Jump to ratings and reviews
Rate this book

Glaze: Galeri Patah Hati Kara & Kalle

Rate this book
Seperti glasir di permukaan keramik, aku merasakanmu sepanjang waktu.
Mataku tak lelah menatapmu, diam-diam mengabadikan senyumanmu di benakku.
Telingaku mengenali musik dalam tawamu, membuatku selalu rindu mendengar cerita-ceritamu.
Bahkan ketika kita berjauhan, aku selalu bisa membayangkanmu duduk bersisian denganku.

Seperti glasir di permukaan keramik, kepergianmu kini membungkusku dalam kelabu.
Ruang di pelukanku terasa kosong tanpa dirimu.
Dadaku selalu sesak karena tumpukan kesedihan mengenang cintamu.
Bahkan ketika aku ingin melupakanmu, bayanganmu datang untuk mengingatkan betapa besar kehilanganku.

Aku menyesal telah membuatmu terluka, tapi apa dayaku?
Aku yang dulu begitu bodoh dan naif, terlambat menyadari kalau kau adalah definisi bahagiaku.

400 pages, Paperback

First published March 1, 2017

About the author

Windry Ramadhina

12 books814 followers
young woman with lots of interests, ambitions and dreams, which shattered into pieces, each surfaced as different face and waiting for itself to become whole once more time. her world came to architecture, illustration, photography, literature, business, and japan. used to known as miss worm in cyber world. shattering her pieces at kemudian.com and deviantart.com

Ratings & Reviews

What do you think?
Rate this book

Friends & Following

Create a free account to discover what your friends think of this book!

Community Reviews

5 stars
37 (19%)
4 stars
86 (44%)
3 stars
60 (31%)
2 stars
7 (3%)
1 star
3 (1%)
Displaying 1 - 30 of 72 reviews
Profile Image for Cindy Claudia.
72 reviews14 followers
March 20, 2017
1.5 bintang

Saya bertanya-tanya apakah buku ini benar-benar tulisan Mbak Windry? Saya selalu dibuat jatuh cinta oleh karya-karya penulis, terutama Memori. Kalau tidak salah ini adalah buku ke-10 penulis dan saya masih tidak mengerti sampai detik ini: saya merasa setiap karakter dalam buku ini digambarkan sangat dua (bahkan satu) dimensi dan gaya penulisan Windry terasa kasar dan tersendat-sendat, tidak seperti karya-karyanya sebelumnya.

Overall, saya sangat kecewa dengan karya satu ini.
Profile Image for Sulis Peri Hutan.
1,055 reviews272 followers
October 3, 2017
Ask author: http://www.kubikelromance.com/2017/10...
Review: http://www.kubikelromance.com/2017/10...
Giveaway:


Kalle membenci Eliot. Sejak kahadirannya, dia membuat Kalle keluar dari lingkaran, dia menyedot perhatian orangtuanya. Dia begitu lemah sehingga merebut banyak hal dari Kalle, membuat Kalle mencoba terlihat dan sempurna di mata orangtuanya, membuat dia memikul beban tanggung jawab dan kewajiban. Eliot membuat Kalle mematikan perasaan padanya.

Lalu, ketika Eliot gagal menjalani operasi jantung yang sedari awal memiliki persentase keberhasilan sedikit sekali, dia meninggalkan sebuah kewajiban lagi bagi Kalle. Dia memberikan rekaman yang berisi untuk menjaga orang yang dicintainya. Sebuah permintaan terakhir yang diyakini Eliot kalau dia akan baik-baik saja bila bersama Kalle, sebuah permintaan untuk menjaga Kara.

Awalnya Kalle tidak begitu mengindahkan permintaan Eliot, terlebih ketika melihat perempuan yang tinggal di belakang rumah Eliot di Bogor tersebut. Dia berantakan, dia ceroboh, dia tidak bisa mengurus dirinya sendiri. Namun, semakin lama Kalle menghindar, dia semakin memikirkan Kara. Semakin lama semakin samar apa yang sebenarnya dia rasakan, tanggung jawab yang dititipkan Eliot, atau perasaanya sendiri?

Kaeh muram. Bukan muram karena bingung atau kesal atau semacamnya. Muram yang sedih.
Aku menyadari satu hal. Kaeh juga menyimpan luka.

Kau tahu? Saat membuat keramik, kita memindahkan sebagian jiwa kita ke dalamnya. Jiwa yang bahagia menghasilkan keramik yang bahagia. Jiwa yang muram menghasilkan keramik yang muram.

Glaze tidak hanya sebatas galeri patah hati Kara dan Kalle, tapi ada brotherhood dan cinta segitiga. Tiga hal yang saya dapatkan ketika membaca buku ini. Masih dengan gaya khas tulisannya yang detail dan sendu, kali ini Windry Ramadhina menambah aura kesurammannya, walau ada kesan lucu dan polos yang dia sisipkan lewat karakter Kara. Sangat tepat membuat sudut pandang orang pertama melalui Kalle dan Kara, karena perasaan mereka lebih mudah terlihat, mudah dirasakan oleh pembaca. Ketiga tokoh di buku ini sama-sama terluka, dan kesedihannya sangat terasa sekali.

Eliot. Kita akan berjumpa dengannya ketika baik Kalle maupun Kara mengingat masa lalu. Sangat terasa bagaimana dia mencintai Kara dan mengagumi Kalle. Bahkan, ketika Kalle memutar ingatan di mana Eliot selalu membuntuti dan melakukan apa yang Kalle lakukan, meskipun berbehaya bagi dirinya, dia sebenarnya sama halnya dengan Kalle, ingin terlihat. Dia ingin dilihat kakaknya, ingin diakui keberadaanya. Dia tahu sudah melukai Kalle begitu dalam, hal tersebut merupakan salah satu kesedihan terbesarnya.

Kara. Dia sangat ceroboh, teledor dan bahkan kadang lupa waktu kalau sudah bersinggungan dengan keramik, disaat bersamaan tergambar pribadinya yang polos dan apa adanya, yang membuat siapa pun ingin menjaganya. Mungkin karena sifatnya yang cukup bebas tersebut, dia cepat bangkit dari patah hatinya ketika ditinggal orang yang sangat dicintainya. Selepas kepergian Eliot, dia kacau sekali, entah kapan terakhir makan, entah kapan dia mengurus kucingnya, Kuas. Perkembangan karakternya sangat terlihat, dan ya, dia pemanis buku ini sehingga ada sentuhan humoris. Pada bagian dia, kita juga akan diperlihatkan bagaimana kehidupan seorang pengrajin tembikar atau keramik.

Kalle. Bahkan, setelah saya selesai membaca buku ini, saya masih terbayang betapa sedihnya dia. Rasanya ikut sakit bagaimana dia memendam perasaan sakit hatinya akan Eliot. Di satu sisi dia ingin menyanyangi, mengenal dekat saudaranya seperti yang lain, tapi karena orangtuanya yang begitu menjaga Eliot karena kondisi khusus sejak bayi, Eliot menjadi jauh. Di sisi lain, Kalle menjadi membenci Eliot, Kalle menjadi tidak dianggap, bahkan selepas kepergiannya pun Eliot masih menitipkan tanggung jawab padanya, seakan-akan dia tidak ada artinya. Dia karakter favorit saya di buku ini, dia dingin, dia rasional, dia tidak akan mengejar apa yang seharusnya diperjuangkan, dia akan menunggu. Seperti ketika dia mulai menyadari perasaanya pada Kara.

Ada bagian yang cukup menyakitkan dan membuktikan bahwa sebenarnya Kalle bermakna di mata Eliot, bagian yang membuat dada ini sakit rasanya, salah satu bagian paling favorit di buku ini.

Eliot berpaling ke arah kamera. Wajahnya yang pucat masih dihiasi senyum. "Dia lelaki paling hebat yang aku kenal. Dia berkorban banyak, menderita banyaki. Tapi, dia bertahan. Dan karena itu aku masih ada di sini. Aku berutang kehidupan ini kepadanya." Eliot mengeddikan bahu. "Aku mengagumi kakakku."

Dan yah, kisah cinta segitiga. Kalle takut akan perasaanya pada Kara karena apakah hanya sebatas tanggung jawab yang dititipkan Eliot padanya atau karena hatinya benar-benar tertarik dengan Kara? Terlebih Kalle melihat kalau Eliot sangat serius dengan Kara, bahkan sampai berkorban besar. Selain itu Kara juga terlihat sangat kehilangan. Dia tidak ingin menambah luka di hatinya.

Glaze berfokus akan perasaan para tokohnya, sehingga peran pembantu tidak terlalu ditonjolkan, mereka melengkapi tanpa perhatian kita teralih dari tokoh utama, sehingga perkembangan kedua karakter tokohnya sangat terasa, terlebih Kara. Baik dari segi bagaimana dia mulai menginggat Eliot dengan cara yang berbeda, maupun akan bakat yang dimiliki. Kalle sedikit lambat, dia seperti keramik, karena dia memang orang yang keras sekaligus rapuh, hidup membuatnya seperti itu, luka hati hatinya sangat tebal sehingga harus dikikis pelan-pelan.

Glaze memang berisi hati yang luka, tapi mereka mencoba memgumpulkan keping-keping yang pecah agar utuh kembali, mereka sama-sama saling merekatkan, sama-sama mencoba memaafkan.

4 sayap untuk Loop, Chamois, Spons.
Profile Image for Utha.
800 reviews372 followers
May 11, 2023
Resensi lengkap: http://www.tsaputrasakti.com/2017/05/...

Mungkin karena aku tipe pembaca buku yang super-ngepop, novel berlatar Jakarta dan Bogor dengan penggunaan bahasa baku nggak masuk ke seleraku. Atau mungkin sebenarnya para karakter Glaze adalah orang Sumatra karena penggunaan kata "aku dan kau"? Entahlah, karena aku sendiri nggak tahu asal-usul Kalle, Kara, ataupun Eliot. (Atau sebenernya ditulis tapi aku terlalu skimming bacanya.) Yang jelas, aku (sok) paham kalau ada tujuan gunain bahasa superbaku begini layaknya novel terjemahan.

Dengan pace yang lamban, aku tetep susah nyantol dengan perasaan para karakternya. Oke, ini masalahnya di aku, bukan novelnya. Karena aku tetep memegang teguh kalau tiap bacaan pasti ada pangsanya. Terus kenapa aku tetep baca? Ya karena aku udah telanjur beli... masa nggak dibaca... hihi.

Terus, menjelang akhir, aku memutar bola mata saking "haduh, gitu aja". Tapi yaaa... lumayan deh buat isi waktu luang. Terus terang, aku kangen novel macem Montase... :(
Profile Image for Autmn Reader.
837 reviews80 followers
April 16, 2023
Actual rating 3,5 🌟

Dulu banget kayaknya aku pernah baca juga bukunya Mbak Windry, tapi aku lupa. Jadi aku mau anggap ini baca buku pertama aja dari Mbak Windry, wkkwwk.

Bukunya page turning banget. Nuansanya sendu dan ngingetin aku sama buku-buku yang kubaca zaman SMA karena aku si pembaca pecinta buku-buju Gasmed, wkwkkw.

• Pros:

Hal yang kusuka dari buku ini adalah dua tokoh yang punya tone dan vibe yang mirip tapi bisa disajikan dengan berbeda. Ciri khas yang dimasukin ke karakternya ngebuat karakternya beneran terasa hidup. Dan walaupun mirip, keduanya punya ciri khas masing-masing. Ceritanya pun nggak dipaksa buat dipenuhi dengan drama-drama yang nggak penting.

Perjalanan Kara sama Kalle pun asyik diikuti dan character development mereka juga disajikan dengan rapi. Semuanya terkesan natural dan enggak tiba-tiba.

Narasinya juga enak banget buat dibaca. Yaaah bukan hal yang aneh sih, penulis yang kualitasnya enggak perlu diragukan lagi.

• Cons:

Aku nggak begitu suka dengan ending-nya yang terkesan tiba-tiba. Terlalu dipaksakan buat kayak gitu padahal banyak hal yang harus diluruskan. Mungkin karena pembaca udah tahu jadi enggak perlu dijelaskan lagi. Tapi tetep aja, sih, menurutku jadinya anti-klimaks. Bukan pengen yang bertele-tele juga, tapi resolusi di akhir terlalu datar, padahal cerita yang dibangun dari awal sampe mau akhir udah enak banget. Tinggal dikit aja sih.

Yang selanjutnya yang mengganggu keasyikanku membaca buku ini adalah detail yang nggak perlu. Maksudnya, enggak perlulah dijelaskan kalau mau minum teh tuh mulai dari ambil gelas sampe tehmya diseduh. Kesannya malah kayak lagi baca procedure text. Dan hal-hal kayak gitu juga nggak berpengaruh ke cerita juga atau ke kedalaman karakternya.

Over all, aku suka dan mau baca buku-bukunya yang lain.
Profile Image for Sofi Meloni.
Author 8 books91 followers
June 26, 2017
I think this would be my least favorite of Windry's novel. I am not really sure why...
Maybe because the opening/intro takes too long.... and too sad?

It's very hard for me to fall in love with Kara's characterizations. At some point, I am "sangat, sangat, sangat" upset with (read : greget) reading how "weak" she is.

Kalle on the other hand is very unpredictable and the complications of how to pronounce the name somehow distracts me at some part.

I feel sorry for Eliot because I feel that Kara can easily move on because of Kalle's presence around her (and maybe the physical attractions when she sees him swimming?).

What I like about the novel is the relationship between Eliot and Kalle. I like the ending alot! It's definitely not like other too happy typical ending. It ends with forgiveness (NOT "Oh I regret that I hadnt been nice to you when you were alive") and I think it is perfect for the conflicts between brothers.

Thank you Windry for the story and keep writing :D
Profile Image for April Silalahi.
227 reviews208 followers
September 9, 2017
Saya setuju dalam buku ini. Penulis kehilangan jiwa nya. Sorry.
untuk review lengkap nanti menyusul
Profile Image for Dion Sagirang.
Author 5 books54 followers
September 8, 2017
Bab pertama sebenarnya sudah mengundang. Saya selalu menyukai suasana muram yang selalu penulis hadirkan, seakan-akan mewakili perasaan. Tetapi, kali ini Windry Ramadhina mencoba melihat sisi lain kehilangan. Mungkin patut saya acungi jempol. Dalam Glaze, penulis berhasil membentuk karakter kedua tokoh utamanya dengan kuat. Dari narasi. Dari gerak-gerik. Dari banyak aspek lainnya. Hanya saja, saya merasa kalau buku ini belum final. Maksudnya, pada banyak bagian, karena narasi yang penuh, yang biasanya penulis pintar mensiasati dengan menyisihkan dialog, di sini malah terlihat kasar. Pada beberapa bagian ini, yang sayangnya banyak, saya seperti membaca outline. Masih mentah. Masih harus dikembangkan.

Tapi, tidak mengubah banyak hal yang saya sukai dari penulis.
Profile Image for Stella_bee.
488 reviews15 followers
June 25, 2019
List of Windry's works based on my favorites:
1. Montase
2. London:Angel
3. Angel in the Rain
4. Walking after You
5. Glaze
6. Interlude
7. Last Forever
8. Memori

*postingnggakpenting ^_^
Profile Image for Putri Review.
74 reviews13 followers
April 24, 2017
Actual score : 4,6 from 5

Baca lebih lengkap review novel ini di blog Putri Review : Manisnya Interaksi Kalle & Kara dalam Novel "Glaze" by Windry Ramadhina

Novel "Last Forever" karya Windry Ramadhina sebelum ini memang tidak terlalu membuat saya terpukau, tapi "Glaze" berhasil membayar semua kekecewaan saya sebelumnya, sampai saya menobatkan novel ini sebagai novel favorit Windry Ramadhina saya yang ke-2 : setelah "Memori" tentunya.

Awalnya saya sempat berpikir bahwa novel "Glaze" ini akan mengambil tema baking, mungkin pastry chef, tapi ternyata glaze adalah salah satu teknik yang dipakai dalam pembuatan tembikar, yang merupakan salah satu tema kuat dalam novel ini. Salah satu karakternya yang bernama Kara adalah seorang seniman tembikar, dan seperti novel2 yang sebelumnya, Windry pun berhasil menggambarkan dunia pembuatan tembikar dengan sangat detail dan meyakinkan.

Karakter Kara juga cukup lovable dengan gayanya yang sangat sangat sangat tidak fokus pada semua hal kecuali tembikar. Saking gemasnya saya sampai bisa membayangkan betapa lelahnya jika saya jadi ibu atau kakak Kara. Lebih gak kebayang lagi kalau Kara dan Elliot jadi bersatu, satunya kayak angin ribut satunya sakit jantung, dua-duanya butuh suster di rumah untuk menjaga kelangsungan hidup.

Itulah mengapa tokoh Kalle terasa cukup kuat dalam cerita. Kalle digambarkan disiplin, dingin, cenderung tenang dan penuh strategi dalam mengambil langkah ke depan. Meskipun saya sebenernya agak gregetan sama namanya (tulisan ka-le, dibacanya tapi kay), tapi somehow gemes2 gitu juga, apalagi adegan2 chemistry di antara Kara dan Kalle cukup ada bumbu dewasanya. Gak jinak-jinak merpati amat, jadi somehow bikin deg2an :D.

Pesan moralnya memang tidak sekuat Memori atau Walking After You, karakternya pun tidak semenarik Montase, tapi novel Glaze cukup seimbang dan memorable, membuat saya senyum-senyum sendiri kalau ingat beberapa adegannya.

Novel berikutnya kapan ya Kak Windry? *nagih
Profile Image for ijul (yuliyono).
758 reviews962 followers
September 30, 2020
actual star: 3,5 star

dari yang sudah saya baca, karya windry memang kebanyakan character-driven story, termasuk glaze. namun, berbeda dari yang lain, salah satu karakter utamanya--kara, dinarasikan melalui pov orang pertama murni seperti gambaran perasaannya hingga kayak baca racauan pikiran yang kadang-kadang ikutan bikin frustrasi. tak salah juga, pas di bagian pembuka windry minta maaf ke editornya soal kata "dan " dan "lalu" yang ditulis berulang-ulang-ulang-ulang di sini, mungkin untuk membangun karakternya sedemikian rupa. memang bukan hal baru sih, beberapa novel (luar) membahas soal mental health ditulis dengan gaya penulisan seperti ini.

agak slow-burn romance, bit of predictable, dan bom penyelesaian konflik di ending-nya bikin turn off. saya paling nggak suka cerita yang sudah penuh liku, drama di mana-mana, konflik mahadahsyat, tiba-tiba kita dikasih tahu bahwa tokoh utama sudah jatuh cinta sejak mula sebelum segalanya dimulai. glaze jenis cerita seperti itu. saya menantikan arah yang berbeda, eh ternyata ke situ juga arahnya. ugh.

but, overall, saya tetap suka dengan gaya menulis windry. akan selalu menunggu karya-karya beliau selanjutnya.

mostly, saya suka tulisan windry. oleh karenanya, saya mencoba membaca buku apa pun yang ditulis olehnya. namun, karena alasan dompet, saya berusaha mencari alternatif membeli bukunya dengan harga miring. syukurlah, beberapa hari lalu, saya menemukan glaze versi secondhand book di shopee.
Profile Image for Wardah.
901 reviews166 followers
October 9, 2017
Giveaway berhadiah SATU eks novel bisa diikuti di sini.
Ulasan lengkap bisa dibaca di sini.
Ngobrol bersama penulis bisa dibaca di sini.

Glaze dibuka dengan muram. Pemakaman. Tangisan.

Kalle adalah seorang pebisnis muda yang super sibuk mengurus perusahaan keluarga. Kara adalah seniman keramik yang mengenal dunia sebatas rumahnya. Sedangkan Elliot adalah seorang yang membuat keduanya bertemu.

Elliot adalah adik Kalle dan kekasih Kara. Dan Glaze dibuka dengan kematian Elliot.

Begitulah kira-kira gambaran cerita dalam novel setebal 400 halaman ini.

Konflik ceritanya sendiri ringan, tapi sangat mengalir. Saya sangat suka gaya bercerita Kara, yang sering mengulang-ulang. Dan meski awalnya suram, Glaze berangsur-angsur jadi hangat, manis, dan menggemaskan.

Selain itu, saya sangat suka akhir yang dipilih.
Profile Image for Afifah.
409 reviews16 followers
November 4, 2018
Aku kurang suka dengan karakter Kara di buku ini, terlalu rapuh. Aku sedikit lebih suka dengan karakter Kalle yang dingin dan kuat, peduli tapi sekaligus tidak peduli dengan orang di sekitarnya. Dan karakter favoritku tentu saja Kuas :D

Jalan cerita yang ada di buku ini sebetulnya cukup simpel dan mudah ditebak. Biasanya, di buku penulis yang sebelumnya, aku akan suka dengan karakter dan emosi mereka yang tergambarkan di buku. Namun sayangnya aku kurang menyukai karakter di buku ini sehingga secara keseluruhan aku merasa biasa saja dengan buku ini.

Menghibur iya, lucu kadang-kadang, tidak pernah bikin sedih (untukku), dan jalan ceritanya agak terlalu mudah ditebak. Jadi 3 dari 5 bintang saja untuk buku ini...
Profile Image for Caca Venthine.
372 reviews10 followers
September 13, 2017
Selalu dibuat nangis setiap baca tulisan kak Windry ya.. Yang udah2, selalu mewek terus, dan ini makin parah mewek nya :( Selalu bisa merasakan penderitaan sang tokoh. Iya, emang ini tulisan nya kya ada magic nya gitu ya..

Kali ini menceritakan tentang Kara, yang ditinggal sang pacar karena mempunyai penyakit jantung, dan sang pacar menitipkan Kara kepada kakaknya, Kalle.

Kara yang ceroboh, bawel, berbeda 180 derajat dengan Kalle yang dingin dan pendiam. Ya bsa ditebak kan awalnya gk ada rasa, tapi lama kelamaan ya saling cinta.

Saya seperti terhipnotis baca ini. Selalu manis tulisan kak Windry ini. Sekali baca, udah gk mau ngelepasin ini novel. Godd job kak..
Profile Image for Fataya.
Author 3 books18 followers
January 12, 2022
Bagaimanapun juga aku suka cara Kak Windry bercerita dg POV 1. Tapi kali ini aku terpaksa memberi 4 of 5 stars untuk ceritanya. Kesan muram dari awal bab atas kesedihan Kara yg berlarut² karena ketiadaan Eliot membuat sampai pertengahan bab itu sepi dan sedikit gelap. Aku kurang suka di bagian itu. Mungkin dari kebanyakan yg aku baca karya Kak Windry itu cerah yaa, ada jiwa petualangannya gitu 😁

Titik terang mulai kurasakan ketika adegan Kara mengajar di sekolah alam, berinteraksi dg banyak murid. Sementara Kalle di sini hanya memposisikan diri sbg pengganti Eliot. Aku suka dg interaksi keduanya meski terlihat agak canggung.

Well, dari keseluruhan, aku puas dg endingnya ❤
Profile Image for Izzie.
64 reviews7 followers
April 7, 2017
I've trouble to make peace with Kara's character. I found her a bit childish for a 24(?) years old. But I'm glad Windry managed to redempt her character at the end of the story, you know the two years after Eliot's death scene. I wish for more though, its not enough to see the 'after Kara'. I probably will give another star if there is more.

I'm cool with Kalle, he's really a classic example of ISTJ guy. Lol. He's so dependable, cold and detached. I love reading his POVs and I wait for it. Heh.

And I love Eliot as well. I shouldn't, I know but Windry managed to get me to feel for him as well. As much as I hate when he thought that its okay to decide things for Kara and Kalle (I hate when people dcide things for other ppl), I still can accept the fact he loves them too much.

In short, I like the story, I like the premises but the execution of the story, hurmm, there is still a room for improvement. I still think there's a missing ingredient in it. Hence, three stars should suffice.

Profile Image for Titi Sanaria.
202 reviews36 followers
May 5, 2017
setelah lumayan lama libur, puasa membaca diakhiri oleh Glaze. Manis. Khas Windry.
Profile Image for R. Lee.
17 reviews24 followers
March 17, 2017
Loop, chamois, spons.

Sekali lagi, saya dibuat jatuh cinta oleh karya mba Windry. Kombinasi dari cerita, latar, gaya bahasa, hingga karakternya berhasil membuat saya terjaga sepanjang malam sampai melupakan rasa kantuk yang tadinya menyerang.

Saya sukaaaa sekali dengan interaksi antara tokoh Kara dan Kalle. Yg satu seorang gadis polos dan ceroboh yang tidak pandai mengurus dirinya sendiri, sedangkan satu lagi seorang lelaki yg memiliki rasa tanggung jawab yg tinggi serta ahli dalam menjaga irama hidupnya. Pasangan yg cocok, bukan? Mereka memiliki chemistry luar biasa diluar ekspektasi saya.

Dan perasaan itu kembali saya alami. Kau tahu? Perasaan saat kau selesai membaca sebuah novel dan semua elemen di dalam novel itu membuat hatimu terasa hangat sampai2 senyuman di bibirmu terasa sulit untuk kau lenyapkan.
Ya perasaan itu.
Dan saya masih memiliki senyuman itu saat saya menulis ulasan ini.
Profile Image for Melani Ivi.
55 reviews5 followers
November 11, 2017
“Eliot, dia seperti sebongkah batu besar dalam karung lusuh yang harus kupanggul bertahun-tahun. Dan, kini karena dia sudah tidak ada, aku tidak memiliki beban. Tetapi, herannya, aku masih bisa merasakan sakit yang muncul di dadaku... “ (hal. 16)


“Dia mencintai Kara. Sungguh-sungguh mencintai Kara. Dan, dia menitipkan perempuan itu kepadaku.” (hal. 87)


“Aku... tidak ingin menangis lagi. Aku ingin... setiap mengingat Eliot... aku tersenyum.” (hal. 138)


“Aku suka membuat keramik,” katanya, “tapi aku tidak akan bisa membuat keramik yang sama dua kali.” “Kenapa?” “Mengulang sesuatu, yang seperti itu bukan seni.” (hal. 167)

“Saat membuat keramik, kita memindahkan sebagian jiwa kita ke dalamnya. Jiwa yang bahagia menghasilkan keramik yang bahagia. Jiwa yang muram menghasilkan keramik yang muram.” (hal. 178)


“Cinta Eliot kepada Kara, aku bisa merasakannya. Jelas dan nyata. Seakan-akan, Eliot merasuki aku.” (hal. 215)


“Ciuman Kalle seperti serbuk sihir yang membawa aku terbang tinggi. Sangat, sangat, sangat tinggi. Aku tidak tahu cara kembali.” (hal. 298)


“Dia pergi dari rumah Eliot untuk selamanya. Malam itu, aku membuat banyak keramik yang menangis.” (hal. 328)


Blurb-nya beda, berbentuk puisi, kovernya indah, itu kesan pertama saya terhadap "Glaze". Kisah yang sedari halaman awalnya sudah sendu ini mengajak saya menelusuri perasaan dan pemikiran dua tokoh utamanya: Kara dan Kalle, menggunakan sudut pandang orang pertama (mereka berdua secara bergantian). Pemberian judul tiap bab sesuai pergantian POV juga sangat membantu memberikan ‘peringatan’ kepada saya, sehingga saya bisa menyesuaikan diri. Dan, salut sekali dengan ide brilian ini. Tak banyak penulis novel yang memilih POV orang pertama dari dua tokoh sekaligus, apa lagi dua tokohnya ini laki-laki dan perempuan. Tentu dibutuhkan usaha ekstra secara laki-laki dan perempuan jelas berbeda dalam mengekspresikan diri masing-masing. Dan, tak hanya itu, ternyata Kak Windry menambahkan poin plus dengan memberi sentuhan personal pada Kara, misalnya julukan 'Kumal'. Cara dia berbicara, berpikir, bertindak pun punya kekhasan. Seperti ungkapan ‘sangat, sangat, sangat’ dan ‘loop, chamois, spons’, juga tiruan bunyi ‘hu hu hu’, ‘ngit ngit ngit’ yang sering kali muncul dalam bab ‘Kara’. Saya jadi lebih mudah membayangkan sosok Kara, seolah dia lebih hidup di benak saya. Saya juga suka dengan karakter Kalle. Seorang pria yang menyimpan luka, membuat saya turut merasakan berbagai emosi yang campur aduk dan dirasakannya terkait sang papa dan adiknya semasa mereka hidup. Tokoh yang mengundang simpati sekaligus manusiawi dari segi karakternya.


Setting Bogor juga punya nilai personal bagi saya, karena saya juga mencintai kota hujan tersebut, punya kenangan mendalam di sana, sehingga sangat terasa feel-nya terutama ketika di jelang akhir, Kara menggambarkan kerinduannya akan kesemrawutan Bogor. Juga penggambaran sekolah alam, anak-anaknya yang berisik tapi menggemaskan, bengkel keramik dan galeri seni yang sangat apik. Pemaparan tentang seni keramik, proses dan filosofinya pun cukup mudah dipahami orang awam seperti saya tanpa meninggalkan kesan keindahannya. Ilustrasi isi pun sangat membantu menjadikan sosok Kara, Kalle, Eliot, dan adegan-adegan dalam novel lebih hidup.


Perkembangan karakter Kalle maupun Kara pun mengalir, tak terkesan terburu-buru, sehingga saya bisa merasakan ketika mereka patah hati, terkungkung kesedihan, lantas proses merelakan, jatuh cinta lagi, patah hati lagi dan pada akhirnya berusaha mendefinisikan kebahagiaan. Saya terhanyut dengan jalinan kisah keduanya, juga konflik batin dan keraguan yang jelas mengambang. Pada akhirnya, ending memuaskan. Tiga kalimat paling akhir dari bab penutupnya, wow, sederhana tapi sangat tepat sasaran. Kalimat tersebut bercokol dalam benak saya hingga lama setelah saya meletakkan buku. Mirip salah satu ungkapan dalam novel, “seakan-akan Kalle merasuki aku.”. Satu lagi karya brilian dari seorang Windry Ramadhina yang sangat saya rekomendasikan.


“Baik-baik saja tidak sama dengan bahagia.” (hal. 366)
Profile Image for Elsita F..
120 reviews4 followers
November 5, 2017
Buku ini dibuka dengan adegan kesedihan. Pemakaman Eliot. Eliot meninggal di meja operasi, tempat yang diharapkan akan memberinya kesempatan untuk hidup lebih lama. Sayang, harapan itu tidak terwujud.
Kesedihan membungkus buku ini di awal-awal cerita, apalagi bagi Kara. Kekasih Eliot yang berantakan itu tambah jadi berantakan pasca ditinggal Eliot. Awalnya, Kalle tidak berniat menggubris dan menganggap serius permitaan Eliot. Kekasih Eliot bukan urusannya, ia tidak perlu ambil pusing. Tapi, entah bagaimana caranya, pertemuan pertamanya dengan Kara justru membuatnya tak bisa tidak peduli dengan wanita itu. Disinilah, interaksi antara Kara dan Kalle dimulai.

Kara yang ceroboh dan berantakan bertemu Kalle yang rapi dan terorganisir. Dalam hal ini, penulisan yang digunakan adalah sudut pandang orang pertama, berganti-gantian antara Kara dan Kalle. Dan, saya suka banget. Tanpa perlu berpikir, kita dapat membedakan siapa yang bercerita. Apakah Kara, atau Kalle.

Gaya bercerita Kara sangat sesuai dengan karakternya yang berantakan. Ia banyak menggunakan kata dan, kata lalu dan beberapa kata lain untuk menyambung suatu kalimat. Benar-benar khas, jadi ciri tersendiri, dan menegaskan bahwa Kara bukan orang yang terencana. Sementara Kalle, gaya berceritanya pas, runut, teratur, seperti orangnya. Sikap dan pemikirannya yang idealis dan mengedepankan logika dan bukti nyata menampakkan sisi pebisnis yang memang dimiliki karakternya. Bagian ini jadi poin + banget buat buku ini.


Untuk setting, buku ini menggunakan lokasi beberapa kota di Indonsia, tapi karena penulisannya menggunakan EYD, baku, jadinya terasa seperti membaca buku terjemahan. Tapi, itu nggak mengganggu. Justru membuat bukunya makin asyik untuk dibaca.

Selanjutnya, di awal bukunya memang berduka. Tapi, memasuki pertengahan sejak Kara dan Kalle bertemu, bukunya mulai berwarna. Interaksi Kara dan Kalle yang terasa seperti potongan adegan dalam film romantis yang inginnya selalu diulang membuat bukunya teramat nyaman dan menyenagkan. Walau memang, alur buku ini tergolong lambat. Pada beberapa tempat, buku ini cukup tertebak, tapi beberapa lainnya tidak. Kisah dalam buku ini cukup sederhana, tapi karena dikemas dengan sangat baik dan segar, meski konfliknya nggak terlalu berat, saya menikmati banget bacanya. Rasanya akan seru kalau buku ini diangkat ke layar lebar 😸

Penyelesaian buku ini sederhana, endingnya tidak rumit, tapi tidak perlu urusan yang berbelit untuk urusan menemukan kebahahiaan.
Profile Image for Bagus Tito.
Author 2 books6 followers
September 23, 2017
Loop. Chamois. Spons.

Dulu, ketika melihat sneak peak Glaze di instagram Mbak Windry, gue sudah begitu excited sebab seperti biasa, Mbak Windry selalu hadir dengan romance yang nggak biasa. Gue bilang nggak biasa, sebab beliau selalu menyisipkan tema khusus dalam setiap cerita yang ditulisnya. Sebut saja musik rock dalam Interlude, pasta dan kue dalam Walking After You, juga dunia reportase ala National Geographic dalam Last Forever.

Kali ini, Mbak Windry meramu Glaze dengan seni keramik, yang mana, tokoh perempuan dalam novel ini, Kara, adalah seorang pengrajin keramik yang digambarkan cuek pada penampilan bahkan kehidupannya sendiri.

Cerita dimulai dengan sebuah kisah muram. Dikisahkan bahwa Kalle yang baru saja menghadapi kematian sang adik, Eliot harus menerima kenyataan bahwa dirinya dititipi seorang perempuan kikuk bernama Kara. Kara adalah kekasih Eliot, seorang pengrajin keramik yang kikuk dan digambarkan tidak mampu mengurus diri sendiri. Berbekal rekaman-rekaman milik sang adik yang ditinggalkan padanya, kisah romansa antara Kalle dan Kara lantas mulai bergulir.

Menilik dari novel-novel sebelumnya, gue bisa bilang bahwa tulisan Mbak Windry kali ini terasa begitu berbeda. Memang, tone mellow, romantis serta lembut yang menjadi ciri khasnya tetap terasa dalam novel ini. Hanya saja, saya merasa bahwa gaya tulis beliau terasa meningkat sekian persen. Entah hanya saya yang merasakan atau tidak, yang pasti, saya merasakan transformasi tulisan Mbak Windry dalam Glaze ini. Empat bintang rasanya cukup untuk mengapresiasi kisah menarik antara Kara dan Kalle ini. Juga untuk setiap ilustrasi manis yang dikerjakan sendiri oleh beliau. Good job! Can't wait to read Last Verse!
Profile Image for Uthie.
326 reviews76 followers
December 15, 2017
400 halaman. Saya pikir kapan saya bisa menyelesaikan buku ini dalam waktu singkat sementara belakangan ini sulit mencari wkatu kosong untuk bisa duduk dan membaca buku dengan santai. Tapi ternyata, buku ini bisa saya selesaikan dalam waktu satu di sela-sela kegiatan kuliah saya. Beneran deh, buku ini mengalir dengan lancar dan tidak terasa tiba-tiba sudah di bagian epilog.

Ketika membaca buku ini, saya sudah menduga pasti nuansa kesedihan bakal menguar dari buku ini. Benar saja. Cerita Kara dan Kalle membuat saya nyesek di beberapa bagian. Ada tawa juga yang dihadirkan mbak Windry di buku ini. Di beberapa bagian saya senyum-senyum sendiri membaca tingkah dan pemikiran baik itu Kara ataupun Kalle. Apalagi tingkah laku Kara yang ceroboh sukses memancing tawa saya.

Seperti biasa, mbak Windry menggunakan sudut pandang dari kedua tokohnya. Yang membuat saya sebagai pembaca lebih bisa menyelami karakter masing-masing tokoh. Karakter Kara dengan kecerobohan dan interaksinya dengan Kuas yang suka kabur ke rumah Eliot. Karakter Kalle yang tenang dengan kehadiran Lim yang banyak mengusik pemikiran Kalle dengan ucapan-ucapannya yang sering memancing "emosi" Kalle.

Meski begitu, saya mengharapkan ending yang sedikit lebih panjang di buku ini. Ya... lebih panjang dari yang ada saat ini. Tapi dibandingkan buku terakhir mbak Windry yang saya baca yaitu Angel In The Rain saya lebih menyukai buku ini. Dan.... bicara tentang Kalle, saya menempatkannya di posisi ke 4 dari book boyfriend khusus buku-buku mbak Windry setelah Simon, Sigi, dan Rayyi. Maaf ya mbak Windry, posisi Simon masih belum tergantikan ;))
Profile Image for Delviy Jacob.
164 reviews16 followers
June 23, 2017
Sorry to say this, Ide cerita lumayan bagus, tapi tidak cukup untuk empat atau lima bintang. ^^

Karakter. Dalam cerita ini tidak ada yang menjadi karakter favorit aku sebenarnya, tapi aku kadang dibuat gemas-karena lucu- dengan karakter Kara yang ceroboh dan tidak teratur itu-hehe-juga karakter Kalle yang dingin tapi sangat peduli pada Kara. Aku suka saat dia harus memarahi Kara saat Kara mulai bersikap ceroboh dan tidak bisa mengurus diri. Itu sangat manis. ^^ Tapi tetap saja, ada hal yang terasa mengganggu saat berjalan dengan narasi karakter tersebut. Misal Kara, yang selalu mengulang 'sangat,sangat,sangat' atau kata2 lainnya yg sering dia sebutkan berulang seperti itu. Menurutku di awal cerita itu lucu, tapi kemudian semakin ke belakang narasi2 seperti itu malah mengganggu. Lalu Kalle, yang selalu mengumpat. Oh please, Itu sangat mengganggu.
But overall, good.

Aku juga menyukai satu issue yang diangkat penulis disini bahwa di Indonesia-sebagian besar fakta-seni sering kali tidak dihargai. Dan aku rasa itu benar dan ini patut menjadi perhatian.
Oh dan satu lagi, aku menyukai kebenaran bahwa bagaimana pun kau terbiasa di luar negeri, bagaimana pun lebihnya luar negeri dari Indonesia, di hati kecilmu kau tetap merindukan bau tanah saat hujan ketika di Indonesia, makanannya, semrawutnya, hal2 yang tidak tertata rapi, dan lain lain-karena itu terasa akrab dan tidak asing bagimu. ^^
Profile Image for Pauline Destinugrainy.
Author 1 book248 followers
January 8, 2023
Kalle sebenarnya sudah siap ketika mendengar kabar kematian adiknya, Eliot, saat menjalani operasi jantung. Eliot lahir dengan kelainan jantung, membuat perhatian keluarganya terpusat kepadanya sejak kelahirannya. Kalle yang sudah lama merasa tersisih, bingung entah harus sedih atau merasa lega atas kepergian Eliot.

Saat membereskan barang-barang di rumah Eliot, Kalle menemukan sebuah fakta bahwa Eliot memiliki kekasih bernama Kara, yang tinggal di belakang rumahnya. Eliot bahkan menitipkan Kara kepada Kalle, lewat sebuah video rekaman yang ditinggalkannya untuk Kalle. Kara adalah gadis yang lebih sering terlihat berantakan, keteraturan adalah hal yang jarang dijumpai pada dirinya. Untuk menghidupi dirinya, Kara membuat keramik, meski penghasilannya tidak menentu. Kepergian Eliot membuat Kara semakin kacau, bahkan sampai lupa makan.

Setelah sekian lama, akhirnya saya membaca buku karya Windry Ramadhina yang tersimpan di rak buku saya. Karya WR memang selalu berbeda, kali ini menceritakan tentang seorang pria yang harus "menerima" titipan kekasih adiknya. Kara dan Kalle mengalami patah hati dengan cara yang berbeda. Kalle yang awalnya antipati pada Kara, perlahan-lahan mulai memperhatikan Kara, dan akhirnya merasa perlu "menjaga" Kara. Kalle terlambat menyadari perasaan baru yang muncul di dalam hatinya bukan hanya sekadar tanggung jawab saja. Kedua hati yang pernah terluka menemukan caranya sendiri untuk saling menyembuhkan.

Profile Image for Deta NF.
234 reviews5 followers
May 15, 2017
Kalle, seorang pria dingin yang lugas dibuat dilema karena kepergian adiknya, Eliot, yang dirasa kerap kali memberi beban untuknya semasa hidup. Ia tak tahu apakah harus bersedih atau merasa lega.
.
Kematia Eliot pun mempertemukan Kalle dengan seorang perempuan. Adalah, Kara, perempuan ceroboh yang gemar membuat keramik yang saat itu begitu terpukul karena kehilangan kekasihnya.
.
Keduanya terlibat berbagai interaksi hingga menimbulkan perasaan-perasaan yang tak pernah mereka duga sebelumnya.
.
Saya selalu mengikuti karya-karya Windry hingga karyanya yang sepuluh ini. Glaze merupakan inovasi terbaru tulisan Windry. Dituturkan melalui PoV pertama dari sudut Kara dan Kalle secara bergantian yang mana belum pernah beliau coba di buku-buku sebelumnya.
.
Satu alasan yang membuat saya selalu menunggu karya Windry, karena beliau pandai sekali bertutur dengan narasi yang mengalir dan lugas juga pemilihan diksi yang pas dan indah. Selain itu, Windry selalu memberikan informasi-informasi baru di dalam karyanya. Seperti Glaze dengan pembuatan keramiknya.
.
Glaze bukan karya terbaik Windry, menurut saya. Tetapi menarik dibaca oleh penikmat roman dalam negeri yang ringan namun menginginkan sesuatu yang indah.
Profile Image for Gabriella Halim.
190 reviews12 followers
August 2, 2017
Diawali dengan scene pemakaman. Sedih banget. Dan aku sempet bingung pas bacanya. Trus akhirnya bisa ikutin alur. Aku nggak bisa deskripsiin Kara awalnya. Habisnya anak itu berantakan dan kacau banget. Apalagi habis ditinggal sama Elliot. Dia beneran berantakan, nggak bernyawa dan nggak tau harus ngapain. Sementara Kalle, dia juga nggak tau mau ngapain barang peninggalan adiknya ini.


Selama beberapa minggu Kalle bolak balik ke Bogor, buat beresin barang adiknya. Dan satu waktu, dia malah dapet telepon dari orang yang pernah bikinin barang pas Elliot masih hidup! Barang apa hayo?


Menurutku, novel ini asik. Meskipun pertamanya cukup kesel sama Kalle karena kecuekannya itu. Udah cuek, sok-sok nggak perhatian, tapi kadang juga bimbang. Nggak tau deh, pas bikin karakter Kalle, kak Windhy mikir apaan. Hahahah.. Kara juga gitu. Jadi cewek kayak berantakan abis. Galauan, gagal move on. Nggak ikhlas! Nyinyir ya aku. Hahahah..


Tapi, aku percaya gitu omongan orang Jawa yang bilang, witing tresno jalaran seko kulina. Cinta itu tumbuh seiring berjalannya waktu. Sama juga kayak Kalle sama Kara. Bahkan Kalle sempet nggak yakin sama perasaannya. Apalagi Kara sempet pergi jauh gitu.
Profile Image for Iklima Bhakti.
145 reviews13 followers
June 5, 2020
Syukur alhamdulillah, memulai memang tidak mudah apalagi mempertahankan. Suasana hati begitu naik turun. Karena ada tantangan membaca novel Asia aku jadi berpacu untuk menyelesaikan TBR yang menggunung. Yokataa~

2020 ini aku memilih karya Windry Ramadhina untuk membangun chemistry. Lumayan membantu. Glaze adalah novel kesepuluh milik Windry. Aku memperolehnya Juni 2017 dan tiga tahun kemudian aku menyelesaikannya. Senangnya.

Glaze_Bukan kisah tentang romantisme yang melulu penuh harapan yang tinggi dan manisnya hubungan percintaan. Aku menangkap kesan lain dari cerita ini saat digulirkan. Percaya atau tidak mereka bercerita tentang cara mengenang seseorang yang telah tiada dengan cara yang lebih baik. Menerima kepergian, kehampaan, kesendirian, dan remuk redam hati yang kehilangan. Bertema tentang patah hati dan kemuraman setelah ditinggal oleh orang yang penting bagi kita. Kedua orang ini saling menguatkan dan menjaga. Meski, feeling patah hati itu tak terlalu merasuk di benakku. Karena jujur feeling itu sudah kukeluarkan kemarin saat nenekku meninggal. Aku menangis, aku patah hati melihat kedua orangtuaku bersedih. Aku terluka saat harus memandikan nenekku untuk yang terakhir kali. Menyiapkan permakamannya. Menerima ucapan belasungkawa dan macam-macam.

Kara dan Kalle demikian. Aku menikmati alur yg disajikan, tidak terlalu membuatku bosan, cukup menyenangkan. Kara mengingatkanku akan sosok Nodame di anime Nodame Cantabile. Dan Kalle kurang lebih mirip Chiaki di serial anime yang sama. Aku menyukai penggambaran tentang dunia keramik. Bahkan aku sempat mencari video tentang glazing pada pot, ceramic dkk.

Penggambaran Kota Bogor begitu muram, tapi aku menyukainya.
Terima kasih 😇
Displaying 1 - 30 of 72 reviews

Can't find what you're looking for?

Get help and learn more about the design.