Syifa Adiba's Reviews > Bangkok: The Journal
Bangkok: The Journal
by
by
Syifa Adiba's review
bookshelves: romance, novel, indonesian, fiction, family, young-adult, travel
Jun 30, 2013
bookshelves: romance, novel, indonesian, fiction, family, young-adult, travel
Edvan adalah seorang lelaki ganteng yang mirip dengan salah satu artis Thailand yang namanya gue lupa (soalnya gue cuma inget Mario Maurer doang. wkwk). Selain ganteng, dia adalah seorang arsitek, mapan, dan baru saja meresmikan gedung pertama yang dibuatnya di daratan Singapura. Sounds great, right? Cewek mana yang nggak mau bertekuk lutut sama cowok model begini? Udah ganteng kaya pula. Serbuuuuu~~ #eh
Masalah mulai muncul saat tiba-tiba ada sms datang di hari soft launching gedungnya. Tiba-tiba, ada sms misterius yang menanyakan Edvan. Dan ternyata itu adalah adiknya, Edvin yang sudah ditinggal selama sepuluh tahun bersama ibunya. Edvin meminta Edvan untuk datang ke pemakaman ibunya yang baru saja meninggal. Dan dengan segera, Edvan berangkat dengan pesawat paling cepat saat itu juga.
Sayangnya, begitu datang dia tidak sempat melihat jasad ibunya yang sudah keburu dikubur. Dan dia pun tidak bisa menemukan adiknya, Edvin yang ternyata sudah menjelma menjadi seorang GADIS! Iya. Edvin sudah merubah dirinya menjadi seorang gadis dan bahkan dia secantik ibu mereka, Atika.
Edvan dan Edvin pun kembali bertemu lagi setelah selama 10 tahun berpisah. Banyak hal yang mereka bicarakan. Salah satunya adalah masalah warisan. Awalnya, Edvan menolak dengan alasan dia tidak butuh warisan. Dia sudah cukup kaya dengan pekerjaannya sebagai seorang arsitek di perusahaan besar. Tapi, Edvin terus memaksa Edvan untuk membaca surat wasiat ibunya yang ternyata adalah Edvan diminta untuk menyari jurnal yang ibunya tulis dalam potongan kalender. Dan potongan-potongan kalender itu tersebar di seluruh penjuru Thailand! Hal gila apalagi ini?
Edvan akhirnya mencari jurnal ibunya ditemani Edvin yang juga akan mengikuti ajang Miss Internasional *khusus waria tentunya*. Di pesawat inilah, Edvan bertemu dengan Laila pramugari cantik yang nantinya memberikan kontak seorang temannya yang orang Thailand dan jago berbahasa Thai *tentu aja*, Indonesia, dan Inggris. Sesampainya disana, mulailah petualangan Edvan untuk mencari jurnal-jurnal peninggalan ibunya bersama Charm. Dan tentunya, petualangan cinta Edvan yang akhirnya jatuh cinta pada Charm, meskipun Charm dengan tegas menolak hubungan romantis di atas hubungan profesional mereka.
Cerita ini menarik sebenernya. Bercerita tentang sebuah tempat dan pencarian jati diri. Ya, jati diri Edvan lah. Siapa lagi. Apalagi, Thailand adalah wonderful country setelah Korea, menurut gue. Dan gue akui, orang Thai lebih ramah dibanding orang Korea yang rada rasis. Sayangnya, setengah buku bagian awal entah kenapa gue bosen. Apa yah. Mungkin karena isu waria di gue udah biasa aja. Dan orang Thailand emang terbuka banget sama waria. Beda sama disini. Temen-temen gue yang cowok aja ada yang langsung lari atau berlindung di belakang gue. Hahaha. But, overall gue suka ceritanya. Terutama footnote yang terdapat pada buku ini, bukannya menjelaskan secara jelas. Terkadang malah footnote ini bikin ngakak karena penjelasannya yang aneh bin ajaib. Buku ini juga cukup membuatku semakin ingin ke Thailand dan melihat seperti apa sih dahsyatnya banci Thailand. *halah* Gue juga sempat menduga bahwa Charm itu sebenernya adalah ladyboy *sebutan untuk cewek oplosan di Thailand*, tapi ternyata dia itu.... *baca sendiri* Sayangnya, cerita yang cukup menghibur ini terganggu di bagian jurnal tulisan dari ibu Edvan. Tulisannya terlalu buram untuk dibaca oleh saya yang memiliki rabun mata. Jadilah, seringnya saya skip. But, overall that's OK.
Kop Khun Kaa~
Masalah mulai muncul saat tiba-tiba ada sms datang di hari soft launching gedungnya. Tiba-tiba, ada sms misterius yang menanyakan Edvan. Dan ternyata itu adalah adiknya, Edvin yang sudah ditinggal selama sepuluh tahun bersama ibunya. Edvin meminta Edvan untuk datang ke pemakaman ibunya yang baru saja meninggal. Dan dengan segera, Edvan berangkat dengan pesawat paling cepat saat itu juga.
Sayangnya, begitu datang dia tidak sempat melihat jasad ibunya yang sudah keburu dikubur. Dan dia pun tidak bisa menemukan adiknya, Edvin yang ternyata sudah menjelma menjadi seorang GADIS! Iya. Edvin sudah merubah dirinya menjadi seorang gadis dan bahkan dia secantik ibu mereka, Atika.
Edvan dan Edvin pun kembali bertemu lagi setelah selama 10 tahun berpisah. Banyak hal yang mereka bicarakan. Salah satunya adalah masalah warisan. Awalnya, Edvan menolak dengan alasan dia tidak butuh warisan. Dia sudah cukup kaya dengan pekerjaannya sebagai seorang arsitek di perusahaan besar. Tapi, Edvin terus memaksa Edvan untuk membaca surat wasiat ibunya yang ternyata adalah Edvan diminta untuk menyari jurnal yang ibunya tulis dalam potongan kalender. Dan potongan-potongan kalender itu tersebar di seluruh penjuru Thailand! Hal gila apalagi ini?
Edvan akhirnya mencari jurnal ibunya ditemani Edvin yang juga akan mengikuti ajang Miss Internasional *khusus waria tentunya*. Di pesawat inilah, Edvan bertemu dengan Laila pramugari cantik yang nantinya memberikan kontak seorang temannya yang orang Thailand dan jago berbahasa Thai *tentu aja*, Indonesia, dan Inggris. Sesampainya disana, mulailah petualangan Edvan untuk mencari jurnal-jurnal peninggalan ibunya bersama Charm. Dan tentunya, petualangan cinta Edvan yang akhirnya jatuh cinta pada Charm, meskipun Charm dengan tegas menolak hubungan romantis di atas hubungan profesional mereka.
Cerita ini menarik sebenernya. Bercerita tentang sebuah tempat dan pencarian jati diri. Ya, jati diri Edvan lah. Siapa lagi. Apalagi, Thailand adalah wonderful country setelah Korea, menurut gue. Dan gue akui, orang Thai lebih ramah dibanding orang Korea yang rada rasis. Sayangnya, setengah buku bagian awal entah kenapa gue bosen. Apa yah. Mungkin karena isu waria di gue udah biasa aja. Dan orang Thailand emang terbuka banget sama waria. Beda sama disini. Temen-temen gue yang cowok aja ada yang langsung lari atau berlindung di belakang gue. Hahaha. But, overall gue suka ceritanya. Terutama footnote yang terdapat pada buku ini, bukannya menjelaskan secara jelas. Terkadang malah footnote ini bikin ngakak karena penjelasannya yang aneh bin ajaib. Buku ini juga cukup membuatku semakin ingin ke Thailand dan melihat seperti apa sih dahsyatnya banci Thailand. *halah* Gue juga sempat menduga bahwa Charm itu sebenernya adalah ladyboy *sebutan untuk cewek oplosan di Thailand*, tapi ternyata dia itu.... *baca sendiri* Sayangnya, cerita yang cukup menghibur ini terganggu di bagian jurnal tulisan dari ibu Edvan. Tulisannya terlalu buram untuk dibaca oleh saya yang memiliki rabun mata. Jadilah, seringnya saya skip. But, overall that's OK.
Kop Khun Kaa~
Sign into Goodreads to see if any of your friends have read
Bangkok.
Sign In »
Reading Progress
June 30, 2013
– Shelved as:
to-read
June 30, 2013
– Shelved
July 3, 2013
–
Started Reading
July 3, 2013
– Shelved as:
romance
July 3, 2013
– Shelved as:
indonesian
July 3, 2013
– Shelved as:
novel
July 3, 2013
– Shelved as:
fiction
July 3, 2013
– Shelved as:
family
July 3, 2013
– Shelved as:
young-adult
July 3, 2013
– Shelved as:
travel
July 3, 2013
–
Finished Reading
Comments Showing 1-2 of 2 (2 new)
date
newest »
Korp khun ya udah baca...
Semoga tetap menghibur bukunya.. :D