener meski mulutnya masih suka nyampah, kelakuannya nggak macem-macem, dan yang penting cakepnya masih wajar bukan cakep yang bikin tersedak tiap kali kita noleh. Jadi, novel ini nggak terlalu kasih mimpi tinggi buat pembacanya.

"Akan selalu ada satu orang seperti Ghilman yang disisakan untuk setiap perempuan baik." -Athaya-

Bukan, saya bukan perempuan yang baik bener. Saya masih belajar untuk menjadi orang baik. Jadi, yang paling penting sekarang, fokusnya bukan hanya mencari (imam yg baik), tetapi juga memantaskan diri belajar menjadi (makmum yg baik).

"Karena perempuan yang baik untuk laki-laki yang baik." -An Nur : 26-

Dan part-part yang paling sampah juaranya dari novel ini adalah geng fogging. Mau dong dikasih gombalan recehnya bang Mamat feat Ganesh. Ulu-ulu~

5 bintang nggak muluk pan ye? Gimana dong udah terlanjur jatuh cinta banget sampek nggak bisa mupon sama Ghilman.

Sekian dan terima another Ghilman. Mwah.
Profile Image for Nana.
405 reviews26 followers
August 8, 2016
Mengingatkan saya--banget--sama tulisannya Adhitya Mulya. Blak-blakan dengan bahasa sehari-hari dan penuh kekocakan.
Suka sih, jadi saya bisa mengenal karakter tiap tokohnya seakan-akan teman saya sendiri.

Temanya sendiri seputar menemukan pasangan hidup. Noo,,, gue ga mau bilang kalo ini tentang cinta segitiga, karena kalo cinta segitiga itu kesannya cheesy abis dan banyak drama. Kalo ini tuh nggak. Mirip kayak Stuck in Love-nya Stephanie Zen gitu deh... Dua cowok menyukai cewek yang sama, tapi bukan berarti yang satu lebih baik dari yang lain dan si cewek ini semacam trofi yang hanya bisa dimiliki si pemenang. Ini lebih ke tentang siapa yang lebih cocok untuk mendampingi si cewek itu, siapa yang lebih siap. Yang akhirnya nggak dipilih si cewek, bukan berarti dia ada kekurangan atau dia kalah apa gitu, tapi yaa memang bukan jodohnya dan bukan waktunya aja.

Nice.
Profile Image for Palinda.
180 reviews3 followers
October 30, 2019
Maaf ya Bang Mamat perasaan gue ini novel udah dibaca tapi ternyata belom. Jahat banget gue ya padahal Satu Ruang aja udah gue baca.

Di novel ini Radhi belum sakarin (sakit karena Arinka). Belum ketemu Arinka soalnya. Dan gue sekarang kepo mampus mau baca Dua Jejak. Pengen tau kelanjutan Radhi-Arinka. Kasian gue tuh sama Radhi cuma jadi mecin doang.

Udah reviewnya itu aja. Maaf ya Satsat Tayang Maman. Fokus gue cuma ke Radhi seorang. Cuih!

Tapi cinta segi tiga mereka disini lebih apa ya kayak rumit tapi yang simple gitu lah. Nggak muter-muter gitu. Risiko orang ganteng kalo mau jadi sholeh emang gitu sih Sat kudu dipotekin hatinya berkali-kali dulu. Lah ape hubungannye sholeh sama hati?
Profile Image for Rose Gold Unicorn.
Author 1 book140 followers
March 3, 2017
boleh kasih lima bintang gak sih? hahaha

ceritanya ngalir bingits dan sukses bikin saya sebagai pembaca meletup letup (opo tho)

dari segi bahasa emang wuancur banget. jauh dari kaidah KBBI tapi ini wuancur yang nyenengin bukan wuancur yang bikin pembaca pengen misuh misuh wkwk.

entertaining!

tapi satu sisi jadi kepikiran juga, kalo cowok suka sama kita, dan dia pengen kita jadi istrinya, is not the end. masih ada keluarganya yang harus dipikirkan, will they accept us and our family unconditionally? :)
Profile Image for Priska nur.
5 reviews3 followers
October 20, 2016
love these bookk,,

jalan ceritanya bagus dan author bisa banget bikin krewes2 hati pembaca nya dan karakter dlm buku ini bener2 nempel banget di ingatan #teamGhilman#teteuupp,,, dengan guyonan guyonan yang bikin senyum senyum sendiri sampe ketawa ngakak hehehehe

satu lagi buat yg suka buku dengan quoteable yang ngena buku ini HARUS dibaca dehhh,, quote nya itu lohhh pengen dikunyah dan diinget banget

pokoknya beli dan baca bukunya,,,
sukses terus echaaa
#masGhilmanIdaman
Profile Image for Briliantina Hidayat.
182 reviews14 followers
February 22, 2018
Bagiku, naif banget kalo masih ada orang yg memandang dunia ini dengan kacamata hitam-putih. Jika yg satu jahat, maka satunya pasti baik.
Karena sebenarnya setiap manusia digerakkan oleh motif-motif pribadi. Orang yg tampak antagonis adalah orang-orang yg motifnya bertentangan dengan motif orang lain. Dan dalam penulisan sebuah buku, pov tokoh akhirmya yg membuat ada tokoh protagonis dan antagonis. Seringnya, penulis terjebak 'membela' si protagonis secara membabi-buta, melupakan motif si antagonis, mengesampingkan empati, yg akhirnya membuat kisah2 jadi naif banget.
Nah, aku suka dengan karakter2 di buku ini. Aku puas dg kemampuan penulis dlm berempati terhadap tokoh2nya, sehingga masing2 tokoh muncul manusiawi.
Gaya bertuturnya juga enak, meskipun idenya sederhana: cinta segitiga.
Awal baca, aku lempeng saja. Apalagi dengan banyaknya kalimat langsung dan group chat. Lumayan capek ngikutinnya. Tapi mulai ke tengah, ke akhir-akhir cerita, 'klik' kerasa. Beberapa kali aku dibikin baper karena olah perasaan tokoh2nya.
Sayang, perpindahan empati penulis sebagai pov3, terlalu sering dan tiba2. Jadi bikin aku kerepotan baca. Plus typo di sana-sini. Kaver buku juga kurang nyaman dilihat sih untuk aku. Plain banget.

Skor 4 dariku.
Profile Image for Annelice.
198 reviews9 followers
June 21, 2022
Bintang 3,5!

Serius deh, goodreads kenapa nggak menambahkan pilihan rate 0,5 sih??? Saya butuh banget. Nggak cuma angka-angka bulat begituuu.

Udah dari lama benget pengin baca ini, akhirnya kesampaian juga setelah mengoleksi seluruh seriesnya hoho. Ini ada 3 series kan ya kalau engga salah. Tokohnya beda sih tiap buku, tapi kayak berhubungan gitu antara buku satu dengan yang lain.

Oke, back to the topic. Secangkir Kopi dan Pencakar Langit menceritakan tentang Athaya, seorang IT System Analist yang begitu cinta pada profesinya, pekerja keras, penuh semangat, supel, ceria dan enerjik. Pokoknya dia cukup tough. Dia juga menjadi satu-satunya cewek di divisi IT yang membuatnya cukup disayang sama kakak-kakak (ketemu gede) nya.

Disisi lain ada Ghilman, crush Athaya sejak pertama kali gadis itu masuk kantor. Ghilman yang cukup dewasa, suka bercanda, jail, suka ngomporin namun di satu sisi dia juga sangat baik hati dan perhatian membuat Athaya jatuh cinta, namun sayang cowok itu sudah memiliki kekasih yang dipacarinya sejak jaman kuliah.

Lalu kemudian Satrya, si anak baru yang langsung mencuri perhatian cewek-cewek di kantor karena ketampananya. Dia juga baik hati dan sangat perhatian pada Athaya, namun apakah Athaya bisa membalas perasaan Satrya jika hatinya masih sangat mengharapkan Ghilman walaupun tidak mungkin?

Tema Office Romace masih menjadi salah satu favorit di dunia metropop. Walaupun terkesan mainstream, namun kisah kehidupan tokohnya selalu saja mencuri perhatian. Ya termasuk SKdPL ini. Jika biasanya office romance menceritakan kisah cinta antara bos dengan bawahan macam Resign!, Progresnya Berapa Persen?, Asmaraloka atau yang lainnya, maka di buku ini sedikit beda karena menceritakan kisah cinta segitiga antar karyawan.

Yup, kisah cinta antara Athaya, Ghilman dan Satria yang nano-nano banget apalagi ditambah kehadiran Tim Hore macam Radhi, Ganesh dan Fajar yang menghebohkan suasanya. Serius deh Tim Hore itu bisaaa banget spiknya, ada aja kata-kata sampah yang keluar dari mulut mereka untuk menyegarkan sekaligus memperkeruh suasana wkwkw. Suka banget sama duo srigala Radhi-Ganesh bikin cekikikan melulu.

Em.. sebenarnya ada beberapa hal yang pengin saya komentarin sih dari novel ini.

Pertama, tentang gaya penulisanya. Sebenernya gaya penulisanya bagus aja sih.. cuma cara penyampaiannya aja yang menurut saya rada gimana gitu. Dan jujur saya kurang suka. Rasanya tuh kaya.. "sok imut" gitu loh. Bikin merindinggg. Wkwk

Saya nggak ngerti kenapa Athaya harus dipanggil Taya, Tayang, Tata dan Tatayang. Childish banget. Kenapa engga Atha aja sih? Apalagi yang manggil teman-teman kantornya, cowok-cowok pula.

Ditambah ketika Athaya mulai berpacaran dengan salah satu cowok dikantornya lalu berbicara "bukan maksud Taya, maafin Taya". Asliii merinding sekujur badan. Geli. Berasa nggak cocok aja dengan watak Athaya yang tough itu.

Kedua, masih tentang Athaya. Plieaseee deh, kenapa sih Athaya harus digambarkan sempurna buanget ngget ngget??

Nggak pernah dandan sedikitpun tiap ke kantor? Nggak dandan banget nih? Tapi bibirnya ranum, pipi kemerah-merahan, kelopak mata kepink-pinknya, bulu mata panjang nan lentik?? Pasti skin carenya Athaya mahal ya!

Yakali nggak dandan blas mau ke kantor? Ketemu Crush? Ketemu cogan-cogan di sepanjang gendung? Wow luar biasa banget si Athaya ini. Nggak dandan aja yang naksir buanyakk.

Jujur aja sih, saya nggak begitu suka dengan penggambaran tokoh Athaya yang lebay. Nggak pernah dandan, disukai banyak orang terutama cowok, bagus dikarir, kepribadian yang menyenangkan, skill oke, pengetahuan yang luas. Ya pokoknya sempirna banget seolah nggak ada cacatnya.


Ketiga, kembali seputar nama dimana saya kurang sreg aja dengan beberapa nama tokoh macam Davintara, Chintara, Divanda dan entah siapa lagi. Ya nggak apa-apa sih, cuma aneh aja untuk nama seseorang yang lahir tahun 80 hingga 90an punya nama susah seperti bayi jaman now. Wkwk.

Keempat, tentang penokohan. Ini sih yang menurut saya penting banget karena karakter tiga tokoh utama di novel ini tuh nggak kuat. Apalagi Satrya yang menjadi blurpnya. Mereka bertiga seperti nanggung, yah mungkin tokoh Ghilman yang paling baik penggambaranya, sama Tim Hore deh wkwk. Kalau untuk Satrya dan Athaya, sorry to say tapi saya sama sekali nggak masuk ke karakter mereka. Dan saya bahkan nggak begitu suka dengan karakter Satrya karena dia tidak menonjol dan tidak meninggalkan kesan apapun.

Kelima, tentang konfliknya. Yup, nggak ada konflik berarti dalam novel ini. Bahkan konflik Ghilman dengan Divandapun terkesan hambar karena ujuk-ujuk banget. Davinda like come from somewhere karena nggak ada cerita tentang dia sebelumnya.

Saya juga agak bingung sih klimaksnya dimana karena saya justru lebih menikmati intermezzonya wkwkw. Siapa lagi kalau bukan Radhi-Ganesh.
Boleh kali dibuku-buku selanjutnya ada kisah cinta mereka berdua wkwk. Eh maksudnya kisah cinta Radhi dengan dan Ganesh dengan pasangan masing-masing wk.

Yah mungkin itu aja sih review dari saya. Selanjutnya saya mau baca Satu Ruang, kelanjutan SKdPL yang masih menceritakan tentang Satrya.
Profile Image for Lisra Yenny.
91 reviews1 follower
February 10, 2023
Aku kasi 5 bintang. Kenapaaa.... Aaaa suka bangeeeet sama cerita nya... Suka bangeeeet sama semua tokoh didalam nya... Asli g ada yg gagal semua pas,,nyaman banget eh..
Secakep seperhatian apa Satrya.. Hatiku sama ma Athaya udah kepincut berat sama Ghilman.
Suka banget sama suasana kantor mereka sama Radhi dan Ganesh yg suka nyampah. Walopun part nya dikit buat Lasha, Davintara, Fajar, Mas Kino dll tetep aja seru dan pas. Part Davinda pun apik... Bener banget perkara mencintai g melulu kita pengen bersandar tapi kita juga pengen dijadikan tempat bersandar, biar terasa dibutuhkan.
Di saat mama2 lain yg suka minta anaknya berbakti pada orang dgn mendahulukan mereka, pendapat ibu nya Ghilman te o pe banget, kami membesarkan mu ya supaya kamu bisa bermanfaat buat orang lain, kalo nanti kamu membalas kami itu bonus buat kami (hal. 315) novel ringan ini berkesan banget.
Profile Image for Alya N.
304 reviews11 followers
March 31, 2019
Hampir lupa me-review novel ini!
I love Ghilman! wholeheartedly. Ada sesuatu pada diri Ghilman yang membuat saya suka. Entah karena penokohannya mirip-mirip karakter pada cerita hidup saya, atau apa, entahlah.
Jadi pada intinya saya suka buku ini, meskipun di part awal saya sempat merasa gaya bercerita dan tutur bahasanya kok agak janggal ya? Tapi makin ke belakang, makin enak kok.
Saya suka penokohannya, meskipun si Athaya terkesan agak agak too good to be true ya. Satrya, Ghilman, Athaya, semua side characters di novel ini. They are lovelies, imho

Tinggal baca Satu Ruang nih (lanjutan kisah Satrya dengan tokoh utama perempuan yang berbeda). Semoga sama bagusnya.
Profile Image for Malena.
62 reviews1 follower
February 26, 2023
Awalnya pas baca blurbnya tuh ngerasa nggak bakal cocok sama cerita ini, tapi tetep lanjut baca aja soalnya lagi suka genre metropop. Pas baca awal-awal, masih ngerasa nggak cocok, pengen dnf, tapi aku paling nggak suka dnf buku makanya aku tetep lanjut baca. Turn out its worth!

Cerita ini beneran bagus banget. Aku kagum banget sama Athaya yang tetep kuat walaupun banyak cobaan buat keluarganya. Aku suka Ghilman yang nggak ngapa-ngapain tuh tapi di mataku Ghilman nih typeku banget ya. Wkwkwkwk.

Btw, dari awal udah kelihatan banget kalo Athaya bakal end up sama Ghilman. Kenapa? Karena dari awal yang kisahnya dikulik Athaya sama Ghilman, bukan Satrya. Bahkan menurutku tentang Satrya tuh clueless banget kecuali tentang masa lalunya yang ada Alishanya.
This entire review has been hidden because of spoilers.
Displaying 1 - 30 of 325 reviews

Can't find what you're looking for?

Get help and learn more about the design.