,
Titon Rahmawan

Titon Rahmawan’s Followers (12)

member photo
member photo
member photo
member photo
member photo
member photo
member photo
member photo
member photo
member photo
member photo
member photo
curtis jr
34 books | 423 friends

Uci
1,322 books | 532 friends

Sinta N...
2,118 books | 1,263 friends

Julian ...
1,027 books | 5,281 friends

Femmy
1,613 books | 397 friends

Emanuel
548 books | 916 friends

mahatmanto
1,992 books | 843 friends

Nanto
2,167 books | 1,163 friends

More friends…

Titon Rahmawan

Goodreads Author


Born
in Magetan, East Java, Indonesia
Website

Genre

Member Since
June 2007


Titon Rahmawan, lahir di Magetan - sebuah kota kecil di lereng Gunung Lawu, Jawa Timur, Indonesia pada tanggal 13 November 1969. Menulis sejak Sekolah Menengah karena terdorong oleh kegemaran membaca. Sedang mempersiapkan sejumlah novel sekaligus, juga menulis sajak, prosa lirik, cerita pendek dan esay. Karya cerpen termuat dalam antology "Tembang Bukit Kapur" (Escaeva,2007) Karya dalam bentuk sajak termuat dalam antologi bersama “Dian Sastro For President #2 (On/Off, 2004). Beberapa karya lain dalam bentuk esai dan cerpen masuk dalam antologi bersama “Sastra Pembebasan” (Yayasan Damarwarga, 2004). Beberapa puisi terpilih sebagai puisi terbaik versi Puitika.net dan terakhir salah satu puisinya terpilih sebagai nominasi 15 puisi terbaik Lomb ...more

Average rating: 3.57 · 30 ratings · 3 reviews · 4 distinct works
Tembang Bukit Kapur

by
3.29 avg rating — 21 ratings — published 2007
Rate this book
Clear rating
Turquoise

4.38 avg rating — 8 ratings — published 2008
Rate this book
Clear rating
Sastra pembebasan : antolog...

liked it 3.00 avg rating — 1 rating
Rate this book
Clear rating
Dian Sastro for President! ...

0.00 avg rating — 0 ratings
Rate this book
Clear rating

* Note: these are all the books on Goodreads for this author. To add more, click here.

Titon Rahmawan hasn't written any blog posts yet.

Titon’s Recent Updates

Titon shared a quote
1117436
“HIKAYAT ADAM

Sebab bagiku kau masih serupa ibu yang melahirkanku yang menuntunku berjalan dan mengajariku berlari. Namun mengapa tak juga lepas dahagaku daripadamu? Meski telah kureguk engkau hingga tumpas tandas.

Hingga kempis payudaramu hingga perlahan surut laut dan air matamu. Hingga padam langit dan seluruh jagat raya.

Hingga kalam sang malaikat diam-diam merenggut segenap kejahatan dan dosa-dosaku. Meski kutahu belaka, betapa sia-sia seluruh perjalanan ini.

Bukankah engkau sendiri yang waktu itu menghalangi diriku memakan buah yang ranum dari perbendaharaanmu yang sengaja tak kausembunyikan?

Buah syajarah yang kautanam di taman purbawi. Kebun yang telah berabad jadi rumahku tapi tak pernah sungguh-sungguh aku miliki.

Mengapa kaularang aku memetik khuldi yang kausediakan bagiku di taman itu? Apakah demi menguji kesetiaanku pada dirimu? Sementara kauijinkan sabasani itu tumbuh menjulang tinggi dan berbuah lebat.

Sekalipun engkau masih menerimaku sebagai buah kandung yang engkau lahi
...more
Titon Rahmawan
“Kau beri kenikmatan itu sebagai candu buatku

Getah yang kusadap dari merah bibir molekmu

Ingatan mengental dalam rasa manis yang kekal

Ruap wangi kopi yang menggugahku dari mimpi

Bayangan bergegas berkeras hati tak mau pergi

Kau beri aku kenikmatan itu

Serupa penyair mabuk yang merindukan bulan inspirasinya”
Tuton Rahmawan
1117436
“Oh Kay kau seperti kunci yang membuka pintu hatiku. Pesonamu meremukkanku.
Seperti golok yang berdencing mengiris ngiris dagingku memotong tipis jantungku. Biar kau tetak leherku dengan rindu yang kau ciptakan tanpa iba dan belas kasihan.

Kay oh Kay tak ada yang menyerupaimu di dunia ini.
Sebab bagimu, aku adalah bocah nakal yang boleh menangis demi sebuah boneka mainan. Kemana kau berlagu, irama musik kan menyertaimu. Dan biarkan lantai dansa mendatangimu, memutar dan meninggikanmu dalam tarian yang membuat semua orang tergila-gila.

Kay oh Kay kau gobang pedang parang celuritku. Kau belati yang menikam nikam, kau rajam aku dengan jarum manis lugu senyumanmu. Kau mulut manis yang mendesah yang mengerang yang tertawa yang membuat jiwaku resah gelisah.

Kau Kay oh Kay. Ludahmu yang manis menetes bagai madu yang paling gula di benakku yang kehausan. Kuhasratkan engkau dari sarang yang paling mesum, jalan yang paling ingkar dan pikiran yang paling lancung. Kuingin kecap nektar bungamu yang pal
...more
Titon Rahmawan
1117436
“Oh Kay you are like a key that opens the door of my heart. Your charm crushes me. Like a clinking machete slicing my flesh thinly cutting my heart. Let you hit my neck with the longing that you create without compassion and mercy.

Kay oh Kay there's no one like you in this world. Because for you, I'm a little kid who can cry for a stuffed toy. Wherever you sing, the rhythm of the music will accompany you. And let the dance floor come to you, twisting and lifting you in a dance that makes everyone crazy.

Kay oh Kay you are my sickle machete. You are the dagger that stabbed my soul, you stoned me with the sweet needle of your innocent smile. You're the sweet mouth that sighs that moans that laughs that makes my soul restless.

Kay oh Kay. Your sweet spit drips like the most sugary honey on my thirsty mind. I desire you from the most sordid nests, the most abominable paths and the most perverted thoughts. I want to taste the most delicious nectar of your flowers.

Oh how you taint me with
...more
Titon Rahmawan
More of Titon's books…
Quotes by Titon Rahmawan  (?)
Quotes are added by the Goodreads community and are not verified by Goodreads. (Learn more)

“Jangan beri aku apapun
Meski itu perhatianmu
Meski itu kasih sayangmu
Meski itu air matamu
Jangan beri aku kesedihanmu
Jangan beri aku amarahmu
Jangan beri aku dahagamu
Jangan kau beri aku apapun
Sebab masih kuorak langit demi menemukan seluruh jejak petilasanmu Bunda."

Tapi Nak, bagaimana engkau bisa berucap serupa itu?
Bukankah sudah aku beri engkau bunga? Sudah aku beri engkau matahari. Sudah aku beri engkau rumput dan dedaunan. Sudah aku beri engkau laut dan pasir pantai. Mengapa masih?

Tak cukupkah kau cucup air susu dari sepiku? Kau kecap nyeri dari lukaku, sebagaimana dulu kau terakan kebahagiaan di bawah perutku serupa goresan pisau yang menyambut kehadiranmu. Betapa semuanya masih. Aku berikan lagi engkau api, aku berikan lagi engkau pagi, aku berikan lagi engkau nyanyi tualang dari hatiku yang engkau tahu menyimpan sejuta kekhawatiran. Bagaimana engkau masih berucap serupa itu?

Aku masih berikan engkau suar hingga separuh umurku. Aku berikan engkau tawa dari separuh mautku. Aku berikan engkau kekal ingatan dan sekaligus mimpi abadi. Aku beri semuanya, walau itu cuma sekotak bekal sederhana yang semoga engkau terima untuk mengganjal rasa laparmu.

Betapa aku selalu ingin ada untukmu, Nak. Sebab cuma satu permintaanku tak lebih. Ijinkan aku jadi teman seperjalananmu, sahabat di waktu gundahmu, pembawa kegembiraan di kala senggangmu. Sebagaimana dulu kutimang dirimu dan kunina bobokkan engkau di pangkuanku. Ijinkan aku jadi roti yang mengenyangkan laparmu, pelipur hati di kala sesakmu, panasea ketika kau sakit.

Bukankah aku ada ketika kau belajar berdiri dan aku di sana saat kau jatuh? Aku setia menungguimu saat kau berlari mengejar bulan dan matahari. Dan sekalipun waktu merambatiku dengan galur usia, hingga mungkin aku tak lagi mampu berdiri tegap seperti dulu. Aku tak akan pernah menyerah padamu Nak. Tidak, Bunda tak akan pernah menyerah. Sebab bagiku, cukuplah dirimu sebatas dirimu saja.

Akan tetapi, sanggupkah kau cukupkan dirimu dengan semua kebanggaan? Cukupkan dirimu dengan apa yang engkau punya. Cukupkan dirimu dengan semua doa doa yang tak henti kutitikkan dari sudut hatiku yang semoga jadi asa yang paling surga. Surgamu Nak. Walau kutahu itu akan mengusik nyenyak tidurmu. Walau itu akan menambah resah waktu kerjamu.

Sebab kutahu seberapa keras engkau berjuang. Pada setiap tetes keringat yang engkau cucurkan mana kala engkau harus berlari mengejar bus yang datang menjemput. Manakala pikiranmu tak bisa lepas dari layar lap topmu yang tak henti berkedip. Manakala pagi datang dan sibuk pekerjaan hadir serupa hujan tak kunjung usai mendera. Cukupkan dirimu dengan cinta Bunda Nak. Sekalipun nanti, tak ada lagi ucapan nyinyir bergulir dari bibir Bunda yang mulai keriput ini. Yakinlah, pintu rumah hati Bunda akan selalu terbuka buatmu, kapan pun engkau ingin pulang.”
Titon Rahmawan

“Ada luka sumbing serupa gempil bibir poci di hati semua orang. Cacat yang berusaha keras mereka sembunyikan dari dunia. Tapi tak semestinya kita mengenakan topeng hanya demi menutup secebis luka. Tak semua hal mesti kita cerna dengan tatapan mata curiga serupa itu. Maka dari itu, coba dengarkan apa kata Bundamu ini, Nak. Manusia tak perlu harus jadi sempurna agar ia dihargai. Sebagaimana keindahan bisa muncul dari hal kecil dan sederhana. Termasuk apa yang tampak pada selembar kain batik yang lusuh atau cangkir teh yang somplak ujungnya.

Kita bisa belajar dari kintsugi, menjadi bijak tanpa harus bergegas menjadi tua; bagaimana menorehkan pernis emas pada sebuah cawan tembikar yang terlanjur retak. Betapa sesungguhnya, sebuah guci porselen yang jatuh, pecah dan bahkan rusak tak berarti kehilangan semua nilai yang dimilikinya. Ketidaksempurnaan tidak akan mengecilkan arti dirimu. Sebab hanya ketangguhanmu melewati bukit penderitaanlah yang akan membuatmu menemukan cahaya kebahagiaan yang sesungguhnya.

Bagaimana kamu bisa belajar menghargai kekurangan pada diri sendiri. Bagaimana kamu bisa menerima kesalahan dan bahkan kegagalan. Sebagaimana alam memaknai wabi sabi, ketidak sempurnaan bukan sesuatu yang harus ditolak atau disangkal. Ia mesti disambut sebagai air telaga yang jernih, kesegaran embun di pagi hari, atau aroma petrichor di musim penghujan.

Setiap kali engkau jatuh dan menjadi rapuh, engkau bisa merangkaikan kembali serpihan serpihan hatimu. Tak akan pernah kehilangan tujuan yang engkau perjuangkan. Sebab setiap bekas luka seperti juga keringat dan airmata, adalah permata yang lahir dari segenap jerih payahmu. Ia terlalu berharga untuk kamu sia siakan. Manik manik gemerlap yang dapat engkau rangkai menjadi perhiasan unik nan cantik yang akan selamanya jadi milikmu.

Jangan pernah takut terantuk batu.
Jangan sekalinya jeri dicerca burung. Jangan merasa ngeri terempas badai. Sebab saat nanti engkau sampai ke puncak, kau akan bisa melihat dunia sebagai miniatur lanskap yang permai dan elok untuk dikenang. Karena demikianlah semestinya hidup, ia adalah keindahan yang tercipta dari kekurangan dan ketidaksempurnaan diri kita.”
Titon Rahmawan

“Oh Kay kau seperti kunci yang membuka pintu hatiku. Pesonamu meremukkanku.
Seperti golok yang berdencing mengiris ngiris dagingku memotong tipis jantungku. Biar kau tetak leherku dengan rindu yang kau ciptakan tanpa iba dan belas kasihan.

Kay oh Kay tak ada yang menyerupaimu di dunia ini.
Sebab bagimu, aku adalah bocah nakal yang boleh menangis demi sebuah boneka mainan. Kemana kau berlagu, irama musik kan menyertaimu. Dan biarkan lantai dansa mendatangimu, memutar dan meninggikanmu dalam tarian yang membuat semua orang tergila-gila.

Kay oh Kay kau gobang pedang parang celuritku. Kau belati yang menikam nikam, kau rajam aku dengan jarum manis lugu senyumanmu. Kau mulut manis yang mendesah yang mengerang yang tertawa yang membuat jiwaku resah gelisah.

Kau Kay oh Kay. Ludahmu yang manis menetes bagai madu yang paling gula di benakku yang kehausan. Kuhasratkan engkau dari sarang yang paling mesum, jalan yang paling ingkar dan pikiran yang paling lancung. Kuingin kecap nektar bungamu yang paling nikmat.

Oh betapa kau nodai aku dengan apimu. Kau jerat aku dengan kepolosanmu. Dengan ketelanjanganmu yang membuatku sesat. Betapa kau memberi asa yang tak kumiliki. Kau menangkan hati yang tak kuperjuangkan.

Kay oh Kay engkau satu satunya jawaban yang tak pernah kupertanyakan. Tujuan yang tak pernah aku duga tapi menyambutku dengan riang gembira. Kaulah kenyataan yang tak pernah aku mimpikan namun terwujud dengan sendirinya.

Bagaimana aku menerimamu sebagaimana engkau menerimaku dengan segenap pesona kegilaanmu. Kay oh Kay rembulan matahariku. Kaulah sungai sekaligus lautku. Hanya padamu mataku tertuju, hanya padamu hatiku tergetar.

Kau biarkan aku menjadi kunci yang memasuki lobang jiwamu yang paling gelap. Bukan dalam keagunganmu anganku mengembara, melainkan dalam kemolekanmu yang memabukkan. Kau telah memenjara jiwaku yang paling celaka.

Oh Kay kau pisau dapurku, kapakku, gergajiku, palu obengku. Kau perbudak aku dalam nafsu tak terlerai ini. Padamu aku menghamba bagai seorang pelayan yang bodoh. Kambing tuli dan buta yang cuma mengabdi pada satu tuan. Kaulah majikan dari semua hasrat dan kedegilan ini.

Semua yang aku ketahui tentangmu adalah palsu. Bagaimana engkau berkenan mengijinkan aku mencintai orang lain selain dirimu? Kay oh Kay bila sungguh memujamu akan memberiku makna hakiki sebuah puisi, lalu bagaimana engkau bisa memberiku cinta sejati yang tak pernah engkau miliki?”
Titon Rahmawan

“HIKAYAT ADAM

Sebab bagiku kau masih serupa ibu yang melahirkanku yang menuntunku berjalan dan mengajariku berlari. Namun mengapa tak juga lepas dahagaku daripadamu? Meski telah kureguk engkau hingga tumpas tandas.

Hingga kempis payudaramu hingga perlahan surut laut dan air matamu. Hingga padam langit dan seluruh jagat raya.

Hingga kalam sang malaikat diam-diam merenggut segenap kejahatan dan dosa-dosaku. Meski kutahu belaka, betapa sia-sia seluruh perjalanan ini.

Bukankah engkau sendiri yang waktu itu menghalangi diriku memakan buah yang ranum dari perbendaharaanmu yang sengaja tak kausembunyikan?

Buah syajarah yang kautanam di taman purbawi. Kebun yang telah berabad jadi rumahku tapi tak pernah sungguh-sungguh aku miliki.

Mengapa kaularang aku memetik khuldi yang kausediakan bagiku di taman itu? Apakah demi menguji kesetiaanku pada dirimu? Sementara kauijinkan sabasani itu tumbuh menjulang tinggi dan berbuah lebat.

Sekalipun engkau masih menerimaku sebagai buah kandung yang engkau lahirkan sendiri dengan kedua tanganmu.

Dan tidaklah aku engkau turunkan dari patuk taring si ular beludak. Ia yang telah membuatku terusir dari rumah. Sepetak tanah yang memang kauperuntukkan bagi diriku sejak mula pertama kauhadirkan aku ke dunia ini.

Sungguhpun harus kuarungi samudra duri ini sekali lagi, sebagai si alif dari golongan yang paling daif. Sebagaimana perempuan penerbit nafsi itu kaucuri dari tulang rusukku saat aku lelap tertidur.

Sepanjang pasrah kasrah telah mengubah rambut di kepalaku menjadi setumpukan uban. Sepanjang kematian demi kematian sengaja kau timpakan di atas kepala anak cucuku. Adakah sempat kaudengar aku berkeluh-kesah?

Meski aku mahfum belaka, ya bila karena semua itu aku tak akan pernah kau perkenankan singgah ke rumahmu lagi. Kecuali kau biarkan aku datang sebagai perempuan lecah, jaharu yang paling hina atau fakir papa yang kelaparan.

Sekalipun telah letih jiwaku meretas sepi, hingga percik lelatu itu menitik sekali lagi dari ujung jarimu. Bukan sebagai yang garib, yang gaib atau yang hatif. Melainkan karena semata-mata semesta cinta.

Cinta yang sekalipun tak akan pernah mengubah diriku menjadi zaim, zahid atau zakiah. Namun sungguh, cuma itu satu-satunya cinta yang berani menentang tajam mata pisau sang mair.”
Titon Rahmawan

“Pada akhirnya, menulis itu adalah menemukan kembali apa yang pernah hilang, menghadirkan kembali apa yang sempat pergi, menggali apa yang sebelumnya terkubur, dan menghidupkan kembali apa yang semula mati.”
Titon Rahmawan

“Hidup terentang antara lahir dan mati. Jarak, hanya sebatas sehembus nafas.”
Titon Rahmawan

“A good book changing lives. A good writer inspires.”
Titon Rahmawan

“How can my limitations in humanity bring me the truth? How can I find truth that I don't know”
Titon Rahmawan

3227 Turquoise — 14 members — last activity Feb 27, 2008 06:39PM
Friend's...If any of you have already read my book "Turquoise" please give a comment. thank you ...more
345 Goodreads Indonesia — 26547 members — last activity 19 hours, 52 min ago
Goodreads Indonesia dibentuk tanggal 7 Juni 2007 oleh Femmy Syahrani dan ditujukan untuk para pembaca buku berbahasa Indonesia yang ingin mendiskusika ...more



Comments (showing 1-7)    post a comment »
dateUp arrow    newest »

Syahfida Mas Titon, FBnya koq ngilang dari friends list-ku?


message 6: by Sinta

Sinta Nisfuanna wah...makasih udah diadd, dan surprise! ternyata penulis Turquoise hehehe...baru kemarin dapat bukunya ^^

salam kenal,
sinta


message 5: by Roos (last edited Oct 14, 2008 01:48AM)

Roos Hi Mas Titon,
Salam kenal, waduh belum baca bukunya euy...hehehee. Gak pa-pa yah kenalan ma penulisnya dulu. Terima kasih dah add di friendlistnya. Semoga bisa menjadi teman sharing info buku yang baik. Terima kasih.
Have a nice writing and reading!

Cheers,
Roos


Ordinary Dahlia makasih dah d add. Salam kenaaaaal...


message 3: by Nanto

Nanto Mas Titon, ma kasih dah di add.

Salam kenal, moga saya bisa banyak belajar dari mas

Nant'S


Alfian Salam kenal pak Titon, salut atas karya-karyanya... semoga selalu sukses, amazing.........

salam Alfian Malik


Gratcia Siahaya Thanks yah...heppi reading and berkarya terus mas Titon!

Blessings, Gratcia.


back to top